Naruto © Masashi Kishimoto
My Love © Thia Nokoru
Rate : T semi M
Pairing : Sasuke – Sakura
Genre : Romance
* My Love *
Chapter 1,
"Ibu… sesuai pesan Ibu, aku akan pergi ke Desa Konoha… dan tinggal bersama dengan Bibi Tsunade."
Aku sudah memutuskan untuk pergi dari kota ini. Sebulan yang lalu, ibuku meninggal karena sakit. Sebelum ibuku meninggal, ia menceritakan kalau dulu kami sekeluarga tinggal di Desa Konoha. Karena pekerjaan ayah yang mengharuskan tinggal di kota, jadinya kami sekeluarga pindah dari desa ke kota. Sebenarnya aku tidak ingat sama sekali kalau aku pernah tinggal di desa, ibuku bilang kepadaku, tentu saja aku tidak mengingatnya, karena saat aku berumur 10 tahun dan sudah tinggal di kota, aku sempat mengalami kecelakaan yang mengakibatkan aku kehilangan ingatanku.
Aku sudah mengemas barang-barangku. Rumahku yang ada di kota sudah aku jual. Uangnya akan kubelikan rumah di Desa Konoha nanti. Oh ya, kata ibuku… Desa Konoha adalah sebuah desa tempat para bangsawan kuno tinggal. Jadi, jangan berpikir kalau desanya itu adalah sebuah desa yang miskin, justru sebaliknya. Aku jadi tidak sabar ingin melihat Desa Konoha itu seperti apa?
Perjalanan menuju Desa Konoha ternyata tidak semudah yang aku kira. Butuh waktu 5 jam untuk sampai di desa ini. Hari sudah malam saat aku tiba di depan pintu gerbang Desa Konoha. Ada dua orang penjaga di depan pintu masuk desa, aku menghampiri mereka.
"Selamat malam, Nona… ada yang bisa kami bantu?"
Saat aku menghampiri para penjaga itu, mereka dengan sopannya bertanya kepadaku. Aku jadi tidak takut kepada mereka, malah aku kok jadi merasa nyaman, ya? "Malam, aku baru tiba di desa ini, err… dimana aku bisa mendapatkan sebuah penginapan?" tanyaku.
"Ah, selamat datang di desa kami…!" seru mereka berdua. "Penginapan? Nona bisa menaiki kereta kuda dan minta diantar ke tempat penginapan yang ada di desa ini. Tenang saja Nona, warga di desa kami ramah-ramah, kok! Kalau pun ada yang macam-macam, harap Nona melapor kepada kami. Biasanya ada warga desa lain yang suka mengacau di desa ini, jadi… berhati-hati tetap saja diperlukan, ya…" kata salah satu dari mereka.
"Iya, terima kasih atas pemberitahuannya!"
Aku melihat tidak jauh dari penjaga desa ini ada beberapa kereta kuda. Sepertinya kereta kuda ini adalah kendaraan umum di desa ini. Berbeda sekali dengan di kota yang penuh dengan mobil-mobil. Aku menghampiri tempat kereta kuda itu dan salah satu dari pemilik kereta kuda itu menghampiriku.
"Butuh tumpangan, Nona?" tanyanya.
"Ah, iya! Saya butuh tumpangan ke penginapan yang ada di desa ini."
"Ayo, silahkan naik, Nona!"
Aku menaiki kereta kuda, supir kereta kuda ini bertanya kepadaku, aku mau ke penginapan yang mewah, sederhana, atau kalangan bawah? Karena aku berada di tempat yang sangat asing bagiku, aku memilih penginapan mewah, kalau mewah, sudah pasti keamanannya terjamin, kan?
Benar apa kata ibuku. Desa ini benar-benar sangat berbeda dengan desa-desa yang lainnya. Desa ini sangat mewah, bangunan-bangunan rumah tradisonalnya sangat megah-megah bagaikan istana. Benar-benar desa seorang bangsawan.
Aku sampai di sebuah penginapan yang katanya penginapan mewah di desa ini. Hmm… kalau dibandingkan dengan yang di kota, masih kalah jauh dengan penginapan di kota.
"Ramai sekali… semuanya memakai pakaian kimono, apakah mereka yang ada di dalam seorang bangsawan semua? Rasanya kok seperti berada di jaman dahulu, ya…" gumamku.
Aku memasuki penginapan berlantai 3 ini. Bangunan tradisionalnya sangat indah dan luas. Lantai pertama ini adalah sebuah restoran sepertinya, terlihat banyak orang-orang yang sedang makan sambil mengobrol. Para pelayan yang melayani semuanya seorang perempuan, mereka memakai pakaian dengan penampilan yang terlihat seperti seorang geisha. Wah, baru kali ini aku melihat yang seperti ini.
Tapi… rasanya sejak tadi orang-orang sekitar melihatku dengan tatapan aneh, yah… sudah pasti aku berbeda dengan mereka. Aku tidak mengenakan kimono seperti mereka, aku memakai sebuah kaos yang pas ditubuhku berwarna merah, celana jeans panjang berwarna biru, sepatu sportku berwarna putih, ditambah lagi koper besar yang aku bawa. Sekali lihat saja pasti mereka tahu kalau aku bukan warga desa ini, walau sesungguhnya aku ini sebenarnya asli warga desa ini.
Daripada menjadi pusat perhatian, aku langsung saja memesan kamar untukku tinggal sementara di desa ini. Ternyata desa ini sangat luas, mungkin akan sulit juga mencari Bibi Tsunade, kecuali kalau dia itu memang orang terkenal di desa ini.
Aku dapat kamar nomor 16 yang ada di lantai 2. Tangga menuju lantai 2 berada di ujung ruangan lantai 1 ini. Aku lelah sekali hari ini… ingin sekali cepat-cepat aku istirahat di kamar dan tidur dengan pulas.
"Akhirnya… aku bisa istirahat juga…"
Cklek
"Eh?"
Saat aku membuka pintu kamarku, pintu kamar yang ada di sebelah kamarku juga ikut terbuka. Entah mengapa aku malah tidak jadi masuk ke dalam kamarku, aku penasaran ingin melihat orang yang tinggal di sebelah kamarku ini. Dengan perlahan pintu itu terbuka semakin lebar, aku seketika membeku di tempatku berdiri, seorang laki-laki yang sepertinya sebaya denganku keluar dari dalam kamar yang ada di sebelah kamarku dengan aura yang sangat dingin dan wajah tanpa ekspresi. Kedua bola matanya yang sehitam malam itu menatap tajam pada kedua bola mata emeraldku. Kedua mataku tidak bisa lepas untuk tidak menatap laki-laki itu, sulit untukku untuk mengalihkan pandanganku dari laki-laki menyeramkan itu.
"Kau… apakah kau datang untuk menggangguku lagi?"
Deg
Suaranya… suaranya begitu dingin dan penuh penekanan. Apa yang dikatakannya tadi? Aku datang untuk mengganggunya? Sinting!
"Si-siapa kau? A-aku datang kemari bu-bukan untuk mengganggumu, tau!" balasku setengah berani.
BRAKK
Karena kesal dan takut, aku langsung saja masuk ke dalam kamarku dan langsung menutup pintu kamarku dengan kasar dan menguncinya.
"Siapa dia? Wajahnya memang sangat… sangat… sangat… tampan! Tapi sangat menyeramkan! Semoga aku tidak berurusan lagi dengannya!"
.
T_N
.
Pagi hari sudah tiba, hari ini aku akan memulai pencarianku! Bibi Tsunade, tunggu aku, ya!
Aku keluar dari kamarku, hari ini aku mengenakan pakaian terusan selutut berwarna merah terang. Kulirik kamar yang ada di sebelahku, pintu kamarnya masih tertutup rapat, semoga saja orang semalam sudah pergi dari kamar itu. Sebelum melakukan pencarian, sebaiknya aku sarapan dulu di lantai 1. Sampai di lantai 1, aku langsung memesan sarapanku. Aku mengedarkan pandangan mataku ke seluruh restoran ini,
Deg
Sialnya… ternyata laki-laki semalam juga ada di restoran pagi ini. Dia menatapku dengan sangat tajam. Hei, apa salahku sampai ditatap seperti itu olehnya? Aku mengacuhkan pandangan tajamnya kepadaku.
"Silahkan, Nona…"
Ah, sarapanku sudah datang. "Terima kasih," ucapku pada pelayan wanita yang cantik.
Sebelum memulai makan, aku sedikit melirik pada laki-laki itu, dia masih saja menatap aku. Apakah ada yang aneh denganku? Atau pakaianku sangat aneh di desa ini? Sepertinya aku butuh pakaian kimono agar tidak ditatap aneh oleh warga desa ini.
Tidak memperdulikan laki-laki semalam yang masih memperhatikan aku, aku langsung saja melahap sarapanku. Setelah selesai sarapan, aku akan mulai mencari Bibi Tsunade.
Dimulai dengan mengenali daerah sekitar penginapan tempat aku tinggal. Tempat yang sangat ramai, banyak tempat-tempat hiburan, pusat perbelanjaannya juga banyak.
Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu, hari sudah sore, aku belum bertemu dengan orang yang kenal dengan Bibi Tsunade.
"Kalau tidak tahu alamatnya, kenapa juga aku mau mencarinya, ya? Siapa tahu Bibi Tsunade itu sudah pindah ke kota? Haaahh… desa ini ternyata hampir seluas di kota, ya? Aku capek sekali…."
Pencarian hari pertama selesai sudah, aku lelah sekali. Aku kembali ke penginapan dan langsung beristirahat di kamarku.
Malam hari aku terbangun, perutku terasa sangat lapar. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sebaiknya aku mencari makanan di restoran. Aku keluar dari kamarku dan aku sangat… sangat… sangat terkejut karena laki-laki menyeramkan itu sedang berdiri bersender di depan pintu kamarnya.
"…."
Dia melirikku, aku tidak memperdulikannya. Dengan perlahan aku mulai berjalan meninggalkannya.
"Mau kemana kau malam-malam seperti ini?" tanyanya dengan suara dinginnya.
Aku berhenti berjalan, berbalik dan menatapnya. "Apa menjadi urusanmu kalau aku keluar malam-malam, hah?" balas tanyaku dengan nada suara yang tidak kalah dingin.
"Apa yang sedang kau cari?" tanyanya lagi.
"Hn? Bukan urusanmu! Jangan sok akrab denganku, ya!" kataku sedikit galak. Apa maunya laki-laki ini?
"Kupikir kau datang kemari karena masih ingin mengejarku, ternyata aku salah duga…" ucapnya.
"Apa maksudmu? Memangnya kau siapa? Sampai-sampai aku ingin mengejarmu? Dasar gila!" ucapku.
"Hn? Kau tidak kenal denganku?" tanyanya lagi.
"Memangnya kau mengenalku? Lagipula siapa kau? Aku tidak mengenalmu!" ucapku sedikit ketus.
"Uchiha Sasuke, kau ingat?" tanyanya.
"Uchiha? Maaf, sepertinya kau salah orang… aku sama sekali tidak mengenalmu." ucapku.
"Begitu, kalau begitu aku salah orang ya, Haruno Sakura…" ucapnya.
"Eh?"
Kok dia tahu namaku, ya? Apakah dia benar-benar mengenalku?
"Eh… tu-tunggu dulu!"
Ah… terlambat… dia sudah masuk ke dalam kamarnya. Kalau aku ketuk pintu kamarnya, aku takut kalau dia nanti akan marah. Sepertinya dia kenal denganku, apakah dia benar-benar mengenalku? Atau dia sebenarnya orang jahat yang ingin menculikku? Untuk saat ini sepertinya aku harus hati-hati, aku tidak tahu dia itu orang baik atau jahat.
B E R S A M B U N G
