Semua berawal dari rasa penasaran Kim Himchan, ia mendapati sahabatnya sedang tertidur dikelas yang kosong. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dimana semua murid sudah pulang ke rumah masing-masing satu jam yang lalu. Walaupun Himchan sudah memberitahu sahabatnya yang satu ini agar tidak menunggunya, tetapi tak pernah didengarkan dan terus menanti-nantikan hanya agar mereka bisa pulang bersama.
Saat itu semua tirai jendela tertutup memblokir sinar matahari yang terlalu terik sehingga pencahayaan tidaklah terlalu terang juga terlalu gelap. Kulit cokelat anak yang tertidur pulas itu terlihat lembut sementara wajahnya tampak polos juga elegan. Himchan mendekatkan dirinya agar bisa melihat lebih baik, walaupun mereka menghabiskan bertahun-tahun bersama tapi tetap saja Himchan tidak pernah puas mengenal anak itu. Himchan memandangi mata anak tersebut yang selalu memancarkan rasa damai dan karismatik, hidung mancungnya, lalu bibirnya - Himchan berhenti sampai dibibirnya dan ia mulai merasa deg-degan. Bagaimanakah rasanya mengecup bibir itu.
"!", Himchan terloncat mundur, ia benar-benar telah mendapatkan ciuman dari sahabatnya
"...mm...", Yongguk sedikit merengek dalam tidurnya lalu ia sadar seseorang sedang memperhatikannya. "...Channie..?"
".A...itu..err...", Wajah Himchan memerah seperti buah tomat, ia berdoa supaya sahabatnya tidak sadar dengan apa yang barusan ia lakukan, "Aku..rapatku sudah selesai, ayo kita pulang!"
"Hei! Tunggu!", kata Yongguk karena Himchan berjalan cukup cepat.
Sepanjang perjalanan pulang, tak ada percakapan sama sekali. Karena hari cukup panas, Yongguk dan Himchan mampir kedalam sebuah minimarket untuk membeli minuman dingin. Mata Yongguk teralih pada deretan aksesoris yang juga ada diminimarket tersebut, tampaknya ia cukup tertarik pada aksesoris couple. Dibelakang Yongguk, Himchan mengerutkan alisnya - ia tidak pernah tahu kalau sahabatnya tertarik pada aksesoris, couple pula, apakah dia hendak memakai benda itu bersama pacarnya? Tunggu, apakah sahabatnya punya pacar, setahu Himchan tidak ada.
Ia tidak begitu memperhatikan apakah Yongguk mengambil aksesoris itu atau tidak, ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri membayangkan sahabatnya tak lama lagi akan direbut seseorang, ada juga ia berdoa agar Yongguk hanya sekedar melihat-lihat untuk kesenangan.
"Himchan, ayo", panggil Yongguk dari pintu minimarket, ia sudah membayarkan kedua minuman mereka.
Kesunyian terjadi lagi, ia memang mengerti sekali kalau Bang Yongguk tidak terlalu banyak bicara - Himchan selalu menjadi yang berbicara dan Yongguk mendengarkan plus sedikit memberi respon. Yongguk menyadari Himchan lebih diam hari ini.
"Himchan", Yongguk memulai pembicaraan siang ini
"Ya?!...", Himchan menjawab dengan gagap
"Kau aneh sekali hari ini, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?", kata Yongguk
"Apa!? Err... tidak~! Hari ini panas sekali!", Himchan memberikan alasan yang tidak masuk akal dan mengalihkan pandangannya.
Yongguk tersenyum kecil lalu ia berbelok menghilang, Himchan terkejut karena seharusnya arah ruah mereka adalah lurus terus. Ia segera mempercepat langkahnya agar tetap bersama Yongguk, mereka memasuki taman kanak-kanak yang sudah kosong.
Yongguk duduk disalah satu ayunan, "Sudah lama sekali kita tidak kesini"
"Yeah, ini tempat pertama kali kita berteman", Himchan tersenyum kearah kotak pasir dimana dia membela Yongguk kecil yang sedang dibully karena tidak banyak bicara.
Mereka tumbuh bersama sejak Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Menengah, hingga sekarang. Himchan tumbuh sebagai anak yang enerjik dan dapat diandalkan, sementara Yongguk menjadi pria maskulin yang selalu ada disampingnya. Ia tidak bisa membayangkan kalau suatu hari Yongguk dan dirinya hidup dijalan yang berbeda.
Karena Himchan kembali termenung, Yongguk mendekatinya, "Channie"
"!", Himchan terkejut, tubuhnya reflek mundur tetapi Yongguk menahannya
"Biasanya kau diam hanya karena dua alasan, kau sedang dalam kesulitan atau kau berbuat...susuatu", pilihan kedua Yongguk mengena, dan ia tahu dari cara Himchan melihat kearah lain seketika, "Apa yang sudah kau perbuat Channie"
"..Ti..tidak ada kok!...", kata Himchan, lalu dagunya diambil Yongguk dan ia dipaksa melihat mata Yongguk dari jarak yang amat dekat.
"Sungguh? Lalu kenapa kau tidak mau menatapku, apa kau berbuat sesuatu padaku?", Yongguk tersenyum licik dan wajah Himchan memerah. Yongguk memang tipe yang pendiam tetapi sekali dia berulah - tak akan ada yang bisa menghentikannya. "...apa kau melakukan ini?"
Yongguk mengecup bibir Himchan, seketika jantung Himchan berdegup kencang dan ia menikmati ciuman tersebut. Mereka berdua mencoba saling mendominasi sampai suara tawa anak kecil yang tidak sengaja melewati taman kanak-kanak itu menghentikan mereka. Himchan menutup wajahnya karena merasa begitu malu, sedangkan Yongguk hanya tersenyum kecil pada anak itu - untungnya ia terlalu polos untuk mengerti apa yang sedang terjadi dihadapannya.
"Himchan, sampai kapan kau akan menutupi wajahmu?", Yongguk memainkan tangan Himchan yang sedang menutupi wajahnya. "Kau tampak sangat imut saat malu"
"...jangan bilang aku imut..! Aku tidak suka!", ketus Himchan, akhirnya memperlihatkan wajah merahnya.
"Kau juga sangat imut saat marah", Yongguk tetap pada pendiriannya tentang Himchan.
Sekali lagi Yongguk mendapatkan bibirnya, tapi kali ini ciumannya lembut. Ia mengeluarkan salah satu cincin yang baru ia beli dan memakaikannya dijari Himchan yang sedang menikmati bibirnya.
"...Err...", Himchan mendapati cicin polos dijari manisnya, cincin dari salah satu aksesoris yang diperhatikan Yongguk sebelumnya.
"Saat ini aku hanya bisa memberikanmu cincin murah, tapi suatu saat aku ingin memberikan cincin yang benar-benar mengikat hubungan kita", ucap Yongguk sambil mencium jari manis Himchan.
"Jadi maksudmu..."
"Kita berpacaran? Begitulah yang disebut anak-anak jaman sekarang", Yongguk tersenyum lebar, "Selama ini aku selalu mencintaimu, aku terus menunggu sampai kau menyadarinya Channie"
"Aku selalu mencintaimu kok!", Himchan protes
Yongguk mengalah, "Jadi...aku yang tidak menyadarinya? HaHa..tidak masalah, yang penting perasaan kita sama"
Wajah Himchan yang merah kini berubah menjadi bahagia, ia hampir meneteskan air mata tapi ia sanggup menahannya. Jantungnya masih berdegup kencang, dan saat ia memeluk Yongguk - ia bisa merasakan jantung Yongguk yang juga berdegup seirama dengannya. Akhirnya ia tidak perlu khawatir lagi, takkan ada yang bisa memisahkan mereka sekarang.
-END-
