shigatsu wa kimi no uso © naoshi arakawa
en reve
"Kau selalu berjalan di depanku. Maka, kali ini, biarkan aku menyusulmu."
Gadis pirang itu bisa saja tersenyum, setengah mencibir, mendengar deretan kata itu. Kousei Arima dapat menyusulnya dengan mudah, kini. Kaori bahkan tidak bisa berdiri dengan benar, secara literal. Apa lagi berjalan. Apa gunanya mengejar orang yang sudah tak lagi mampu berjalan?
Miyazono Kaori bukan siapa-siapa lagi sekarang. Bukan violinist. (Memangnya ada, violinist yang tidak mampu memegang biola?) Bahkan dikatakan murid SMP pun tak pantas—Kaori sudah lupa kapan terakhir kali dia duduk dan belajar di kelas. Dia hanya gadis yang harus menghabiskan waktunya di rumah sakit. Dia tak layak untuk dikejar oleh seseorang yang sedang berusaha keras mengembalikan passionnya.
(Dia sudah dengar rencana Kousei untuk masuk sekolah musik dari Tsubaki dan Watari.)
Dia bukan lagi gadis yang ditemui Kousei di bawah guguran kelopak bunga sakura, bulan April lalu. Rasa-rasanya, dia juga sudah menjadi orang yang berbeda dari violinist yang memohon pada si jenius musik Arima Kousei untuk menjadi accompanistnya.
"Ayo bermain musik bersama lagi."
Kalimat yang terucap dari pianis muda itu terdengar seperti sepercik harapan. Seperti angin musim semi yang membawa kelopak sakura dan aroma manis bunga-bunga. Dan Kaori tidak bisa tidak menangis.
Kaori tidak menyangka Arima Kousei bisa begitu kejam. Pianis jenius itu menantangnya untuk bermimpi, sekali lagi. Buruknya, Kaori tidak bisa menolaknya. Setiap sel tubuhnya berkata bermimpilah (lagi) setinggi yang kau bisa. Sekalipun bagian rasional dari dirinya berkata cukup, mimpimu sudah terkabul, kau tak perlu mimpi lain. Barangkali tidak pernah puas memang salah satu sifat dasar manusia—atau malah karakteristik yang membuat manusia menjadi manusia. Termasuk dirinya.
Seperti yang Kousei katakan, Kaori bukanlah heroine dalam novel. Bukan pula putri kerajaan yang sempurna. Kaori adalah manusia biasa. Maka, kali ini dia akan membiarkan dirinya bermimpi lagi.
(dan, dia harus mampu berjalan di atas kakinya sendiri sebelum kembali bermimpi.)
repost dari ao3. terima kasih sudah membaca :)
