LOST INNOCENCE [Chapter 1]
.
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
Sebuah keluarga kaya tengah mengadakan pesta yang sangat mewah. Rumah megah bak istana itu pun terlihat ramai, diruang tengah maupun ditaman halaman rumahnya yang lebar. Sepertinya bukan hanya keluarga tetangga saja yang datang? Oh yang benar saja, ini adalah sebuah pesta yang sangat elit. Hanya pesta bagi kalangan-kalangan atas tertentu.
Ruang tengah dari rumah megah itu menjadi pusat tempat pesta diadakan. Meja-meja panjang berjejer dibeberapa bagian ruangan. Diatasnya tersaji berbagai kudapan dan minuman. Sejenis wine dan vodka sepertinya. Tidak lupa dengan hiasan-hiasan khas pesta yang menempel pada renda tipis yang melapisi meja.
Undakan anak tangga berbaris meliuk menghubungkan lantai dasar dengan lantai diatasnya.
Lantunan musik klasik dari biola-biola yang dimainkan para pemain musik terdengar melantun pelan menyatu dengan suara para pejabat yang sedang berbincang-bincang.
Dibagian tengah ruangan para pasangan romantis tengah berdansa tenang mengikuti alunan piano. Dilingkari puluhan manusia yang tengah sibuk dengan minuman dan teman bicara. Semuanya berpakaian rapi dan elegan. Beberapa pelayan dengan setelan yang sama tengah sibuk melayani para tamu terhormat.
Terlihat sepasang suami istri tengah berbincang hangat dengan teman lamanya. Tepatnya sahabat lama dari sang suami. Kemudian para istri pun memilih memisahkan diri guna membicarakan hal lain, ya mereka tidak mau mengganggu para sahabat lama untuk bercengkraman.
"Ah Jiyong-ahh lama tidak bertemu." Sang teman lama pun menjabat tangan orang yang dia panggil Jiyong. Pria berumur 43 tahun ini pun tersenyum menanggapi penuturan sahabatnya.
"Hm, sudah lama sekali ya? Sepertinya hyung sangat sibuk" Balasnya sopan.
"Ah begitulah. Kau juga sama bukan? Kau semakin sukses saja." Seunghyun, pria yang dipanggil hyung oleh Jiyong itu pun tersenyum tipis lalu menyesap vodka nya pelan.
"Tidak juga. Bagaimana dengan bisnismu? Kudengar kau akan membuat 1 buah rumah sakit lagi di Busan? Apa benar?" Tanya Jiyong sumringah.
"Begitulah, akhir-akhir ini saham terus naik, jadi aku tidak menyia-nyiakannya begitu saja" Jawab Seunghyun dengan senyuman khas nya.
"Wah, kau semakin hebat saja!" Jiyong pun menepuk pundak Seunghyun pelan beberapa kali, kemudian tangannya beralih meraih wine putih dari meja di sebelahnya
"Bukan apa-apa" Seunghyun menimpali.
Ketika keduanya saling menikmati minuman masing-masing. Tanpa menyadari bahwa seseorang tengah memperhatikan mereka dari jauh, menatap dua orang sahabat lama itu bergantian lalu tersenyum tipis. Ia berdiri diam dibawah anak tangga yang terhubung ke lantai 2.
Pikirannya bergelut, sampai ketika seseorang dengan pakaian yang sama dengannya menghampiri dengan nampan yang berisikan beberapa gelas kosong. Dia ingin membawanya ke lantai atas, dimana dapur kedua berada, ya dirumah itu mempunyai dua dapur dan lebih dari 8 Kamar mandi.
Ketika dia ingin membuka mulutnya pria berambut coklat itu buru-buru mengeluarkan kalimatnya.
"Yang tinggi itu bernama Choi Seung Hyun, dia adalah pemilik sekaligus kepala rumah sakit terbesar diseoul. Cabang rumah sakitnya sudah banyak, rumah sakit di Busan juga akan dibuatnya beberapa waktu lagi." Ujarnya seperti membanggakan sesuatu lalu tersenyum miring ketika iris coklat pekatnya bergulir pada orang disebelah Presdir pemilik rumah sakit terbesar diseoul.
"Tapi tujuan kita kemari bukan untuk dia, anaknya tidak datang hari ini kepesta. Pria kurus itu adalah pemilik hotel plaza terbesar di Korea Selatan. Sampai saat ini dia mempunyai cabang di daerah Seoul dan Pulau jeju." Ujar pria bersurai hitam legam itu dengan tangannya yang masih mengadah nampan berisikan gelas-gelas kosong. Pemuda berambut coklat pun mengernyit dan menoleh pada pemuda berambut hitam disampingnya.
"Sasaran kita juga bukan pria itu." Sang pria bersurai hitam itu tersenyum kecil. Pemuda disampingnya pun mengangkat 1 alis seakan mengetahui sesuatu. "Tapi sang tuan muda. Anaknya" Lanjut pria bersurai hitam itu dengan senyuman lebar dibibirnya. Sang pemuda bersurai coklat pun ikut menyeringai.
"Baiklah, rencana yang sangat sempurna." Timpal si pemuda bersurai coklat tersebut.
.
.
.
.
.
.
Disebuah kamar yang cukup mewah, terasa sangat hening dan tenang. Cahaya lampu yang sengaja diredupkan membuat oranamen-ornamen dan lukisan-lukisan mahal itu terlihat cukup indah dan semakin berkelas.
Sosok seorang pemuda tampan dengan setelan jas mewah berwarna toska itu tengah menikmati wine nya sambil menatap langit berbintang dari jendela kamar dilantai 3.
Menatap sendu hamparan benda luar yang berkelip diatas sana. Surai merah kelam nya teralun dibelai angin malam.
Pikirannya terawang menatap lurus kedepan. Wajahnya berubah datar ketika suara ketukan pintu memekakan telinga.
"Tuan muda, Presdir menyuruh anda agar segera pergi kebawah untuk menyambut para tamu." Ia terlihat menahan rasa kesalnya, tinggal dirumah besar ini bagaikan burung yang hidup didalam sangkar emas.
Sang tuan muda pun hanya bisa berdehem mengiyakan ucapan pelayannya itu. Entah yang mana, karena pelayan dirumah itu terlalu banyak.
Si surai merah kelam pun meletakan wine nya diatas meja disana lalu membuka knop pintunya perlahan namun saat dia mendongkakan wajahnya ternyata bukan pelayannya lah yang tengah berdiri menghadapnya. Ya walau pakaian mereka berdua sama persis dengan seragam yg dipakai pelayan dibawah sana, tapi yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa mereka berdua menggunakan masker? Ah kini pikiran sang tuan muda mulai berubah negatif.
"Siapa kalian berdua?" Tanya nya memberanikan diri. Tapi ingin rasanya dia membantingkan pintu kamar lalu menguncinya rapat. Apa perasaannya terlalu berlebihan? Bisa saja dia salah sangka.
"Kau akan mengetahuinya nanti." Ujar salah satu dari mereka, suaranya terdengar lebih santai dan ringan/?. Sekejap pemuda bersurai merah kelam menaikkan sebelah alisnya, tak lama setelah itu, matanya membulat sempurna ketika dia merasa mulutnya dibekap dan kedua tangannya ditahan lalu diborgol kebelakang.
Lalu, tubuhnya terasa kehilangan tenaga dan kepalanya terasa pusing.
Tubuh limbung itu hampir terjatuh, hingga seseorang bersurai coklat menangkap tubuhnya lalu dibantu rekannya mereka pun menyeret sang tuan muda menuju lift yang berada dibagian belakang.
Otaknya yang setengah sadar masih sedikit bekerja. Mata sayunya terbuka pelan, beberapa pelayan nampak tergeletak dilantai ketika dia diseret kedalam lift. Mengetahui sang tuan muda masih setengah sadar salah satu dari mereka pun kembali membekapnya hingga ia kehilangan kesadaran sepenuhnya.
.
.
.
.
.
.
"Eunghh" Suara lenguhan itu mengawali kedua matanya agar terbuka. Dengan perlahan iris gelap yang masih terasa berat itu pun berkedip dengan sayunya. Ia merasa kedua tangannya terborgol keatas.
Tunggu! Ia melihat sekitarnya. Ini adalah mobil? Dia sedang berada didalam mobil, bersama dengan dua orang yang tadi membekapnya tengah duduk dibangku depan dan yang satunya sibuk menyetir.
Salah satu dari mereka melirik sang surai merah kelam dari pantulan cermin yang ada dibagian depan atas. Dia terlihat menyeringai kecil. Walau wajahnya setengah tertutup masker.
"Kau sudah bangun tuan muda? Apa mimpi mu indah?" Tanya nya masih melirik pantulan dari cermin. Orang disebelahnya melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan gelap diluar sana.
"Apa yang kalian lakukan! Siapa kalian sebenarnya!" Suaranya hampir seperti berteriak. Matanya terbuka lebar dan kini dadanya berdetak kencang.
"Tentu kau tau pasti apa yang sedang kami lakukan." Dia berbicara tanpa menolehkan wajahnya kebelakang. Sang tawanan nampak risau, dia melirik jalanan gelap disebelah kiri dan kanannya dengan was-was.
"Mau kemana kita?! Lepaskan aku!" Tangannya menghentak-hentak ingin melepas masing-masing borgol dikedua tangannya.
"Kau tidak akan bisa melepaskannya tanpa kunci." Lagi orang itu mengeluarkan kalimatnya. Dia lalu memainkan kunci-kunci borgol itu ditangannya.
Orang bersurai merah mendongkak, namun pandangan nya bukan tertuju pada pria bersuara ringan itu. Tatapannya bertabrakan dengan tatapan lain dari pantulan cermin diatas tadi.
"Sebaiknya kau diam. Aku akan mengajakmu jalan-jalan sebentar." Ujar suara lain yang terdengar lebih berat.
"Tidak! Lepaskan aku sekarang juga!" Ia berteriak kesal dan tubuhnya tak bisa diam dengan kedua tangan yang terus dihentakannya. Dia tahu usahanya hanya akan sia-sia saja. Dia sedang diculik. Mana mungkin para penculik itu akan melepaskan tawanannya begitu saja? Mungkin jika mereka tidak menginginkan uang? Penculik seperti itu hanya akan berakhir dipenjara dan tertangkap dengan mudah.
"Bekap dan tutup matanya" Ujar suara berat itu lagi. Tanpa menunggu perintah kedua orang yang ada disampingnya pun berdiri lalu berpindah ke Jok belakang dengan sigap.
"Kau rewel seperti bayi!" Belum sempat dia mengeluarkan serapahnya. Mulut dan juga hidungnya sudah dibekap dengan sapu tangan penuh obat bius. Tubuhnya melemah kembali dan kini rontaan berubah menjadi tak berarti.
Mulutnya ditutup oleh lakban dan matanya diikat oleh sehelai kain hitam yang panjang.
"Saat dipersimpangan didepan kau minta Jin-hyung menjemputmu saja." Ujar suara berat itu dengan tatapannya yang masih lurus kedepan.
"Hah?! Kau mau kemana? Kau tidak mau membawanya langsung ke markas?" Yang berada dibelakang sedikit terlonjak lalu menatap orang disampingnya yang masih tak sadar.
Mobil pun berhenti dipersimpangan jalan, waktu menunjukan hampir tengah malam. Jalanan terlihat sangat sepi dengan beberapa lampu-lampu jalan yang mulai meredup. Bahkan salah satunya sudah mati tak berfungsi.
"Kau boleh turun sekarang." Tanpa memperdulikan pertanyaan temannya tadi, dia lalu membuka kunci otomatis yang sejak tadi tak dibukanya. Kalian tau tawanan bisa kabur kapan saja ketika para penculik itu lengah.
"Apa kau bercanda?! Hei! Jangan main-main ka-"
"Kau boleh keluar sekarang. Bilang saja pada Jin-hyung aku akan membawanya sebelum fajar" Ucapannya terpotong lalu sang surai hitam legam pun mendengus kesal. Mentang-mentang dia yang berkuasa sekarang? Mentang-mentang Jin paling menyayangi dia. Ah sudahlah. Pikirnya.
"AH! Kau ini benar-benar!" Dia lalu membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Terengah pelan lalu membuka maskernya kasar. Pupil kelam nya memperhatikan mobil Van silver melaju meninggalkannya sendirian dipersimpangan itu.
Dia menggeram jengkel lalu merogoh kantung celananya dan menelpon seseorang.
"Halo?" Tanya orang diseberang sana.
"Hyung, jemput aku dipersimpangan jalan dekat toko buku didepan eoh?" Ujarnya sedikit terengah.
"Ada apa Jimin? Bukankah kalian sedang bersama tawanannya? Dimana dia sekarang?" Tanya orang dari seberang telpon.
"Taehyung membawanya. Dia akan membawa tahanan kita kembali sebelum fajar, ah anak itu benar-benar" Rajuknya pada hyung nya itu.
"Mungkin dia ingin bermain-main dulu sebentar, biarkan saja. Baiklah aku akan menjemputmu 10 menit lagi."
"Okay, aku akan tutup telponnya."
'Klik'
Sambungan pun terputus. Jimin mendengus kesal, didalam hatinya padahal dia juga ingin bermain dengan pemuda tampan itu.
Dasar bocah tengik tak tau diuntung! Pekiknya dalam hati.
.
.
.
.
.
.
Sementara mobil terus melaju dengan tenang dijalanan yang sepi, hanya jalanan 1 arah dengan beberapa lampu yang mulai rusak.
Cukup gelap dan terlihat menyeramkan, dipinggir sebelah kiri adalah sisi jalan yang curam. Lebih seperti jurang, namun ketika dipagi hari hamparan kota akan terlihat dari sini.
Perlahan kesadarannya mulai kembali, sang surai merah pun menggerakkan kepalanya perlahan. Sungguh kini keningnya terasa berdenyut sakit, otaknya shok karena terlalu sering menghirup obat bius. Mulutnya dilakban dan kini matanya ditutup. Sungguh keadaan yang tidak nyaman. Seharusnya dia tidak memberontak tadi?
Orang bersurai coklat itu pun melirik kembali, lewat cermin kecil dimobilnya. Dengan tanpa diketahui, diam-diam ia memperhatikan tubuh yang terduduk dikursi belakang.
Dengan kening berkeringat, mata yang ditutup, setelan jas yang mulai kusut, hidung mancung dan postur tubuh itu. Dia sungguh dibuat gila sekarang. Oh ya, jangan lupakan sesuatu yang besar dibawah sana masih terbungkus celana yg senada dengan jas nya.
Dalam keremangan ia menyeringai. Mobilnya pun berhenti tepat sebelum melewati lampu jalan yang mulai meredup. Tidak, itu memang sudah redup. Ia lalu mematikan mesinnya dan menoleh kebelakang.
"Ready to play?" Suara itu terdengar lebih menggoda, iya dia sedang menggoda sekarang. Oh ayolah hasrat bercintanya kini tengah menuju titik tertinggi.
Suruh siapa pemuda ini begitu menawan? Selain itu ada alasan tertentu yang membuatnya ingin bermain sekarang juga.
Sang tuan muda hanya mendengarkan suara itu dalam diam. Dia mengerak-gerakan kepalanya tak nyaman dengan ikatan kain di matanya. Oh dia tidak suka dibatasi.
Taehyung pun melepas masker hitam di wajahnya yang ternyata tampan itu. Bayangan wajahnya remang-remang terlihat akibat pantulan cahaya bias lampu jalan yang mungkin sebentar lagi akan meledak karena sebagian dari kaca nya mulai menghitam.
Iris kehitaman nya pun bergulir pada jam tangan perak yang melingkar di pergelangan nya. Pukul 01.13 KST. Jalanan terlihat sepi dan mencekam, yang terdengar hanyalah deru nafas dari masing-masing makhluk di dalam mobil van itu.
"Well, sepertinya kita tidak akan tidur." Suaranya pelan dan terdengar santai. Sebelah tangannya bergerak menelusuri leher putihnya dan berhenti pada kerah bajunya yang terlihat sedikit basah."Kwon Jungkook.. Kau anak tunggal dari CEO the plaza hotel. Humm" Merasa namanya disebutkan, orang yang ada di jok belakang pun menggulirkan kepalanya kesamping. Dia gugup, takut dan juga cemas. Selain itu suara orang didepannya sungguh menyeramkan. Kemejanya habis oleh keringat, kain putih itu melekat sengaja pada tubuh sempurna nya. Tak ada suara dari masing-masing, Taehyung pun menggerakan jemarinya, perlahan melucuti kancing bajunya sendiri dari atas. -Setelah sebelumnya melepas jaket tebal berwarna hitam milik nya. Setelah semua kancing yang ada pada bajunya terlepas, tangannya meraih sesuatu dari daskboard mobil. Entah benda apa itu, lalu setelahnya terdengar suara jok mobil yang ditinggalkan tuan nya.
Jungkook terlonjak kecil ketika sesuatu terasa menduduki pahanya. Kepalanya bergerak-gerak tak mau diam. Taehyung duduk dipangkuan nya, lalu dia pun mengelus permukaan kemeja basah itu. Tepatnya mengusap dengan seduktif dada hingga perut orang di bawahnya. Nafas Jungkook tercekat, baru kali ini seseorang menyentuh tubuhnya seperti itu. Taehyung menggigit bibir bawahnya sambil terus mengusap dada dan perut sempurna Jungkook.
"Mmmhh.. Sempurna." Gumam nya lalu tanpa aba-aba apapun kedua tangannya menarik kedua sisi kerah Jungkook lalu menariknya keras kearah berlawanan. Kancing-kancing kecil yang ada pada kemeja malang itu pun saling berputusan bahkan salah satunya ada yang terpental membentur jendela mobil. Suara kain yang robek juga mendominasi. Sungguh Jungkook terkejut dengan perlakuan orang yang ada diatasnya kini. Dia ingin memberontak, tubuhnya tak mau diam dan geraman rasa kesal terdengar nyaring ditengah jalan yang sepi itu.
'PLAKK'
Tamparan keras pun mendarat telak dipipi Jungkook. Wajahnya memanas, tamparan itu terasa amat sakit. Bau amis menguar membelai lidahnya. Mungkin jika mulutnya tidak dilakban darahnya pasti sudah menetes keluar. Tubuhnya shok, dan dia terdiam seketika. Pergelangan tangannya terasa perih akibat luka yang ditimbulkan dari borgol yang membelenggunya.
"Kau ribut sekali! Diamlah dan jadi anak baik!" Tatapan Taehyung berubah nyalang, lalu dalam waktu dekat pandangannya berubah ketika Jungkook mulai membisu. Ia lalu mengusap pipi memerah itu dengan lembut lalu seringaian kecil pun dikeluarkannya. Bola matanya bergulir menelusuri lekuk dada dan perut yang luar biasa sempurna itu. Kulitnya yang bersih terlihat mengkilap dengan lelehan keringat membasahi tiap lekuknya. Taehyung menundukan kepalanya, mulut nakal itu tiba-tiba saja meraup nipple menggoda dihadapannya. Melumatnya lalu menghisapnya kencang.
Tubuh Jungkook menegang seketika, rasa terkejutnya tak mengalahkan lenguhan keras yang tidak dia sadari. Ia membenturkan kepalanya pada kepala jok mobil dibelakangnya. Geraman keras kemudian muncul ketika kejantanannya terasa diremas dengan kuat.
Nafasnya mulai tidak stabil, keringat kembali bermunculan dari sela pori-pori kulitnya. Tiba-tiba suasana menjadi panas.
Taehyung tak henti-hentinya menjilat dan menghisap nipple tegang itu. Sesuatu yang dia remas dibawah pun terasa semakin mengeras. Alat vital itu terasa penuh dalam genggamannya. Keras, dan dia bisa merasakan urat-urat tegang itu bermunculan dan menyentuh permukaan kulitnya. Besar! Sempurna! Sungguh sangat sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Taehyung menyeringai tipis dalam hisapannya. Sebenarnya Jungkook ingin berteriak, namun apa daya mulutnya hanya bisa menggeram atas apa yang orang itu lakukan pada dirinya. Tubuhnya terasa panas luar biasa. Jungkook menegang. Otot-otot dikedua sisi pelipis dan lehernya bermunculan, dengan balutan permukaan kulitnya yang mulai memerah padam. Dia tidak bisa bertahan. Kejantanannya bereaksi begitu cepat, mengeras bahkan sampai terasa nyeri dipangkalnya. Taehyung terus menjilat nipple tegang itu bergantian, dibawah sana juga ada yang terpancing, kejantanannya mulai mengeras seiring dengan tangannya yang menyentuh dan meremas keras alat vital manusia sempurna yang tengah didominasinya.
Dia sungguh menyukai situasi seperti ini, manjadi submisive memberinya kepuasan tersendiri, namun ada kalanya dia juga ingin mendominasi.
Taehyung menjauhkan wajahnya dari dada bidang itu, lalu menatap wajah penuh keringat dihadapannya dengan gairah yang memuncak. Ia menyukainya. Erangan erotis yang Jungkook keluarkan ketika dia bermain-main dibawah sana. Ia merasakan celananya mulai basah akibat precum yang terus keluar walau ditahannya. Rasa ngilu menjalari Jungkook ketika tangan itu hanya bermain-main dengan mengelus ataupun meremas lemah kejantanannya.
Dia mulai gila, sensasi seperti ini baru pertama kali dirasakannya. Jungkook tidak mengerti kenapa tubuhnya bereaksi begitu kuat. Sebelumnya tidak ada yang berani! Tidak pernah ada yang lancang melakukan hal seperti ini padanya.
Ia pernah mempelajari dasar-dasar tentang seks. Tapi ia lebih ke tidak perduli. Jungkook tidak pernah mendalaminya, bahkan sekedar untuk mengingatnya saja tidak. Dia terlalu cuek akan hal itu, lagi pula apa untungnya? Begitulah pemikirannya dulu.
Temannya pernah berkata "Jika kau mencoba seks sekali saja, aku yakin kau pasti akan ketagihan." dengan seringaian mesum temannya bercerita dengan penuh nafsu/? Dia hanya mengedikkan bahunya saat itu. Taehyung menatap takjub tubuh tegang yang ada dihadapannya. Jungkook sungguh menggoda untuk dimakan. Tatapannya berubah lapar, dia sungguh lapar. Bangkah tenggorokannya sampai terasa kering.
"Aku ingin mencicipimu.. Bolehkah?" Taehyung menatap Jungkook penuh nafsu. Jakun tegas itu bergerak naik turun menelan kekhawatirannya. Kalimat ambigu yang Taehyung ucapkan terdengar cukup horor ditelinganya.
Jungkook lalu menggeram kesal, namun beberapa saat setelahnya dia melenguh parau ketika Taehyung menarik rambutnya kebelakang dan menghisap jakunnya keras-keras. Rasa geli menjalari belakang telinganya. Perut atasnya terasa digelitik dan bagian samping tubuhnya seperti tersengat aliran listrik kecil. Bibir itu menyentuh permukaan kulit leher Jungkook, tepat dibawah rahangnya.
Taehyung mengecupinya pelan, walau dia sedikit kesusahan karena Jungkook yang juga tak mau diam. Dia selalu memberontak, sentuhan itu terlalu aneh baginya. Tapi dia mengakui kalau hal itu sungguh menyenangkan.
Dibawah sana terasa amat sempit, ia mengerang kesal karena kebebasan(?) tak kunjung juga menghampirinya. Taehyung mengerti betul dengan tingkah pemuda dihadapannya ini. Dia tahu sang surai merah kelam itu menginginkan lebih, namun tubuhnya tidak bisa menerima dengan perlakuan yang terlalu cepat dan terburu-buru.
Tapi Taehyung tidak ingin menunggu, salahkanlah gairah dan nafsu birahinya yang hampir meledak kali ini.
Ia lalu bangun dan berjongkok dibawah, lebih memilih menghadapkan wajahnya langsung pada selangkangan menggoda yang menonjol itu. Samar-samar Taehyung menampakan mimik kepuasan ketika tangannya merasakan sesuatu yang besar dan keras itu berdenyut tak sabaran. Tangan nakalnya mencoba melepas gesper hitam yang melingkari pinggang Jungkook.
Pemuda itu mengernyit, merasakan tangan lentur itu mengusap-usap perut six pack nya. Dengan sigap Taehyung pun membuka kancing pada celana yang senada dengan jas yg dipakai Jungkook. Menurunkan relsletingnya tak sabaran lalu menarik kebawah celana lembab itu.
Jungkook tersentak kaget. Lagi, dia mengentakan tangannya yang diborgol hendak menghambat kegiatan yang paling disukai Taehyung. Dia tau Jungkook hanya ingin mengambatnya.
Jadi dia tidak memperdulikan hal tersebut. Geraman kesal Jungkook terdengar nyaring ditempat sepi itu. Kali ini Taehyung benar-benar merasa terganggu.
"Cobalah membuatku kesal dan kau akan menyesali perbuatanmu itu." Jungkook terdiam, geramannya kini sudah berhenti. Kalimat itu membuatnya kecut seketika, namun rasa kesalnya tetap tak terelakkan. Dia mengerang dengan sekali hentakan keras ditangannya lalu terdiam dengan nafas terengah. Dia hanya bisa pasrah. Astaga Jungkook masih perjaka man!
Wangi maskulin dari tubuh Jungkook terasa lebih kentara dibagian ini, dan Taehyung lagi-lagi amat menyukainya.
"Jadilah anak baik untuk beberapa saat kedepan hm?." Ia mengelus kejantanan itu. Jungkook berjengit dengan perlakuan Taehyung padanya. Ia mengernyit ketika kedua jemari dari masing-masing tangan Taehyung menelusup lewat kedua sisi pada celana dalamnya.
"Ngghh Hhhhh..!" Jungkook kembali melenguh, nafasnya terengah dan kepalanya tidak bisa diam. Sungguh dia ingin sekali mengutuk dan menyerapah manusia lancang itu, tapi sekali lagi mulutnya dibekap oleh lakban tebal disepanjang sisi wajahnya. Tidak bisakah dia punya paru-paru cadangan? Dadanya terasa sesak karena harus menarik nafas hanya dari hidungnya saja. Perutnya terasa tergelitik ketika Taehyung mengurut pelan kejantanannya dari dalam dengan sebelah tangan. Dia menatap ekspresi Jungkook, wajah hingga telinganya memerah. Dadanya naik turun tak beraturan dan tubuhnya berkeringat. Taehyung menyeringai lalu melepas tangannya.
"Aku akan memberimu kelegaan tapi dengan satu syarat." Dia kembali bangun dan duduk dipangkuan Jungkook. Menelusuri tubuh proposional itu dengan mata nakalnya. Ia mendudukan pantat kenyalnya tepat diatas kenjantanan Jungkook yg sudah sangat menegang, sehingga sang pemilik mengerang tak karuan. Kedua tangannya mengelus bahu berotot itu hingga dada.
"Kau tidak boleh ribut dan tidak boleh melawan." lalu dia menggunakan kedua tangannya untuk membelai pipi Jungkook. Dadanya berdebar aneh, Taehyung tidak pernah sebergairah ini sebelumnya. Jungkook terlihat tegang. "Arrachi?" Perlahan tangannya menarik ujung lakban berwarna hitam itu ke berlawanan arah. Bibir Jungkook begitu menggoda Taehyung untuk segera bercumbu dengan mulut manis itu. Ia membiarkan sebagian kecil dari lakban tersebut menempel dipipi Jungkook lalu dengan tiba-tiba menyambar bibir itu rakus. Melumat, menghisap bahkan menggigitnya tanpa ampun. Tetesan saliva gairah menetes melewati dagunya. Ia melumat keras bibir bawah Jungkook dan menjilati lidah kaku itu. Jungkook luar biasa terkejutnya. Nafasnya tercekat ketika lidahnya bertemu dengan lidah Taehyung. Yang lebih lincah mencoba melilitkan diri. Menjilat bahkan menghisap keras. Suara decakan kasar dan hisapan basah terdengar erotis, bersamaan dengan intensitas pacuan jantung mereka masing-masing. Taehyung mencoba menarik lidah itu kedalam mulutnya. Namun sang tuan rumah selalu menolak untuk ditawari bertamu. Dia kesal, lalu tangannya mencubit nipple Jungkook cukup keras sehingga ia mengerang dan lengah. Taehyung mendapatkan lidah Jungkook, ia mengulum dan menghisap sehingga memberikan rasa geli diperutnya. Jungkook kehabisan nafas, udara disekitarnya terasa menipis. Ia memberontak dengan menggerakkan kepalanya. Mengingat keadaan yang sama, Taehyung pun melepas pagutan itu. Suara tarikan nafas kencang membuat Taehyung tersenyum puas, walaupun dia juga terengah.
"Apa yang kau-" Jungkook terengah dengan mata yang masih tertutup kain hitam. Dia baru merasa lega sekarang, walau awalnya malah semakin membuatnya sesak. Ruangan kecil didalam mobil itu semakin pengap dan Jungkook terkesiap. Ya ampun! barusan adalah ciuman pertama nya. Begitu panas dan bergairah. Ciuman pertama yang bukan dilandasi oleh cinta. Jungkook mendesah kecewa, sedangkan Taehyung menyeringai penuh kemenangan.
"Ini ciuman yang pertama bukan? Bagaimana menurutmu? Apa kau menyukainya?" Taehyung mengusap bibir Jungkook pelan, namun dengan cepat dia memalingkan wajahnya.
"Apa kau gila! Lepaskan aku sekarang juga!" Suaranya menyerang marah. Wajah Jungkook mengeras, dia amat kesal dan juga jengkel.
"Aku memang gila sayang, tubuhmu terlalu menggodaku untuk menyentuhmu." Seperti ada nada jeda dalam kalimatnya. Taehyung kembali mengelus dada dan perut Jungkook seduktif. "Aku yakin ini akan jadi yang pertama kalinya begimu." Entah Taehyung tahu dari mana fakta itu. Wajah Jungkook pucat pasi. Jangan bilang kalau pria ini akan melakukan hal yang aneh/? padanya? Jungkook menelan salivanya susah payah. Dia mencoba untuk tenang.
"Kau hanya menculikku bukan? Kenapa kau tidak melakukan cara yang lebih mudah saja? Kau culik aku, sekap, lalu ketika tebusannya datang kau bebaskan aku! Kenapa kau harus melakukan hal semacam ini padaku?!" Suaranya meninggi walau terdengar pecah. Taehyung mendengarkannya dengan seksama. Dia lalu menyeringai tipis.
"Aku akan melakukan cara yang mudah dengan caraku sendiri, selama aku menikmatinya," dia memberi jeda, lalu bokongnya bergerak tanpa perintah atau aba-aba apapun. Melindas/? sesuatu yang semakin keras dibawahnya dan dia melenguh pelan. "Mmhhh.. dan ini akan sangat menyenangkan bagiku.." Jungkook mengeratkan rahangnya hingga urat-urat kecil disekitar nya keluar. Wajahnya mengeras. Sudah cukup! Dia tidak tahan lagi berada dalam keadaan hina seperti ini. Jungkook siap mengeluarkan serapahnya, namun Taehyung kembali menutup mulutnya dengan lakban yang belum sepenuhnya lepas dari pipi dan sebagian mulutnya. Jungkook menggeram marah, padahal belum apa-apa. Padahal 1 kata serapahnya pun belum ada yang keluar, Taehyung malah menutup kembali kesempatan itu.
"Aku akan memberimu bonus," Taehyung mengelus pipi Jungkook sayang lalu menelusuri belakang telinganya dengan jemari panjang miliknya.
"Kau boleh menyaksikan bagaimana aksi ku ketika memakanmu." Bulu kuduknya meremang, Jungkook merasa tubuh dan bikepnya kaku seketika. Terlalu lama dalam posisi yang sama membuatnya mati rasa. Perlahan Taehyung membuka ikatan kain hitam dimatanya, dia tidak perlu khawatir Jungkook akan melihat wajahnya, karena cahaya disini terlalu minim. Yang ada dia hanya melihat remang-remang saja. Matanya cukup lama ditutup dan iris nya tidak akan cepat fokus.
Slessstt-"
Taehyung membuka penutup mata Jungkook sedikit kasar, hingga kepala pemuda itu terantuk kedepan. Matanya terasa perih, Jungkook mengerjapkan matanya cepat. Semuanya buram, dia tidak terlalu jelas melihat sekelilingnya. Hanya ada cahaya remang yang menemaninya. Ia sedikit mendongkak dan keningnya mengernyit bingung. Tepat didepan wajahnya Taehyung menyeringai.
"Wajahmu terlihat lebih tampan jika dilihat keseluruhan." Taehyung lebih mendongkakan kepala Jungkook dan mendekatkan wajahnya. Ia memberikan kecupan panas pada bibirnya yang tertutup rapat oleh lakban tadi, lalu melepasnya penuh gairah.
"Ini baru permulaan. Kau harus mengingat setiap detiknya." Ungkap Taehyung dengan senyuman mengerikan miliknya. Tapi dapat diyakinkan Jungkook tidak menyadarinya. Matanya terlalu perih, diahanya menatapnya sayu.
"Okay, lets play the game." Ia menggesekkan kedua telapak tangannya pelan lalu kembali berjongkok didepan selangkangan Jungkook. Mata pemuda bersurai merah kelam itu membulat sempurna.
'Tidak! Jangan!'
Pikirannya bercampur aduk dan kembali ia harus menelan kekhawatirannya.
"NGGHHHHHHHH!"
Dan lenguhan erotis itu pun mengawali kegiatan panas keduanya.
.
.
.
TBC :v
Typo sebagian dari iman :'v
Sorry kalau masih banyak typo :'v saya malas edit *plakk
Mohon maaf jika banyak kosa kata yang tidak benar dan penempatan yang tidak tepat. Saya masih amatiran ;)
Mind to review?
Respon banyak = Update cepat :'v XD
*Bow
