Ia awalnya hanya kagum pada perempuan yang menjadi kekasih kakaknya, lalu dunia seolah dijungkir balikkan dengan kenyataan bahwa mereka terbatasi oleh status ipar. Bayi kecil anak kakak kandungnya menjadi saksi bagaimana ia memperjuangkan cinta pada wanita yang menjadi ibu bayi bernama Dalbong. Chanyeol x Baekhyun, Kris x Baekhyun, Sehun, Kyungsoo (GS)
Chapter 1
Baekhyun baru saja mandi, kaki putihnya bergerak menuju ruang tengah hanya berbalutkan gaun selutut berwarna peach dan rambut cokelat bergelombang yang ia ikat setengah. Poninya yang cantik menutupi dahi hingga alis, mata sipitnya menangkap sosok lelaki tinggi dan anaknya sedang bermain didekat sofa tv.
"Chanyeol, kau bisa mandi sekarang." Lelaki tinggi yang tadinya memegang robot dan mengajak balita tampan didepannya kini menengadahkan kepalanya melihat wanita yang sejak setahun terakhir tinggal bersamanya. Ia tersenyum sangat manis.
"Dalbong sangat suka menggigit akhir-akhir ini," ujarnya yang sama sekali tak menjawab perintah Baekhyun padanya. Wanita itu kemudian mendudukkan dirinya diantara anaknya dan juga Chanyeol.
"Iya, dia akan tumbuh gigi, jadi dia akan menggigit apapun yang ada didekatnya." Chanyeol bergumam 'Oh' lalu mengangguk dan mencubit pipi balita menggemaskan itu hingga lelaki kecil diantara mereka berdua tersebut terpekik. Chanyeol dan Baekhyun tertawa kecil, lalu ibu muda itu kemudian mengangkat Dalbong untuk ia pangku, balita kecil pahatan ayahnya itu menurut saja dan tampak asik memainkan potongan puzzle yang ada ditangannya kemudian menggigitnya seperti itu adalah roti.
"Bagaimana harimu?" tanya yang lebih tua pada lelaki jangkung yang masih SMA. Chanyeol melihat pemandangan didepannya tanpa berkedip, tepat pada Baekhyun yang nampak cantik memangku Dalbong. Kemudian ia tersenyum sendiri seperti tersihir kecantikannya.
"Seperti biasa, aku masih harus melakukan tes lagi untuk menjadi direktur di perusahaan Appa, kurasa ini adalah yang ketiga dalam sebulan ini." Tuturnya sama sekali tak mengalihkan perhatiannya pada Baekhyun. Yang ditatap ikut tersenyum kemudian mengelus pipi tirus milik Chanyeol dengan lembut. Memang sejak beberapa bulan terakhir ia sudah digembleng untuk menjadi penerus perusahaan keluarganya setelah kakaknya meninggal. Dan tambah pula lah tanggung jawab Chanyeol atas seribu pegawainya dikemudian hari.
"Kau harus menjaga kesehatanmu, apalagi sebentar lagi kau juga akan ujian kan?" Chanyeol menikmati saat tangan mulus itu mengusap pipi kirinya dan ia mengangguk dengan terpejam, sangat menikmatinya. Lalu Baekhyun menariknya, menarik pula kesadaran Chanyeol membuat mata bulat itu terbuka lagi seperti hendak protes namun hanya sebatas batin.
"Iya, tiga minggu lagi." Katanya, Baekhyun hanya mengangguk.
"Mmmaaamama..." Keduanya spontan memfokuskan penglihatan mereka pada Dalbong yang kini memukul-mukul kecil dada Baekhyun dan tangan kanan bergelang emas khusus bayi itu terus memukul-mukulnya hingga ibunya tertawa. Tanpa risih sama sekali dengan keberadaan Chanyeol, yang justru membuat lelaki itu harus merasakan panas dipipinya.
"Dalbongie haus ya?" katanya sambil menggoda anaknya, meski canggung Chanyeol tetap tidak bisa menahan untuk tersenyum. Ia begitu bahagia melihat hal tersebut, padahal hanya hal sederhana. Tapi detakan jantungnya makin menggila hingga ia rasanya ingin berteriak senang.
Dan tatapan Baekhyun yang mengatakan seolah permisi membuyarkan angan Chanyeol. Wanita itu berdiri dan membopong si kecil Dalbong yang terus merengek ingin menyusu.
Chanyeol juga ikut berdiri sedikit memegang bokong montok Dalbong sekalian memegang tangan mulus itu lagi. Chanyeol modus juga.
"Aku akan menyusui Dalbong di kamarnya, cepat mandi lalu turun lagi untuk makan malam." Sekali lagi Chanyeol terpejam saat menemukan telapak halus itu mengusap pipi kanannya sekejap.
"Ne," balasnya saat tangan itu sudah turun dan melihat Baekhyun menaiki tangga sudah berjalan menuju kamar Dalbong yang berada persis diantara kamarnya dan Baekhyun.
.
.
.
Chanyeol sudah turun dan duduk dimeja makan saat Baekhyun selesai dengan tugas breast feeding nya untuk Dalbong. Lelaki itu memperhatikan Baekhyun yang tengah menyeduh teh hijau untuknya, lalu susu ibu menyusui untuk wanita itu sendiri.
"Butuh bantuan?" tawarnya namun hanya dibalas kata singkat 'tidak' dari Baekhyun yang berada di counter dapur. Sibuk seorang diri. Ia sudah menyiapkan nasi, dan juga lauknya didepan Chanyeol, bahkan lelaki itu bisa langsung memakannya alih-alih menunggui Baekhyun duduk didepannya.
"Ini teh mu," Chanyeol memperhatikan pergerakan wanita itu lagi yang dengan telaten mengurusnya. Seperti seorang istri saja, batinnya dengan tawa kecil disudut bibirnya. Lalu mendapat tatapan bertanya Baekhyun.
"Ada apa?" si wanita bertanya kemudian memajukan letak kursinya untuk mendekat pada bibir meja.
Chanyeol menyesap teh hijaunya lalu menaruhnya di alasnya kembali.
"Tidak ada apa-apa, ayo makan," Ia kemudian mengangkat sumpitnya dan mengambil telur gulung yang ada disisi kirinya. Sebelum Baekhyun menanyainya hal lain lagi, ia hanya bisa bermetafora memuji masakan Baekhyun dengan mata berbinar dan senyumnya yang tak pernah hilang. "Ini enak! Noona, bisakah kau besok membuatkanku bekal yang seperti ini?" erangnya bahkan mulut masih penuh dengan kunyahannya. Baekhyun tersenyum kemudian mengangguk mengiyakan.
"Kau tidak malu lagi membawa bekal? Kata eommonim kau selalu menolak dibuatkan bekal?" Chanyeol menguyah makanan lain yang ada dimeja dengan ekspektasi takjub.
"Hal ini tentu berbeda ketika seseorang ter-spesialmu yang membuatkannya," ujarnya dengan mengedikkan bahu dan luput memperhatikan raut wajah Baekhyun yang berubah.
Seolah baru saja diketuk kepalanya, Chanyeol baru melihat wajah Baekhyun dan menemukan gadis itu resah menatap matanya.
"Ada apa?" tanya yang lebih tinggi pada wanita disana.
"Jangan katakan hal seperti itu lagi Chanyeol," Chanyeol justru mengerinyit tidak mengerti maksud Baekhyun. Lalu lelaki itu meletakkan sumpitnya dan serius memandang Baekhyun.
"Hal seperti itu, apa?" tangannya mencoba terulur tapi Baekhyun sengaja menarik keduanya dari atas meja, hingga menaruhnya dipangkuannya.
Keduanya sama-sama fokus pada objek didepan mereka.
"Chanyeol, aku tidak tahu apa yang kau rasakan padaku, tapi kumohon jangan buat kita semakin sulit," akhirnya lelaki itu tahu kemana arah bicara Baekhyun.
"Memang kenapa?" sahutnya tak mau kalah. Baekhyun menunduk lalu menggeleng.
Mata sipit itu kemudian berair dan beradu pandang dengan mata bulat tegas milik Chanyeol.
"Chanyeol, kita adalah..."
"Ipar?" potong Chanyeol cepat. Baekhyun menurunkan pandangannya dan melihat marmer didapurnya. "Baek," Baekhyun memejamkan matanya, merasakan rasa ngilu pada uluh hatinya saat Chanyeol memanggilnya dengan sebutan nama seolah mereka adalah pasangan ketika bertengkar.
"Cukup Chanyeol, kau tidak boleh seperti ini, aku adalah kakak iparmu, jadi jangan langgar batasan itu." Baekhyun memandang lagi kedalam manik hitam Chanyeol seolah membujuknya. Namun pandangan sinis itu baru saja Chanyeol keluarkan dan semakin membuat Baekhyun terintimidasi.
"Kenapa? Kenapa aku harus menurutinya? Batasan apa yang kau bicarakan? Batasan ipar itu sudah tidak ada semenjak Hyungku sudah menjadi tanah," kata Chanyeol dengan serius.
"Chanyeol kumohon,"
"Baek, apa kau tidak merasakannya? Aku begitu serius ingin menjagamu dan Dalbong," Baekhyun menggeleng. Sejak kematian suaminya, Kris, setahun yang lalu, Chanyeol memang berubah 360 derajat. Dari adik ipar yang seolah membencinya menjadi seorang lelaki yang sangat manis padanya.
Faktor lain juga menguatkan posisi Chanyeol bagi Dalbong karena bayi itu butuh sosok laki-laki yang bisa menjadi figur seorang laki-laki bagi tumbuh kembangnya, hal itu tentu tidak bisa dipenuhi oleh keluarga Baekhyun yang terdiri dari Ibu dan kakak perempuannya saja.
"Tidak, kau tidak tahu apa yang kau ucapkan. Kau tidak boleh menjadikanku alasan Chanyeol. Banyak gadis yang mau denganmu..."
"Apa? Apa alasanmu kali ini? Menjadikan gadis-gadis sebagai alasan?"
"Chanyeol..."
"Setelah lulus SMA aku akan langsung menikahimu, aku akan membicarakannya dengan keluarga kita."
"Chanyeol!" bentak Baekhyun. Mata wanita itu berkaca-kaca dengan dada naik turun. Dirinya begitu kesal dan tidak tahu harus menyalahkan siapa. Perasaan Chanyeol padanya tentu saja tidak bisa ia cegah. Meski ia akui bahwa Chanyeol memang seolah menjelma menjadi lelaki 10 tahun lebih tua dari usia aslinya semenjak Kris meninggal.
"Aku sudah kenyang, terima kasih atas makan malamnya," Chanyeol berdiri dan menyudahi acara pertengakaran mereka. Ini adalah kali kedua mereka bertengkar dengan masalah yang sama. Terakhir adalah ketika Chanyeol pertama kali menginjakkan kakinya dirumahnya, sekaligus dengan permintaan Chanyeol untuk menjadikan Baekhyun sebagai wanitanya yang tentu langsung mendapat penolakan keras dari Baekhyun, selain baru saja kehilangan suami dirinya juga tidak bisa begitu saja mengiyakan permintaan laki-laki yang menjadi adik iparnya tersebut karena tidak pantas.
.
.
.
Jika boleh jujur sebenarnya Chanyeol sudah mengagumi kakak iparnya itu jauh sebelum Baekhyun dan Kris menikah, tepat saat keduanya dipertemukan pada acara pengenalan Baekhyun yang dibawa Kris menemui keluarganya. Saat itu Chanyeol tidak bisa berpaling untuk melihat ke wanita lain padahal sudah berkali-kali ia menjalin hubungan dengan teman wanita disekolahnya. Puncaknya saat Kris mengumumkan akan menikahi Baekhyun, dunia Chanyeol seolah direnggut darinya. Memang semuanya bukan salah Kris, tapi Chanyeol seolah hidup dengan pikiran seperti itu. Dua tahun yang lalu saat Baekhyun dinyatakan hamil, semua keluarga datang ke acara pesta penyambutan si jabang bayi kecuali Chanyeol. Seolah dirinya sibuk sekali hari itu, berangkat sekolah sebelum jam 6 dan pulang saat hampir subuh.
Perihal kelakuannya yang tak biasa tersebut tentu menyulut kemarahan baik dari kedua orang tuanya hingga Kris. Berulang kali Chanyeol harus keluar masuk ruang BP, entah itu karena kasus perkelahian antar temannya ataupun bolos sekolah. Masa lalu Chanyeol saat Baekhyun masih menjadi istri kakaknya seolah adalah masa lalu yang tidak pantas ia lakukan pada kedua orang yang sangat berarti baginya itu.
Chanyeol sangat menghormati kakaknya, tetapi kelakuan buruknya dan segala kecemburuannya pada lelaki itu justru membuat jurang pemisah yang sangat dalam diantara keduanya. Tak luput dari pengetahuan mendiang Kris, bahwa ia tahu jika adiknya itu seolah menyalahkan dan membencinya. Tapi ia hanya diam berharap bahwa bisa menghindari pertengkaran diantara keduanya.
"Aku suka dengan istrimu," malam itu adalah tepat seminggu setelah pesta atas kehamilan Baekhyun. Chanyeol menelpon kakaknya untuk bertemu di kafe dekat rumah keluarganya. Kris menurut dan sudah antisipasi.
"Aku tahu," ucap Kris datar. Mata keduanya bertemu, lalu mata Chanyeol yang awalnya tajam berubah menjadi mata kesedihan.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi aku tidak akan merebutnya secara paksa darimu," Kris masih mendengarkan. "Aku akan menunggu," kata Chanyeol lalu enyah begitu saja tanpa mengucapkan salam.
Kris masih menelaah semua perkataan Chanyeol sampai denyutan di hatinya seperti ingin mencekiknya.
Sesak.
Itulah yang Kris rasakan. Ia tidak tahu bahwa Chanyeol akan menggilai istrinya sebegitu dalam. Dan yang bisa ia lakukan adalah dengan menerimanya. Sekuat tenaga ia mejaga rahasia yang hanya dirinya dan Chanyeol yang tahu sampai ia meninggal.
Baekhyun sudah merapihkan sisa makan malam mereka meski ia dan Chanyeol sama sekali tak benar-benar menikmati makan malamnya.
Wanita itu menaiki tangga dan berhenti ketika berada didepan kamar Chanyeol. Tanpa memanggil pemilik kamar, Baekhyun mengetuk pintunya lalu membuka pintu kamar itu dengan pelan.
Chanyeol sedang tidur membelakangi pintu. Baekhyun berjalan mendekat lalu sampai di sebelah ranjang Chanyeol. Wanita itu mendudukkan dirinya dibelakang Chanyeol, dengan kaki yang menapak lantai. Ia mengusap rambut Chanyeol dengan sayang. Menyalurkan sihir kenyamanan yang langsung Chanyeol rasakan.
"Chanyeol," panggil Baekhyun.
Lalu tiba-tiba Chanyeol membalikkan badan dan menelusupkan wajahnya pada perut Baekhyun hingga wanita itu sedikit limbung namun berhasil ia tahan.
Lengan berotot Chanyeol melingkari pinggang kakak iparnya dengan posesif. Sangat erat, Baekhyun meringis merasakan sakit tapi ia tetap mengelus rambut itu dengan pelan.
"Aku sudah berusaha menahannya tapi tidak bisa, kumohon jangan memintaku untuk membuang perasaanku," kata Chanyeol akhirnya. Baekhyun hanya diam mendengarkan. "Aku sudah melakukan semua apa yang kau minta, mengencani gadis lain hingga aku sudah tidak tahan lagi rasanya," Baekhyun tetap mengelus kepala Chanyeol dan dapat merasakan nafas hangat Chanyeol dipermukaan perutnya yang dilapisi kain gaunnya.
"Aku tahu, mendiang Hyung ku mungkin akan marah padaku, tapi aku benar-benar tidak bisa berlaku seolah-olah aku tidak punya perasaan padamu, suka atau tidak aku akan terus menyukaimu, Baekhyun"
"Chan..."
"Dengar." Chanyeol buru-buru memotong ucapan Baekhyun lalu bangun dengan menggenggam tangan Baekhyun. "Setelah kita menikah, kita bisa pindah ke luar negeri. Aku sudah menyusun rencana. Keluarga besar kita mungkin tidak akan masalah jika kita menikah, tapi orang lain yang iri dengan kita mungkin akan sedikit menyulitkanmu jadi untuk menghindari itu, kita bisa memulainya dari awal, hanya kita dan Dalbong." Tatapan Chanyeol sangat berharap pada Baekhyun, namun dibalas gelengan oleh Baekhyun.
"Tidak, Chanyeol."
Perlahan wanita itu melepas genggaman tangan Chanyeol padanya dan berdiri dari ranjang.
"Baek kumohon..."
"Tidurlah, besok kau masih harus sekolah, selamat malam." Baekhyun keluar dari kamar Chanyeol dan berdiri dibalik pintu kamar itu dengan memegangi dadanya.
Ia sudah melakukan segala cara agar Chanyeol berpaling darinya, namun ia benar-benar diatas kemampuannya untuk membuat perasaan Chanyeol padanya hilang.
.
.
TBC
