Casts : Tao | Kris | Chanyeol |
Genre(s) : School Life || Romance || 'lil comedy || Supranatural || Fantasy
Rated : T
Author : BabyMingA
Summary : Tao awalnya adalah seorang siswa biasa berumur tujuh belas tahun. Suatu hari, dia bertemu dengan dua manusia asing bernama Kris dan Chanyeol. Mereka mengatakan kalau Tao adalah bagian dari EXOST! Bagaimana kehidupan Tao setelahnya? TAORIS/KRISTAO/FANTAO | All EXO Members and Official Couples.
.
BOYS LOVE_YAOI_NO FLAME-NO BASH-NO COPY/PASTE-REVIEWS ALLOWED! ^_^…. HAPPY READING!
.
.
.
.
:BabyMingA:
.
.
.
Aku, Huang Zitao. Berasal dari China dan akhirnya terdampar di Korea Selatan karena kedua orang tua ku meninggal.
Aku, Huang Zitao. Tujuh belas tahun dikelas XI sekolah menengah atas di sebuah sekolah terpencil di sebuah desa.
Aku, Huang Zitao. Manusia biasa.
.
EXOST
Inspired by : Kamichama Karin
By : Koge Donbo
.
Sang penguasa siang mulai lelah dan waktunya sang pendamping untuk melaksanakan tugasnya. Angin malam berhembus dengan kencang; menggugurkan daun-daun yang mulai menguning (karena musim gugur) berjatuhan.
Sepoian angin turut membawa teriakan marah seorang wanita parubaya.
"Ini sudah jam delapan malam dan kau baru pulang?" wanita yang rambutnya mulai memutih setengah itu mengelus-ngelus telapak tangannya yang memerah— dia baru saja menampar seorang pria manis di hadapannya.
"Bi, aku ada tugas kelompok. Aku sudah menundanya dari minggu lalu," balasnya pelan.
Wanita itu mendecih tak suka. "Kau menumpang di sini dan seharusnya kau melakukan yang baik padaku Huang Zitao! Aku yang memungutmu dan membiayai hidupmu!"
Pria manis itu— Tao, masih menundukan kepalanya.
Hei, itu bukan keinginannya untuk diasuh oleh seorang nenek sihir seperti wanita di hadapannya. Dia ikut wanita itu juga karena si nenek sihir yang memelas agar mengasuhnya. Toh, saat itu dia berpikir itu adalah pertolongan karena dia tidak tau harus berjalan kemana di Korea Selatan ini.
"Maaf…"
"Maaf dan maaf? Persetan dengan sekolahmu dan mulai sekarang, TIDAK ADA LAGI YANG NAMANYA SEKOLAH!"
BLAM
Bibi Sung menutup keras-keras pintu kamarnya. Dia meninggalkan Tao yang mematung di tempat. Putus sekolah di usianya yang masih tujuh belas tahun? Gila! Dia lebih baik mendengar berita 'Miyabi Ingin Naik Haji' daripada mendengar dirinya berhenti sekolah.
Tao bangkit dari simpuhannya dan berlari menuju pintu kamar Bibi Sung. Menggedor-gedor pintu itu dengan kencang.
"Bibi, aku akan bekerja lebih giat. Aku janji! Izinkan aku tetap bersekolah yah, Bi? Bibi! Oy, Bibi!"
"JIKA AKU SUDAH MENGATAKAN, TAK ADA YANG BISA MERUBAH PIKIRAN KU!"
Setelahnya Tao mendengar bantal dilempar dan bertubrukan dengan pintu.
.
Tao melemparkan tas sekolahnya dengan asal. Dia seperti orang yang kehilangan poros hidupnya. Tatapannya menyendu saat dilihatnya meja belajar yang berisi buku-buku dan peralatan sekolah dan belajarnya. Dia memang bukan orang yang pintar. Tapi bagaimanapun, dia tetap berusaha menjadi pintar.
"Meoong~"
Dia mengalihkan tatapannya saat indra pendengarnya menangkap suara yang familiar dengan telinganya. Senyum lebar terkembang saat melihat siapa atau apa yang mengeluarkan suara mengeong itu.
"Shi~" panggil Tao.
Kucing itu mengerti dan mendekati majikannya.
"Meeooong~"
Tao menggendong kucing kesayangannya yang bernama Shi dan menimang-nimanya seperti ibu menggedong bayinya. Untuk malam ini, biarkan dia melupakan sejenak kepenatannya.
.
.
.
Kereta express itu berhenti dengan mulus dan aman. Perlahan-lahan, pintu terbuka dan para penumpang mulai berhamburan keluar. Tapi, di antara para penumpang, ada dua sosok yang paling mencolok. Dua pria dengan tinggi di atas rata-rata pria asia dan gaya berpakaian mereka yang terlihat modis dan berkelas.
Satu di antara mereka menyengir lebar dan menghirup oksigen banyak-banyak. Satu lagi, tetap memasang wajah datar.
"Kau gila! Kenapa kau meminta ku menaiki kereta ekonomi Park Chanyeol?" pria berwajah datar itu menaikan nada suaranya tapi, wajahnya tetap saja datar.
"Memangnya kenapa? Kau tidak akan mati, 'kan… Krissie~." Si penjawab lalu tertawa terbhak-bahak, meskipun pria di sebelahnya menatapnya tajam.
.
Mereka berjalan berdampingan dengan iringan tatapan kagum dari orang-orang di sana. Mereka mengacuhkan semuanya. Hanya sesekali Park Chanyeol memberikan wink atau senyum manis dan lebar ke arah orang yang menurutnya menarik.
"Jangan tebar pesona Chanyeol."
Chanyeol mendengus, "kau juga! Jangan sok dingin dan misterius seperti itu Kris Wu Yi Fan, Kevil Li, Li Jia heng. Weeee!" mehrong.
Kris tak menjawabnya. Dia tetap berlalu meninggalkan pemuda bermarga Park itu, yang masih saja melakukan tebar pesona pada semua orang.
.
"Sudah lama sekali tidak ke sini~" Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke atas kasur berwarna putih tanpa melepas alas kakinya.
Kris menatap datar Chanyeol dan merapihkan perlengkapan pribadinya selama di sini. Liburan seminggu cukup bagus di daerah terpencil di Korea Selatan ini.
"Hei, bagaimana kalau kita menemukan salah satu Exost di sini?" gumam Chanyeol asal.
Kris cukup tertarik dnegan topik ini.
"Mau bagaimana lagi? Berarti kita harus membawanya," ucapnya santai.
Chanyeol menganggukan kepalanya, kemudian ia mengangkat tangan kirinya dan memperhatikan sebuah gelang perak yang terpasang di tangan kanannya. Gelang berlambang phoenix. Dia lalu membalik tangannya dan memperhatikan dengan seksama lambang yang sama dengan gelangnya— burung phoenix.
"Ngomong-ngomong, bukankah para Foe sudah memiliki Permata *Osiris?"
Kris menutup kopernya dan meletakannya di bawah kasur.
"Heum. Sejauh ini, kita paling lemah. Lebih baik kita memiliki Permata *Obelix, daripada tidak sama sekali. Lalu, kita bisa menang satu langkah dari foe jika memiliki Permata Ra."
Kris menatap datar Chanyeol. Ada kalanya seorang Park Chanyeol bisa serius seperti ini.
"Yah, kita berdoa saja kita bisa menemukan Ra."
Chanyeol menganggukan kepalanya.
.
.
.
Pagi ini beda dari biasanya. Tak ada seragam, tak ada tas, tak ada barang bawaan berat di punggungnya. Yah, seperti kata bibinya kemarin, no school anymore. Tao sempat menangis semalaman. Dia pasti akan rindu dengan Sungjong— teman sekolahnya yang benar-benar sealu ada di sisinya.
"Shi, aku pergi dulu, yah. Aku akan kembali nanti. Tidak malam seperti kemarin. Hanya mengantarkan kue-kue ini ke kota. Jadilah kucing yang baik." Tao memeluk kucingnya erat-erat.
Pagi ini, dia tidak pergi untuk bersekolah. Bahkan tak akan kembali bersekolah. Dia harus pergi ke kota untuk mengantarkan kue-kue buatan bibinya. Perjalanan yang cukup jauh akan dia tempu tanpa uang jajan. Hanya ada uang untuk menaiki angkutan umum.
"Meooong~" Shi mengelus-ngeluskan kepalanya pada dada Tao yang tertutupi mantel tebal.
Tao terkekeh geli kemudian meletakan kucing itu dengan perlahan-lahan.
"See ya, Shi!"
.
.
.
Aku, Huang Zitao. Usiaku tujuh belas tahun dan aku harus berhenti sekolah.
.
.
.
Ini belum musim dingin. Ini masih musim gugur dan kenapa dinginnya seperti musim dingin? dan lagi kenapa, dia— Huang Zitao, d : Tural || Fantasyeletakan kucing itu dengan perlahan-lahan.
bal.
n rpasang di tangannya. gelang k.
k harus berjalan sendirian di tengah dingin musim gugur seperti ini?
"Aku menyedihkan." Dia tersenyum miris.
.
"Kris…"
"…"
"Kris…"
"…"
"Kris W—"
"Bisakah kau diam Park Chanyeol? Jika kau hanya ingin bilang betapa banyaknya daun-daun yang berguguran, tolonglah diam!" Kris berbicara dengan sangat cepat.
Chanyeol mendengus sebal. Kenapa dia harus menjadi sepupu Kris yang memmiliki sifat luar biasa berbeda darinya? Chanyeol ingin sekali memarahi buyut dari buyut-buyut-buyut-nya. Kenapa mereka harus memiliki ikatan darah dengan seorang Kris Wu?
"Bukan, Wu! Lihatlah cincinmu. Bersinar!" Chanyeol berbicara antusias.
Kris buru-buru melihat cincin perak berwarna senada dengan gelang Chanyeol. Cincin berlambang naga itu bersinar. Perbedaan ekspresi muncul dari wajah tampan Kris.
"Chan…"
"Iya. Dia berada di sekita sini!" Chanyeol menjijitkan tubuhnya bermaksud mencari seseorang yang dimaksud.
"Chanyeol, ayo!"
.
.
.
Pagi menjelang siang yang kelam. Siapa orang bodoh yang ingin keluar di tengah dingin seperti ini? – hanya dirinya saja. Terkutuklah Bibi Sung itu!
Traak
Tao menghentikan langkah kakinya dan menggenggam erat pegangan pada keranjang kuenya. Tidak mungkin di hutan ini ada orangnya. Iya mungkin ada. Tapi hanya beberapa orang. Lagipula, daritadi dia hanya sendirian. Tao bisa merasakan auranya bukan manusia.
"Hantu?" ucapnya gugup.
Tak ada sama sekali suara-suara lainnya. Hanya ada suara daun-daun yang saling bersinggungan dengan ranting.
"Mungkin hanya hewan biasa." Dia mencoba santai. "Tapi bagaimana jika hewan itu adalah harimau? Singa? Atau buaya terbang? – coret opsi terakhir.
"Tidak. Mamalia tidur untuk berhibernasi. Tapi buaya terbang?" Dia mencoba untuk kembali berpikiran positif.
Tak mau menunggu lama, dia mempercepat langkah kakinya.
Trraak
Sreeet
"Grrrr…"
DEG!
Ada suara geraman setelahnya. Tao sudah tidak bisa lagi berpikiran positif untuk kali ini. Dia sudah berjanji pada Shi untuk pulang dengan selamat. Dia tidak ingin pulang dengan hanya nama RIP Huang Zitao. No!
"ROOOAAAR!" sesosok makhluk mengerikan keluar dari semak-semak.
Itu bukan singa; itu bukan harimau dan itu bukan buaya terbang-_-. Itu adalah monster. Monster berkepala singa raksasa dan berbadan buaya raksasa juga. Tingginya tiga kali lipat dari diri Tao sendiri.
Tao berjalan mundur dengan perlahan-lahan. Monster itu semakin mendekat. Menghancurkan pepohonan di sekeliling mereka. Dia tidak peduli lagi dengan keranjang-keranjang kue yang terlepas dari tangannya.
"RRRAAAAARRR!" monster itu meraung dan menunjukan taring-taring tajam berliurnya.
Apakah dia masuk ke dalam negeri dongeng? Kenapa ada makhluk misterius ini di negeri modern seperti Korea Selatan?
"Oh, Ya Tuhan…" tubuhnya melemas.
Monster itu mengangkat tangannya. Sepertinya makhluk aneh itu sudah siap menghempaskan tubuh Tao.
Pemuda manis itu pasrah.
1… dia menutup matanya.
2… dia menitipkan salam pada siapapun yang pernah mengenalnya dan semoga mereka bahagia.
2.5…
"ROOOOAAAAR!"
3…
"GRRRAAAAAA!"
Wuuussssh
Tubuh Tao terhempas karena sebuah dorongan. Tubuhnya tidak bisa bergerak karena sebuah-seseorang-atau lainnya mengunci tubuhnya dengan erat. Dia masih merasakan dirinya menapaki tanah. Hanya saja, dia tidak berani untuk membuka matanya. Dia terlalu takut dan seluruh tubuhnya lemas.
.
"Apa dia orang yang kita cari, Kris?" tanya Chanyeol sambil memperhatikan tubuh pria manis yang tertidur di atas tempat tidur Kris.
Kris memandang sosok manis di dekatanya. Nampak terlihat damai dengan wajah tenang saat tertidur.
"Aku yakin! Sinar di cincin dan gelang kita bersinar semakin terang saat berada di dekatnya dan kemudian meredup saat kita menemukannya."
"Apa dia memiliki lambang seperti yang kita miliki? Apa kekuatannya?"
Kris mengerenyitkan keningnya. Dia memperhatikan dengan teliti sosok manis itu. Matanya menyipit untuk mempertajamkan penglihatannya. Akhirnya dia mendengus dan menyederkan tubuhnya pada headboard kasurnya.
"Tidak ada."
Chanyeol menaruh tangannya di dagu tanda berpikir.
"Apa mungkin tandanya ada di balik bajunya?"
What the— Park Chanyeol!
Kris membelalakan matanya. Ini sebenarnya ide atau sebuah pikiran mesum dari seorang Park Chanyeol sang EXOST pemilik kekuatan Phoenix?
.
.
.
TBC
*osiris : dewa dalam kematian dan kelahiran kembali Mesir. Tapi dalam fic ini, saya memutuskan hanya menjadikannya dewa kematian/permata kematian (dalam fic ini)
*Obelisk : namanya saya ambil dari kartu dalam anime Yu Gi Oh! Saya kurang tau pasti apa kekuatan dari Obelisk ini dalam cerita dewa mesir. Tapi, saya membuat Obelisk ini mempunyai kekuatan pengendali.
*Ra : dewa yang membuat manusia dalam sejarah dewa mesir. Dalam fic ini, saya menjadikan Ra adalah permata kehidupan.
#NB : Ini semua hanya fiction. No bash please.
#FF baru cihuy~ Terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah tidak memberikan masalah pada otak gue atas kasus Kris. Gua sembuh dari kegalauan Kris~ *joget morena* maaf kalo ini singkat *banget* dibikin Cuma dalam waktu tiga jam -_- hadeuh, padahal FF lain belum selesai dan ini muncul -_,- Ini buat para reader yang megeluh kurang suka sama Tao yang suka tertindak. Di FF ini, saya membuktikan! Awalnya doing sih, tertindas. Ngikutin alur Anime-nya. Hoho~ btw, di sini Ming tak menggunakan 'Himeka' yang polos dan lugu itu, yah. Ming ikut ngantuk soalnya -_- Jadi pake Chanyeol. Oh, ya, Ming gak bakal ngikutin bener-bener anime/manganya, kok. Ini Cuma terinspiras.
Udah, ah. Jan kepanganjangan. Jan lupa RnR, yo! ^^ I don't like silent reader(s)
Wo ai nimen ^^)/
RnR please.
