Naruto © Masashi Kishimoto

Breathe © Lee Hi

Love Song Anthology © Juicy Apple

Chapter: 1, Release It

Rate: T

Genre: Drama

Main Character: SasuSaku

Warning: Drabble–ficlet–oneshot, a compilation, AU, OoC, typo, dll

DLDR!


Tidak apa untuk menarik napas

Tidak apa untuk berbuat kesalahan

Terkadang semua orang melakukannya

Aku bahkan tidak bisa mengerti kedalaman itu, tidak apa

Aku bisa memelukmu


Haruno Sakura melangkah dengan lunglai. Tatapannya kosong sepulang dari kantor. Meski telinganya ia sumpal dengan untaian alunan musik, namun ia mengabaikannya. Sesekali perempuan berambut pink itu hampir kehilangan keseimbangan, ia juga tidak merutuki itu. Stres merajai dirinya dan ingin cepat sampai ke apartemen untuk menangis sepuasnya.

Musim dingin kali ini diwarnai dengan deruan napas berat–begitu menurutnya. Dalam setiap langkahnya yang mungil ia menghela napas, menganggap bahwa seandainya helaan itu mampu membawa sebagian pemikiran beratnya bersama kepulan asap dingin.

Sisa energinya ia pakai untuk memutar memori sepanjang hari ini dan hari sebelumnya yang menurutnya begitu mengenaskan. Pekerjaannya terancam, ia tak sanggup menyelesaikan deadline karena pada waktu itu ia sedang sakit, dan rekan sejawatnya juga menyebalkan. Rasanya ia ingin berhenti di sini. Namun Sakura sudah melangkah jauh untuk hidupnya, ia tidak bisa mundur atau bahkan berhenti begitu saja. Sesungguhnya menjadi pegawai kantoran adalah impiannya. Namun, ia tak menyangka akan menyerah dan putus asa dengan semua beban-beban yang ada.

Tiba-tiba ia terbesit pada satu siluet yang belakangan ini sering ia rindukan keberadaannya. Sosok tinggi yang selalu mengganggunya saat masa kuliah dulu–hingga sebulan yang lalu. Berharap ia muncul dari belakang dan menawarkannya sebuah makan malam bersama ataupun sebuah tawaran menjeputnya pulang–tepat seperti dulu yang sering ia lakukan. Sosok yang hanya Sakura sendiri yang tahu sifat aslinya di balik topeng tanpa ekspresi yang selalu ia gunakan.

Ia ingin berbagi cerita, karena ia yakin hanya sosok itulah satu-satunya pegangan untuk tetap kuat dan bertahan. Sekalipun, setengah mati untuk tetap bertahan pada kakinya sendiri. Sakura hanyalah gadis biasa yang butuh sebuah pegangan.

Bersama dengan segala pemikirannya yang berkecamuk, Sakura tak sadar sudah di depan pintu apartemen. Ankle boots yang ia kenakan berhenti tepat berjarak kurang dari setengah meter. Manik klorofil yang bening itu sejenak menatap pintu kayu tersebut dalam diam. Ia kembali menghela napas, sebelum ia masuk–

"Sakura."

—tetapi seseorang menghentikannya.


Belakangan ini, Sasuke sering mendapat banyak pasien ataupun kesulitan dalam menghadapi pasiennya. Mulai dari repotnya menangani pasien traumatis, hingga pasien skizofrenia yang harus rutin ia kunjungi. Hal ini membuat pria bermarga Uchiha itu jarang pulang ke apartemen dan lebih sering tidur di rumah sakit. Dan juga, iapun jarang mengunjungi kekasihnya.

Di sela-sela istirahatnya, dalam genggaman tangannya yang mengerat, terlintas kekhawatiran yang tertuju pada perempuan yang tengah dikencaninya itu. Sasuke meraih ponselnya yang tersimpan dalam kantung jas dokter yang ia kenakan. Tidak ada pesan yang masuk ataupun telepon yang tak terjawab olehnya. Melihat itu, ia diam dalam ragu. Ia ingin mengunjunginya, namun ia tak ingin mengganggu. Tetapi di sisi lain, Sasuke sangat ingin di sampingnya, mengerti akan keluh kesah ataupun ikut tertawa dalam kebahagiaannya.

Dalam hening yang panjang, Sasuke akhirnya membuat keputusan. Jam lima sore, ia akan mengunjungi kekasihnya, Haruno Sakura.


Mereka terulur jarak, namun perlahan dipersempit dengan langkah kaki Sasuke yang lebar. Manik onyx-nya menangkap sesuatu tak beres dengan Sakura. Raut wajah yang lusuh dan lelah, juga mata bening yang kehilangan sinarnya. Namun, belum lagi ia mendekat pada tubuh ramping itu, Sakura sudah menerjangnya. Memeluknya dengan erat dengan segala tangis yang ia ikutsertakan dalam sarat kerinduan. Tangisnya pecah dalam pelukan, mengisyaratkan kalau ia benar-benar lelah dalam menjalani hidupnya, menyimpan semua permasalahannya, dan menyesali semua kesalahan yang ia lakukan pada pekerjaannya.

Sasuke hanya diam, sementara tak berkata apapun sembari mengelus puncak kepala pink itu. Ia hanya bisa menenangkan Sakura dengan segala pengertian dan pelukan hangatnya. Hanya sekali tatap, Sasuke tahu bahwa Sakura telah menjalani masa-masa berat selama ia tak berada di sisinya.

"It's okay, you've done your best. Everybody did a mistake."

Hanya itu yang bisa Sasuke katakan. Sebab, ia tak tahu sedalam apa perasaan kacau Sakura kali ini. Ia hanya mencoba mengerti dan mengalir dalam tangis Sakura. Sasuke paham benar, ia merasakan dengan jelas punggung sempit itu bergetar. Seolah ingin bebas dari penat barang sejenak saja. Ingin bernapas dengan bebas dari semua belenggu yang mengikatnya.

Pelan Sasuke mengendurkan pelukannya, kemudian mencengkram kedua bahu Sakura. Sepersekian menit mereka saling bersitatap, sebelum Sasuke tersenyum tenang melihat kondisi Sakura yang benar-benar kacau. "Masuklah, kau butuh istirahat. Aku akan menemanimu."

Sakura hanya mengangguk dan tersenyum lemah, lalu masuk ke apartemennya bersama Sasuke yang menuntunnya. Mereka duduk di sofa ruang tengah, dengan Sasuke yang masih setia bersamanya. Sakura tak menangis lagi, namun ia mulai menceritakan apa yang ia alami selama Sasuke tak bersamanya. Tentu saja, hal ini membuat pria itu benci pada dirinya sendiri.

"Maaf. Mulai sekarang ceritalah padaku, tentang semuanya."

Sasuke kembali menghadiahkan sebuah pelukan hangat, sampai mereka akhirnya tertidur di sofa dengan posisi saling berpelukan.


THE END


A/N :

Haloooo! Akun dan cerita ini adalah kolaborasi antara Hydrilla dan White Apple Clock.

White Apple Clock: Mumpung libur jadi nulis aja, hehe.

Hydrilla: Kali ini saya cuma berperan jadi editor. Akhirnya proyek dari tahun kapan terealisasi juga wkwk. Ah, saya emang lebih cerewet dari partner saya, wkwk.

Tunggu cerita kami selanjutnya, yaaa!

Review?

Salam LDR,

-Juicy Apple :*