Immortal


"Meskipun kau sudah pergi dari kehidupanku dan kini tinggal diriku sendirian. Tidak apa-apa. Sebelumnya aku memang selalu sendiri."


Title : Immortal

Author : KimpBlossom

Cast : - Kim Jongin

- Do Kyungsoo

- Park Chanyeol

- Another cast

Rate : PG-17

Genre : Hurt/comfort.

Disclaimer : Tokoh yang ada dalam cerita hanya milik God, They Parents, EXO, and SMent. The story is mine (Murni). (!) Don't Be Plagiat.

a/n : Apa yang harus saya ceritakan tentang fanfic ini? Oke awalnya cuma pada suatu malam *illahh -_-, Lagi nostalgiaan ama lagunya Evanescence dan mentok ama lagunya My Immortal. Dan gak butuh lama dalam dua hari langsung selesai fanfic ini.

Selingan aja sih bahan bacaan baru. Daripada lumutan di folder Laptop mending di Publish aja (Maaf kalo mengecewakan saya cuma mengikuti jalan cerita lagu) :3

(!) YAOI. If you don't like, Don't read.

(!) Bisa sekaligus dengerin lagunya biar feel-nya nambah.

Happy read :) Mind to RnR?


IMMORTAL


Seharusnya hari ini dia bahagia. Tidak seperti ini. Terpuruk sendirian dan menangisi kesepiannya yang seolah telah hilang bagaikan buih. Kenapa ada perasaan seperti ini disaat hari bahagianya. Kenapa dia harus menangisi hari ini. Perasaannya kali ini begitu sangat berbeda dari 8 bulan yang lalu. Ketika dia untuk pertama kalinya bertemu dengan Kim Jongin.

Kyungsoo sebisa mungkin menahan air matanya. Namun dia tidak sekuat itu untuk menahan semua rasa sedihnya saat ini. Begitu malang. Bahkan tidak ada yang berubah ketika dia harus merayakankembali hari ulang tahunnya–dia masih sendirian.

Air matanya jatuh begitu saja ke bantal berwarna putih itu. Berbaring sendirian dengan tangannya yang terus mengusap lembut satu bantal yang ada disisi lain bantal yang sedang dia pakai saat ini. Kyungsoo berbaring menyamping. Hanya menatap sendu sisi kosong yang ada disampingnya. Dia kehilangan. Dia merasa ditinggalkan oleh Kim Jongin. Seseorang yang kembali membuatnya merasa sendirian.

Masih teringat jelas kata-kata indah yang selalu Jongin utarakan setiap malam. Kata-kata yang romantis, penuh dengan janji-janji dan kata-kata yang baku mengisyaratkan untuk saling memuaskan satu sama lain. Ini terlalu menyakitkan bagi Kyungsoo untuk mengingat semua itu. Kenangan indah itu kini seolah menjadi sebuah kenangan buruk yang ingin sekali dia kubur suatu saat nanti. Ya. Bila waktu yang memberikannya jawaban kapan untuk dia berhenti bersabar dengan semua yang saat ini tengah dia rasakan.

Mencoba berpikir dengan pikirannya. Namun dia terus terjatuh kepada lubang hatinya sendiri. Lubang yang dulunya hanya sebuah titik yang kini seolah berkembang menjadi sebuah lubang yang menenggelamkan membuat dirinya merasakan luka yang semakin dalam. Dan dengan menutup matanya kembali. Kyungsoo akan kembali mencoba melupakan hari ini. Dan dia hanya akan melihat apa yang akan terjadi dikeesokan harinya. Apakah hari yang akan membuatnya bahagia dan terus dia ingat atau hari yang membuatnya rapuh dan dia akan kembali berusaha melupakannya. Namun hasilnya tetap sama. Entah perasaan bahagia, kecewa, atau rasa sakit. Kyungsoo masih bisa mengingatnya.


Seolah menjadi kegiatannya sehari-hari. Setiap pagi Kyungsoo akan selalu bersiap untuk memulai tugas rumahnya setiap hari. Bahkan dia selalu kembali memasak beberapa sarapan setiap paginya. Meskipun dia tidak tahu apakah Jongin hari ini akan pulang atau tidak. Kyungsoo merasa harus untuk melakukan hal itu karena saat Jongin pulang dia yakin Jongin akan langsung memakan sarapannya yang dia tahu pekerjaan Kim Jongin selalu membuatnya kelaparan karena harus menahan rasa laparnya setiap saat. Namun bila Jongin tidak pulang dia akan tetap membiarkannya. Menghangatkannya kembali setiap jam makan siang dan makan malam. Tapi semuanya akan berakhir dengan pelabuhan terakhir makanan itu di tong sampah dapur. Jongin tidak pernah pulang dengan jadwal yang pasti. Apa pekerjaannya? Itulah yang tidak ingin Kyungsoo ingat.

Kyungsoo sudah melakukan semuanya. Sudah membuat sarapan dan merapihkan rumahnya yang setiap saat memang selalu terlihat rapih–tapi tidak bila ada Jongin. Bahkan dia selalu lupa untuk membersihkan tubuhnya setiap pagi. Entah kenapa Kyungsoo selalu tidak terbiasa untuk melakukan hal itu karena Jongin selalu mengatakan kepadanya bahwa Kyungsoo setiap pagi akan selalu terlihat memukau meskipun dia tidak membersihkan tubuhnya sekalipun. Tentu saja. Kim Jongin menyukai semua bekas tanda cintanya yang melekat di tubuh Kyungsoo yang selalu mereka lewati setiap malam. Dan itu yang selalu membuat Kyungsoo mengurungkan niatnya hanya untuk membersihkan tubuhnya. Bahkan dia hanya akan mandi di waktu siang hari ataupun sore hari. Ketika Jongin tidak berada di apartemennya. Memang apartemen yang ditempati Kyungsoo saat ini bukanlah apartemennya melainkan apartemen milik Jongin. Apartemen mewah hadiah dari bayaran pekerjaannya yang baik dari salah seorang yang pernah memperkerjakannya.

Cukup Kyungsoo hanya diam setelah apa yang telah dilakukannya saat ini. Dia hanya menunggu Jongin pulang. Apalagi hari ini. Hari dimana Kyungsoo telah menginjak umurnya di umur 23 tahun. Kyungsoo berharap Jongin mengingatnya dan mengucapkan sebuah selamat kepadanya. Dia tidak membutuhkan hadiah ataupun barang yang mahal. Dia hanya membutuhkan suara Kim Jongin yang kadang setiap saat sering dia rindukan–namun itu dulu.

Berselang waktu satu jam saat Kyungsoo selesai dengan semua pekerjaannya. Suara bel apartemennya terdengar dan tidak lain itu pasti adalah Jongin. Dengan cepat Kyungsoo bangkit dari duduknya dan berlari menuju pintu utama apartemennya. Dengan cepat Kyungsoo membuka pintunya berharap Jongin datang membawa sebuah kejutan di hari ulang tahunnya. Namun, mimpi Kyungsoo sangat jauh dari apa yang dia harapkan. Kyungsoo hanya diam menatap wajah lusuh Jongin saat ini. Rambut yang berantakan dan beberapa luka lebam diwajahnya, pakaian yang lusuh bahkan beberapa terdapat bercak darah yang menodai kemeja berwarna coklatnya. Penampilan yang sudah tidak asing lagi dimata Kyungsoo karena dia sudah hampir berbulan-bulan menatap keadaan menyedihkan seorang Kim Jongin seperti ini.

Hanya sapaan datar tidak bermakna yang Jongin sampaikan kepada Kyungsoo. Dia melangkah begitu saja melewati Kyungsoo yang menatapnya sendu. Melemparkan jaket bermodel kulit hitamnya begitu saja kesudut ruangan sebelum dia mengeluarkan sebuah Senjata Api ke meja. Bahkan dia tidak segan membuka semua pakaiannya dari kemeja sampai celana jeans usangnya dan melemparkannya juga sembarangan ketempat dimana Jaket kulit hitamnya tadi dia lemparkan. Hingga akhirnya dia hanya menggunakan sebuah celana pendek berwarna hitam dan berjalan begitu saja menuju kamar.

Tanpa menatap kebelakangpun Kyungsoo sudah tahu kebiasaan Jongin setiap pulang. Bahkan dia sudah terlalu lelah bila harus kembali bercekcok mulut mempermasalahkan keadaan Jongin yang dimata Kyungsoo sangat menyebalkan. Bahkan hampir menuju bosan. Sehingga Kyungsoo membiarkan Jongin begitu saja. Meskipun dia bicara Jongin tidak akan pernah mendengarkannya.

Setelah menutup pintu apartemennya. Kyungsoo langsung berjalan menuju ketempat dimana pakaian Jongin yang kotor terkumpul. Sudah menjadi kegiatannya sehari-hari untuk menunggu, mengumpulkan lalu membersihkan pakaian Jongin. Bahkan Kyungsoo seolah kebal dengan bau amis yang kadang tercium dari pakaian Jongin yang dipenuhi darah. Dan dia tahu. Bila seperti ini pekerjaan Jongin hampir merenggut nyawanya kembali. Kyungsoo akan lebih suka bila dia dapat melihat Jongin pulang dengan pakaian jauh lebih bersih. Kyungsoo lebih senang Jongin untuk lebih bermain dengan Pistol di bandingkan Pisau. Tapi Kyungsoo tidak ada hak untuk memerintah. Karena Jongin akan selalu menentangnya.

Kyungsoo menatap sendu Jongin saat ini yang tengah memakan sarapannya. Beruntung hari ini sarapan yang dibuatnya tidak kembali berakhir di tempat pembuangan sampah. Karena ada Jongin yang akan memakan habis semua sarapannya yang ada di meja. Habis sampai tidak tersisa.

Kyungsoo kembali teringat dengan apa yang sudah dia harapkan sejak tadi pagi. Namun seperti tidak ada sama sekali tanda-tanda yang menunjukkan Jongin mengingat ulang tahunnya. Dia bersikap acuh. Apa mungkin Jongin benar-benar lupa akan hari ulang tahun Kyungsoo?

"Uhm Jongin." Kyungsoo membuka suaranya hati-hati. Dan Jongin hanya membalasnya dengan sebuah suara deheman kecil bahwa dia mendengar apa yang Kyungsoo katakan kepadanya namun matanya sama sakali tidak melirik kearah sosok yang sekarang duduk berhadapan dengannya.

"Apa kau melupakan hari ini?" Tanya Kyungsoo kembali.

"Memangnya ada apa di hari ini?" Ucapnya tanpa melirik Kyungsoo sama sekali.

Terdiam. Rasanya Kyungsoo ingin menangis lagi seperti tadi malam. Entah kenapa perasaanya begitu sangat sakit. Dia diacuhkan kembali. Namun, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menahan tangisnya sendiri untuk tidak pecah saat itu juga.

"Oh. Tidak, Tidak ada apa-apa." Ucapnya mencoba bersikap sebiasa mungkin meski suaranya sedikit bergetar karena harus menahan tangisnya sendiri sehingga dia hanya meluapkan rasa sedihnya kepakaiannya sendiri. Menggenggam erat kaosnya hingga berkerut.

"Oh." Hanya itu saja yang terucap dari mulut Jongin.

Hening. Mereka saling terdiam. Tidak ada lagi percakapan hingga sarapan Jongin berakhir. Namun dia tidak beranjak begitu saja. Setelah selesai dia baru menatap Kyungsoo yang kini tengah menunduk mencoba menahan tangisnya.

"Kyungsoo, kau kenapa?" Tanya Jongin heran melihat sikap Kyungsoo saat ini.

"Tidak apa-apa." Ucapnya singkat. Meski dalam hatinya Kyungsoo berharap sekali dibalik kalimat yang tadi diucapkannnya Jongin sadar bahwa sebenarnya Kyungsoo tidak baik-baik saja. Namun semuanya pupus. Jongin kembali hanya memberikan sebuah 'oh'.

"Hei.. aku mendapatkan banyak uang kali ini." Ucap Jongin mencoba membuat Kyungsoo bahagia dengan apa yang didapatnya saat ini.

"Berapa banyak?" Tanya Kyungsoo tanpa berniat menatap wajah Jongin saat ini. dia hanya tidak ingin menunjukkan wajah sedihnya yang memerah–Hampir menangis.

"Lebih dari yang biasa kudapatkan." Ucapnya senang.

"Apa kau merampok korbanmu huh?"

"Bisa dibilang seperti itu. aku mengambil beberapa uang yang ada didalam saku pria menyedihkan itu setelah aku membunuhnya." Ucapnya sangat santai.

"Kau bukan hanya mendapatkan uang dari boss mu. Kau juga merampok korban untuk boss mu begitu. Hebat sekali."

Jongin yakin Kyungsoo mengatakan sebuah pujian kepadanya namun entah kenapa itu terdengar seolah menjadi sebuah ejekan kepadanya. Dan Jongin tidak menyukai itu. Namun Jongin tidak terlalu memperdulikannya hingga akhirnya dia mengeluarkan beberapa uang yang dia simpan sejak tadi didalam sakunya dan melemparkannya pelan tepat di meja yang ada dihadapan Kyungsoo saat ini.

Kyungsoo melirik barang yang telah menjadi obsesi Jongin bertahun-tahun. Beberapa lembar Uang ribuan won berada didepannya saat ini.

"Itu adalah uang yang kudapatkan dari pria malang yang kubunuh kemarin malam. Kau bisa menyimpan uang itu untuk keperluanmu."

Kyungsoo menggeram. Menahan kesalnya sehingga dia harus mengepalkan tangannya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ini bukan yang Kyungsoo inginkan. Ini adalah hal yang paling dia benci. Dan dia sudah tidak bisa menahan rasa marahnya lagi. Dia bangkit lalu berdiri. Meraih semua lembaran uang ribuan Won tersebut lalu melemparkanya kasar tepat diwajah Jongin yang ada dihadapannya.

"Aku tidak membutuhkan ini keparat!" Ucap Kyungsoo berteriak.

Jongin yang juga tersulut emosinya ikut berdiri dan menatap marah wajah Kyungsoo yang saat ini yang sudah menangis. Mengeluarkan semua air matanya yang telah dia tahan sejak Jongin pulang.

"Apa masalahmu huh? Apa ini kurang banyak?" Jongin membalas berteriak kepada Kyungsoo.

"Bodoh! Sudah kukatakan aku tidak membutuhkan kertas menjijikan seperti ini!"

"Apa yang kau maksud menjijikan? Ini adalah surga!"

"Bukan itu neraka!" teriaknya Kyungsoo lagi. "Obsesimu hanya uang, uang dan uang! Kau seharusnya menjadikan aku hal utama dari Obsesimu!"

"Kau adalah obsesiku yang utama. Karena aku ingin membahagiakanmu aku ingin membuat hidup kita sempurna!"

"Kehidupanku sudah cacat sejak aku lahir. Aku tidak membutuhkan kesempurnaan. Aku tidak butuh kemewahan. Aku tidak butuh kekayaan. Yang aku butuhkan adalah Kau tapi kau tidak pernah menganggapku menjadi yang pertama. Hal yang pertama yang kau pandang adalah uang!"

"Bitch! Perkataanmu sudah keterlaluan!"

"Kau lebih keterlaluan!"

"Kau tidak mengerti!"

"Kau lebih tidak mengerti aku. Bagaimana bisa kau melupakan hari ulang tahunku? sialan!" teriak Kyungsoo yang mencoba berteriak sekuat tenaga karena tangisannya sendiri yang membuat hatinya semakin terasa sesak.

Dan Jongin hanya terdiam menatap Kyungsoo saat ini. Ulang tahun? Sungguh Jongin baru mengingat akan hal itu.

"Baru ingat huh? Kau ingat sekarang. Kau benar-benar pria yang menyebalkan!" Ucap Kyungsoo kembali. namun hanya keheningan yang mereka dapatkan.

"Apa yang kau inginkan dihari ulang tahunmu? Aku akan membelikannya untukmu." Ucap Jongin tanpa menatap lawan bicaranya sehingga dia tidak tahu bahwa saat ini mata Kyungsoo semakin memerah. Merasa ingin lebih keras untuk menangis dan merasa kesal dengan sikap tidak peduli yang Jongin tunjukkan kepadanya.

"You're a bitch man!" Ucap Kyungsoo dengan disertai tekanan disetiap katanya. Sungguh Kyungsoo merasa jauh lebih kesal saat ini. jauh dari kata kesal. Mungkin kata benci lebih tepatnya.

"Okay! I'm bitch! Kau puas sekarang?" Ucap Jongin yang langsung menjatuhkan begitu saja piring piring keramik yang ada dimeja lalu membiarkannya terjatuh hingga pecah saat semuanya mendarat di lantai dapur.

Kyungsoo menangis. Dia semakin ingin berteriak namun tenggorokkannya sangat sulit untuk melakukan hal itu. dia hanya menutup kedua telinganya erat. Menangis histeris dan sudah bertekad untuk melupakan hari ini.


Kyungsoo hanya menyandarkan kepalanya senyaman mungkin di meja Piano Klasik yang kini selalu menjadi tempat baginya untuk menghilangkan rasa sedihnya. Piano dengan bentuk persegi dan dengan ukiran bergaya italia ini merupakan hadiah pertama yang diberikan Jongin untuk Kyungsoo. Hadiah yang bagi Kyungsoo sendiri yang paling membuatnya seolah menjadi manusia yang paling bahagia di dunia ini. Bagaimana tidak, bertahun-tahun Kyungsoo hanya mengamati piano ini dibalik etalase kaca toko alat musik dan untuk beberapa menit dia akan diam menatap lekat piano tersebut dan mengkhayalkan bahwa dirinya sedang memainkan melodi indah yang melantun dari piano klasik tersebut.

Kyungsoo menutup matanya. Mengingat pertama kali saat dia mengungkapkan bahwa dia menginginkan Piano tersebut kepada Jongin.

"Kenapa kau selalu berhenti di depan toko ini?" Tanya Jongin bingung saat Kyungsoo tiba-tiba saja berhenti didepan sebuah etalase kaca toko yang memajang Piano Klasik bergaya Italia didalamnya.

"Aku hanya ingin melihat Piano itu." Ucap Kyungsoo tersenyum tanpa melihat sosok Jongin yang mengamati keadaan sekitar.

Bukan sekali dua kali Kyungsoo melakukan hal ini. Bahkan ini dilakukan rutin setiap mereka pergi bersama dan kebetulan melewati Toko ini. Jongin hanya memeperhatikan keadaan sekitar. Takut bila pada akhirnya orang-orang akan merasa curiga bahwa kedua pria ini selalu memperhatikan isi toko tersebut dari luar. Bukan tidak mungkin orang-orang akan menganggap mereka sebagai komplotan pencuri yang sedang mengincar Toko musik tersebut.

"Bagaimana rasanya ya? Pasti sangat indah bila kita bisa memainkan sebuah lagu melalui piano itu." Ucap Kyungsoo lagi yang kini semakin mendekat menempelkan kedua telpak tangannya menyentuh etalase kaca.

Jongin menatap sendu apa yang dilakukan Kyungsoo saat ini.

"Kau ingin memainkannya?"

Dan Kyungsoo hanya mengangguk kecil tanpa mengalihkan perhatiannya terhadap Piano yang sedang dia kagumi saat ini.

"Aku akan membelikannya untukmu."

Mendengar hal itu Kyungsoo berbalik dan menatap wajah Jongin dengan diikuti sebuah kekehan kecil. "Sudahlah tidak apa-apa. Aku tidak membutuhkannya. Aku hanya ingin memainkannya saja meski itu hanya sekali."

Kyungsoo menarik tangan Jongin dan menjauhkan diri mereka dari etalase toko tersebut. "Ayo kita cari makan. Aku lapar." Ucap Kyungsoo halus sebisa mungkin mengalihkan perhatian Jongin tentang keinginan konyolnya saat itu.

Dia tahu Jongin tidak akan mudah melupakan apapun yang telah menjadi pusat perhatiannya. Termasuk itu adalah Kyungsoo sekalipun. Kebahagian. Bagaimana pun caranya Jongin ingin memberikan kebahagian itu kepada Kyungsoo. Dan Piano klasik itu adalah obsesi Jongin selanjutnya.

Selama 3 hari Jongin tidak pulang dan tanpa memberi kabar. Dan dia baru kembali dengan keadaan lusuh bersama 3 orang petugas kurir pengiriman barang beserta piano yang dibawanya. Para petugas itu langsung membawanya masuk begitu saja kedalam apartemen, mengabaikan tatapan bingung Kyungsoo yang melihat para petugas itu sedang mencari tempat yang kosong untuk disimpan.

Kyungsoo melirik kearah Jongin yang hanya memberi senyuman bodohnya. Dia mendesis kecil melihat ekspresi konyol seorang Jongin bila sudah seperti itu.

"Kau menyukainya? Ini hadiahku untukkmu."

"Kau mencurinya?!" Terkejut Kyungsoo.

"Aku tidak mencurinya. Aku sengaja mengumpulkan uang demi membeli piano yang kau sukai itu."

"Kau tidak pulang berhari-hari hanya untuk mengumpulkan uang dan memberikan ini kepadaku?" Tanya Kyungsoo.

"Aku hanya ingin melihatmu bahagia."

"Dasar bodoh, bagaimana mungkin aku bisa bahagia bila pada akhirnya kau sendiri mendapatkan akibatnya menjadi seperti ini?" Ucapnya menatap miris wajah jongin yang hampir lebam dengan bekas darah yang mengering.

"Tidak apa-apa. Kau bisa memainkan pianomu sekarang." Ucapnya lembut.

Kyungsoo hanya terdiam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa? Apakah dia harus bahagia atau sedih. Meski jujur di lubuk hatinya dia senang karena pada akhirnya dia mendapatkan apa yang selama bertahun-tahun ini menjadi keinginannya. Namun, disisi lain dia juga sedih. Dia sedih karena Jongin pasti hampir kehilangan nyawanya lagi hanya untuk mengumpulkan uang dan membelikan sebuah piano untuknya. Lebih tepatnya membunuh lebih banyak orang hingga akhirnya mendapatkan uang.

Para petugas itu pergi setelah Jongin memberikan beberapa 'tip' karena telah mengantarkan pianonya. Namun Jongin dan Kyungsoo sendiri masih tetap diam tidak bergerak sedikitpun ataupun berpindah dari ambang pintu yang terbuka. Jongin hanya menatap Kyungsoo yang hanya menunduk dan diam tidak mengucapkan sepatah katapun.

Tatapan sendu Jongin kini berubah ketika secara perlahan bahu kecil itu bergetar dengan tangannya yang saling mengepal erat. Jongin tahu saat itu Kyungsoo menangis tapi dia tidak tahu apa yang membuat Kyungsoo menangis sehingga dia hanya mendekat dan langsung merengkuh tubuh Kyungsoo kedalam pelukannya.

"Dasar bodoh! Kalau kau mati bagaimana?"

"Aku tidak akan mati begitu saja Kyungsoo. Sudahlah aku baik-baik saja. Jangan menangis."

"Jangan melarangku untuk menangis."

Jongin mencoba menatap Kyungsoo yang ada dalam pelukannya namun Kyungsoo malah semakin bersembunyi dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Jongin.

"Aku terlalu bahagia. Jangan melarangku untuk menangis saat ini."

Jongin tersenyum dan semakin mempererat pelukannya. Menenangkan tubuh kecil yang kini semakin terisak. Membawanya kembali kepada sebuah kehangatan yang sudah dia rindukan.

"Maafkan aku membuatmu khawatir Kyungsoo." Bisiknya pelan.

"Terima kasih Jongin. Terima kasih." Ucapnya masih dalam isakannya. Dan Kini kerinduannya dapat dia berikan dengan sebuah pelukan yang sama seperti yang diberikan Jongin lakukan saat ini.

Kyungsoo kembali membuka matanya. Mengingat hal itu seperti ada yang hilang saat ini. Pelukan. Jujur saja Kyungsoo melupakan pelukan hangat seperti dulu.

Dia hanya memeluk tubuh kecilnya sendiri. Mengingat dan merasakan sendiri pelukan Jongin yang selalu memberinya kehangatan dan ketenangan. Dia merindukan saat-saat seperti itu. Tapi saat ini sepertinya dia jarang mendapatkannya. Hanya dua kemungkinan. Jongin melupakannya atau memang Jongin tidak mencintainya lagi.


"Kau mau kemana?" Tanya Kyungsoo yang baru memasuki dengan Jongin dan menatap Jongin sedang memakai pakaiannya dengan rapih.

Namun bukannya sebuah jawaban. Kyungsoo hanya mendapatkan sebuah keheningan. Bisu. Jongin tidak mengatakan apapun kepadanya selain hanya sebuah lirikan dan membuang tatapannya kembali.

Kyungsoo dengan lugunya. Dia hanya diam menunduk dan berjalan mengambil jaket lain yang lebih bersih dari sebelumnya. Memberikannya kepada Jongin yang dia sambut hanya dengan sebuah tarikan cepat dari tangan Kyungsoo. Kyungsoo yakin Jongin marah kepadanya.

Tanpa basa-basi Jongin langsung berjalan meninggalkan Kyungsoo yang menatapnya sedih dan penuh harap. Ya, berharap Jongin mengatakan apapun yang bisa membuatnya merasa lega dan tidak merasakan sedih kembali.

"Aku akan pulang terlambat. Jangan menungguku."

'Blam'

Dan pintu kayu itu kini benar-benar tertutup. Meninggalkan sebuah keheningan dan mata yang kini telah berkaca. Kyungsoo kini menangis kembali.


Jongin hanya diam dibalik tembok jalanan besar yang sangat gelap. Hanya duduk terdiam menyandarkan punggungnya lelah. Beberapa kali dia memutar Pistol yang ada ditangannya. Menatapnya begitu lekat seolah ingin mematahkan pistol itu.

Memikirkan apa yang sebelumnya terjadi bersama Kyungsoo. Dia tahu dialah yang salah. Tidak seharusnya dia membentak dan memarahi Kyungsoo seperti itu di hari ulang tahunnya. Namun dia juga merasakan sakit hati ketika Kyungsoo mengatakan dirinya terlalu terobsesi akan uang dibandingkan Kyungsoo sendiri. Jongin tau dia memang pria keparat yang selama bertahun-tahun hanya mengejar uang dan hidup penuh kemewahan dengan membunuh orang lain. Tapi untuk saat ini dia tidak mengejar kepuasannya sendiri. Dia ingin membagikannya dengan orang yang dicintainya juga. Dia melakukan ini demi membahagiakan Kyungsoo.

Suara beberapa langkah kaki membuat Jongin bergegas lebih bersembunyi dibalik dinding besar itu dan melupakan semua pikirannya akan Kyungsoo. Dia melirik beberapa orang berpakaian berwarna hitam berada disekeliling pria tambun dengan pakaian rapi dan tidak lupa kacamata hitam yang dipakainya–Korbannya saat ini.

Jongin mencoba memfokuskan dirinya sendiri dengan menyiapkan senjatanya. Sedikit keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil ancang-ancang untuk siap menembak.

'DARR!'

Tiga kali tembakkan itu sukses Jongin lesatkan namun sayangnya tidak tepat sasaran dan malah menembak beberapa Bodyguard yang ada disekililing calon korbannya.

Sial.

Keadaan seperti ini yang paling tidak disukainya. Jongin bergegas berlari mencoba menyembunyikan dirinya sendiri namun dia tidak bergerak cukup cepat sehingga beberapa Bodyguard itu dapat melihatnya dan langsung mengejarnya yang masih tidak cukup jauh. Berhasil. Jongin tertangkap dan tidak memakan banyak waktu, sekumpulan pria besar itu langsung memukul dan menghajar habis-habisan pria malang yang kini tersungkur lemas dibawah.

Sama sekali tidak bergerak.

Para Bodyguard itu memastikan bahwa Jongin benar-benar telah mati tanpa harus mengeluarkan senjata untuk membunuhnya dan benar saja. Jongin sama sekali tidak bergerak sehingga mereka langsung membuang tubuh Jongin begitu saja kesisi gelap sekitar jalanan yang sepi tersebut. Seolah menghilangkan jejak. Dan Pergi begitu saja meninggalkan Jongin.

Beruntung. Jongin tidak sebodoh itu untuk mati dengan sia-sia.

Matanya terbuka dan menatap rabun keadaan disekitarnya. Hanya sebuah warna. Gelap. Jongin masih terkapar tidak berdaya saat ini. Dengan beberapa luka lebam dan darah disekitar wajahnya dia tahu keadaannya pasti sangat buruk.

Jangan katakan Jongin pembunuh bayaran yang bodoh. Dia adalah pembunuh bayaran yang cerdik. Layaknya seekor ular yang akan berpura-pura mati untuk mengelabui musuhnya. Dibalik itu semua dia mempunyai Bisa yang mematikan yang dalam hitungan menit akan membunuh mangsanya sendiri. Itulah Jongin.

Dia kini mulai beranjak dan mencoba berdiri sebisa mungkin untuk pergi dari tempatnya saat ini. Setelah memastikan bahwa orang-orang yang menghajarnya tadi telah benar-benar pergi. Kini Jongin perlahan mulai berjalan kesakitan. Hanya sendirian.


Jongin berjalan pelan menuju kearah meja bartender. Mengabaikan semua tatapan aneh yang kini melihatnya takut. Bersikap acuh yang saat ini dia lakukan. Dia tidak peduli dengan perkataan orang lain yang mungkin saling berbisik aneh dan heran menatapnya. Mungkin mereka heran ada seorang pria jalang dengan penampilan berantakan, penuh luka lebam dan luka penuh darah diwajahnya bisa masuk kedalam Bar saat ini. Tapi apa peduli Jongin. Dia seorang pelanggan tetap disini. Dia merasa memiliki hak untuk bisa masuk kesini.

Jongin langsung duduk dan menyandarkan tangannya lelah di meja bartender. Seorang bartender yang meliriknya dari kejauhan hanya meringis menatap kondisi Jongin. Dia mendekat dan kini berdiri di hadapan Jongin yang masih menunduk, menyandarkan kepalanya sendiri di meja.

"Kau terlibat masalah lagi?" Tanya bartender itu yang Jongin balas hanya dengan sebuah senyuman miris. "Sebaiknya kau bersihkan dulu lukamu. Darah itu menggangguku."

"Kau mengusirku?" Tanya Jongin sinis.

"Bukan, tapi kau harus berpenampilan sedikit rapih disini."

"Sudahlah kau diam saja, Chanyeol. Aku pelanggan tetap disini. Kau sering melihatku seperti ini bukan? Jadi apa masalahnya? Ambilkan aku vodca sekarang." Ucapnya.

Dan Chanyeol. Bartender itu hanya meringis dan menggelengkan kepalanya menatap sikap keras kepala Jongin saat ini dan mengambilkan sebotol vodca dan menuangkannya kedalam gelas yang ada dihadapan Jongin.

"Kalau kau bukan sahabatku. Mungkin aku akan mengusirmu." Ucap Chanyeol lekat yang langsung meninggalkan Jongin sendiri yang hanya tersenyum meremehkan apa yang dikatakan Chanyeol kepadanya.

Kembali pikirannya berputar terhadap Kyungsoo. Dia tidak tahu siapa yang haus dia salahkan akan kegagalan yang tadi dialaminya. Apakah karena dia memang ceroboh atau memang karena dia terlalu memikirkan Kyungsoo sehingga dia tidak bisa fokus dengan tembakannya sendiri yang malah meleset kepada orang lain.

Jongin hanya menggeram frustasi dan dia melampiaskan semuanya terhadap vodca yang tengah diminumnya habis. Entah berapa banyak gelas yang dia minum saat ini. Dia hanya ingin melupakan kegagalannya juga masalahnya terhadap Kyungsoo yang membuatnya merasa kacau. Bahkan sampai dia mabuk.

'BUGH!'

Sebuah pukulan keras tiba-tiba menjatuhkan Jongin dari duduknya hingga tersungkur di lantai keramik yang dingin. Jongin sama sekali tidak bergerak sedikitpun untuk melawan. Dia hanya diam dan mengusap darah disudut bibirnya ketika dia melihat siapa yang berdiri dihadapannya–Bos yang memperkerjakannya, Suho.

Dia tersenyum meremehkan menatap Jongin yang kini tersungkur tidak berdaya tidak berani melakukan apa-apa. Cukup puas menatap keadaan Jongin saat ini. Dia menurunkan wajahnya dan menumpukkan tubuhnya dengan lututnya sendiri, menatap lebih lekat wajah lusuh anak buah bayarannya.

"Kupikir kau seorang pembunuh yang ahli. Ternyata aku salah memperkerjakanmu."

Suho menarik kuat rahang Jongin membuatnya menggeram karena kesakitan. Memaksa wajah Jongin untuk menatap langsung wajah Suho.

"Kenapa kau diam huh? Sudah berapa banyak aku mengeluarkan uang untukmu? Apakah itu kurang cukup?"

"Aku hanya melakukan sedikit kesalahan. Aku sudah hampir membunuhnya." Ucap Jongin sebisanya karena dia harus sekaligus menahan kesakitannya.

"Hampir katamu? Ya, memang hampir. Bahkan hampir membunuhku juga! Karena mu, pria itu mengirim orang untuk mengejar dan membunuhku! Sialan!"

'BUGH'

Sebuah pukulan keras melayang langsung kearah wajah jongin yang langsung membuat Jongin terkapar. Suho kembali berdiri dan merapikan pakaiannya. Mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan won dan melemparkannya tepat secara kasar kearah wajah Jongin dengan diikuti sebuah tawa meremehkan. Setelah itu menatap dua orang berpakaian hitam yang dari tadi berdiri di belakang jongin saat ini.

"Bereskan dia." Ucapnya singkat dengan diikuti anggukkan kedua orang berpakaian hitam itu dan langsung menyeret Jongin kesisi tempat lain yang lebih sepi didalam bar tersebut. Apalagi yang mereka lakukan selain melanjutkan untuk menghajar dan menghabisi Jongin. Jongin benar-benar tidak beruntung hari ini.


Kyungsoo kembali melewati malamnya sendirian. Selalu seperti ini. Dia kembali merasa kesepian. Ada kalanya dia lebih memilih untuk lari saja. Dia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi untuk hidup seperti ini sendirian. Namun setiap kali dia memikirkan hal itu. Dia sendiri akan kembali memikirkan apa yang telah Jongin perbuat terhadapnya. Kalau bukan karena Jongin, dia tidak akan pernah lepas dari penjara yang telah mengurungnya sebagai budak pemuas nafsu pria jalang yang setiap hari akan menyiksanya.

Hanya Jonginlah yang berani membawanya lari padahal sebelumnya mereka tidak pernah saling mengenal bahkan berhubungan secara langsung pun mereka sama sekali tidak pernah melakukannya. Jongin lah yang menyelamatkannya saat beberapa orang bertubuh besar mengejar Kyungsoo saat dirinya mencoba lari dari rumah yang menurutnya penjara.

Kyungsoo hanya bisa berlari sebisanya dengan kemejanya yang hampir sobek dengan kaki yang bertelanjang tanpa alas apapun. Berlari menjauhi kejaran pria-pria yang mungkin akan menariknya kembali ke penjara mereka atau bahkan lebih buruk, membunuhnya.

Tanpa sepengetahuan apapun, tiba-tiba saja ada seseorang yang menariknya dan langsung menarik tubuh Kyungsoo kedalam pelukannya. Menyembunyikan wajahnya tepat didada bidangnya yang cukup hangat bagi Kyungsoo. Dia tidak tahu siapa orang yang berani memeluk tubuhnya begitu saja tanpa persetujuan. Tetapi, dibandingkan Kyungsoo yang akan memberontak, dia malah terdiam. Bahkan merasakan nyaman dan begitu aman.

'DARR! DARR! DARR!'

Entah berapa kali Kyungsoo mendengar suara tembakan yang cukup terdengar jelas ditelinganya. Tentu saja Kyungsoo bisa merasakan suara pemantik yang menembak langsung sangat dekat ditelinganya. Dan yang bisa Kyungsoo lakukan semakin bersembunyi dan mungkin tanpa sadar memeluk tubuh yang dia yakin lebih tinggi darinya. Dia sangat ketakutan.

Hingga butuh beberapa menit suara tembakkan itu mereda. Kyungsoo dapat merasakan sebuah usapan tangan menyentuh tangannya dan melepaskan perlahan tangan yang memeluk tubuh yang melindunginya.

"Sudah aman." Ucapnya dengan suara yang begitu halus. Namun Kyungsoo masih belum berani untuk membuka matanya. Dia malah semakin takut dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang sudah terlepas dari memeluk orang yang telah menolongnya.

Dan dapat dia rasakan kembali sebah pelukan dan sentuhan hangat menyentuh punggunya halus. Hingga akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk membuka matanya dan mendongak menatap siapa orang yang telah menolongnya. Dan tatapan itu saling bertemu ketika pria itu juga tengah menatapnya dalam. Benar-benar menghipnotis Kyungsoo.

Dan sejak saat itu Kyungsoo benar-benar berterima kasih kepada Jongin karena telah membuatnya masih merasakan udara untuk dia bernafas dan tanah yang masih bisa dia pijak. Bahkan menjadi teman hidup Jongin samapi sekarang. Ya, setelah mereka sadar bahwa pertemuan tidak sengaja itu membuat mereka saling merasakan cinta.


"Kyungsoo! Kyungsoo!" Sebuah suara teriakan yang samar mampu membuat Kyungsoo membuka matanya dan terbangun dari tidurnya. Dia tahu siapa pemilik suara tersebut. Dia Jongin. Dan dengan cepat Kyungsoo langsung bangkit dan berlari cepat membukakan pintu untuk Jongin. Dia merasakan senang dalam hatinya. Setidaknya Jongin masih pulang malam ini.

"Jongin kau sudah pu–, apa yang terjadi denganmu?" Kyungsoo terkejut saat melihat keadaan Jongin jauh lebih buruk dari tadi pagi. Kini lukanya semakin melebar dan dengan darah yang semakin banyak keluar diantara pelipis mata kirinya, dahi, pipi, bibir bahkan bahu dan kakinya dapat dia lihat darah yang mengotori hampir seluruh pakaiannya.

Dan dia melirik seseorang yang tengah menahan tubuh Jongin saat ini, Chanyeol. Ya, Kyungsoo tahu dia. Dia adalah satu-satunya sahabat dan mungkin satu-satunya orang yang mengetahui Jongin dari sejak mereka kecil. Dia hanya menatap panik wajah Kyungsoo yang kini hanya memandang lemas keadaan Jongin yang sangat memprihatinkan.

"Dia dihajar oleh orang-orang suruhan bosnya sendiri." Ucap Chanyeol menjelaskan dan Kyungsoo hanya mengangguk mengerti. Membantu Chanyeol untuk menopang tubuh Jongin disisi yang lain dan membantunya untuk masuk kedalam kamar.

"Kau tidak apa-apa? Apa kau butuh bantuan?" Tanya Chanyeol kini berdiri tidak jauh dari Kyungsoo yang tengah melepaskan sepatu Jongin.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya sendiri." Ucap Kyungsoo menatap Chanyeol yang mungkin sama cemasnya melihat keadaan Jongin.

"Maaf aku tidak membantu banyak sehingga membuat Jongin seperti ini."

"Tidak apa-apa. Aku sangat berterima kasih karena kau telah membantu untuk membawanya pulang kesini. Aku bisa menyelesaikan sisanya. Ini sudah malam. Lebih baik kau pulang." Ucap Kyungsoo sehalus mungkin mencoba menutupi kepanikannya sendiri terhadap Jongin.

"Baiklah. Kalau ada sesuatu terjadi kepada Jongin, hubungi aku saja." Ucapnya lagi.

"Baik, terima kasih." Balas Kyungsoo dengan sebuah senyuman dan Chanyeol hanya mengangguk mengerti. Dan berputar, berjalan pergi meninggalkan apartemen Jongin setelah mendengar apa yang dikatakan Kyungsoo. Dia yakin Kyungsoo bisa menangani kondisi Jongin yang tengah buruk saat ini.


Beberapa kali Jongin menggeram dan bereriak keras karena rasa sakitnya saat Kyungsoo perlahan mengobati luka yang ada disekitar wajah Jongin setelah membuka seluruh pakaiannya dan menggantinya menjadi yang lebih bersih. Kyungsoo hanya diam tidak mengatakan apapun saat beberapa kata kasar terus keluar dari mulut Jongin saat ini.

Bahkan sesekali Jongin menangis dan Kyungsoo hanya menggenggam erat tangan Jongin untuk menenangkannya namun itu semua tidak berhasil. Bahkan beberapa kali Jongin mengumpat tentang Kyungsoo.

"Pria bodoh! Aku tidak peduli uang! Aku peduli kepadamu! Aku melakukan ini untukmu Kyungsoo! ini salahmu membuatku seperti ini bitch!" Umpatnya beberapa kali.

Sungguh. Kyungsoo berhak menangis saat ini. Bagaiamana tidak? Jongin mengumpat untuknya dan menyalahkan semua itu kepada Kyungsoo. Selalu dan selalu seperti itu. Kyungsoo yang disalahkan. Namun bagaimana dia melampiaskannya? Kyungsoo hanya diam dan tetap mengurus Jongin. Disaat menangis ataupun kesakitan hanya Kyungsoo yang ada untuk Jongin. Tidak ada siapa-siapa lagi–termasuk itu adalah Chanyeol.

Kyungsoo mengusap pelan luka yang ada disekitar pelipis mata jongin dengan handuk basah yang ada ditangannya. Namun sebuah hempasan tangan begitu keras mendorong tangan Kyungsoo menjauh dari wajah Jongin.

"Hentikan itu Bajingan! Bodoh, ini sakit!" Bentaknya keras membuat Kyungsoo tersentak dan meneteskan air matanya mendengar apa yang dikatakan Jongin terhadapnya.

Jongin bangkit dan mendudukkan dirinya sendiri. Menatap Kyungsoo yang kini duduk diam tanpa berani menatap wajah Jongin saat ini. Jongin mendekat dan menatap semakin lekat wajah Kyungsoo yang semakin merunduk ketakutan.

"Hey. Lihatlah, betapa manisnya kekasihku ini." Ucapnya yang kini berubah menjadi semakin halus dalam berucap.

Jongin mendekatkan wajahnya dan mengusap halus pipi Kyungsoo yang basah karena air matanya.

"Kau menangis huh? Kenapa? Kenapa harus kau yang menangis? Seharusnya kau menyembuhkanku bukan menangis." Balasnya lagi. Dan Kyungsoo hanya membalas sebuah gelengan kecil sebagai jawaban.

Jongin merasa geram dengan jawaban yang diterimanya. Dan tanpa persetujuan apapun. Jongin mendorong tubuh Kyungsoo hingga terjelembab dikasurnya. Langsung menghimpit tubuhnya dan mengunci pergerakannya membuat Kyungsoo tidak bisa bergerak sedikitpun selain menggunakan tangannya untuk mendorong tubuh Jongin menjauh. Dia tidak menyukai saat seperti ini.

"Aku merindukanmu Kyungsoo. Sembuhkan aku seperti biasanya." Ucapnya seraya melepaskan pakaian atasnya sendiri hingga menampakan tubuhnya tanpa sehelai benang pun menutupi bagian tubuh atasnya.

Sadar dengan apa yang akan dilakukan Jongin. Kyungsoo menggeleng cepat dan mulai merasa ketakutan. "Tidak Jongin, tidak. Kumohon jangan lakukan." Ucapnya terisak.

Namun Jongin menulikan pendengarannya sendiri. Dia malah semakin mendekat dan langsung mencengkram kuat rahang Kyungsoo untuk tidak bergerak agar memudahkannya menikmati bibir ranum yang setiap saat selalu menjadi candu bagi Jongin.

Jongin melumat dalam bibir Kyungsoo bergantian dari atas hingga bawah. Tidak menyisakan sedikitpun ruang bagi Kyungsoo untuk bernafas. Bahkan rasanya Jongin ingin memakan habis bibir manis yang selalu menjadi kesukaannya.

Kyungsoo semakin menangis. Di ingin memberontak tapi pergerakannya terkunci. Bahkan untuk bernafaspun dia kesulitan. Selain karena Jongin menciumnya sangat dalam, jangan lupakan rahang yang saat ini tengah Jongin tahan untuk mendongak. Rasanya dia seolah tercekik dengan apa yang dilakukan Jongin kepadanya.

Tidak. Ini bukanlah cinta. Cinta tidak akan sekeras ini. Ini hanyalah nafsu. Sama sekali tidak ada cinta yang diberikan Jongin kepadanya. Hingga pada akhirnya Kyungsoo akan kembali. Merasa menjadi seperti dulu lagi saat dia belum bertemu Jongin. Hanya menjadi seorang budak yang penurut terhadap tuannya.

Jongin melepaskan cengkramannya terhadap Kyungsoo setelah merasa Kyungsoo diam dan mengikuti pergerakannya. Dia melepaskan ciumannya dan menarik secara keras semua pakaian yang menutupi tubuh Kyungsoo untuk terlepas. Dan Kyungsoo hanya diam saja saat tubuhnya kini sudah tidak tertutupi apapun. Dia pasrah. Dia menerima semuanya. Lagipula pekerjaannya dulu memang seperti ini. Apa salahnya terhadap Jongin. Mungkin Jongin menganggapnya sama. Ya, Bukan orang yang dicintainya lagi. Tidak memberi sentuhan kelembutan dengan bisikan-bisakan cinta yang mampu membuat Kyungsoo luluh dan membalas semua yang sama dilakukan Jongin. Tidak ada lagi.

Kini tidak butuh waktu lama. Keduanya sudah dalam keadaan yang sama. Tidak terbalut apapun yang menutupi tubuh mereka. Hanya sebuah sentuhan yang menghangatkan tubuh mereka masing-masing. Namun kehangatan itu berbeda bagi Kyungsoo. Hampa. Tiada arti.

Jongin terus mengecap seluruh permukaan tubuh Kyungsoo. Seperti tidak ada satupun yang ingin dia lewati. Dia menjilat dan menggigit pelan leher Kyungsoo membuat Kyungsoo kadang mengerang dan menggenggam erat seprai yang ada dibawahnya untuk melepaskan semua kesakitannya. Bahkan dengan lihainya tanpa henti-hentinya Jongin menyentuh dan meremas lembut setiap kulit yang dia sentuh dipermukaan tubuh Kyungsoo. Tubuh yang paling disukainya.

"Kau indah. Kau lebih indah dari apapun yang pernah kulihat didunia ini." Bisik Jongin begitu pelan ditelinga Kyungsoo membuat Kyungsoo sendiri hanya melengguh mendapatkan sapuan lembut dari deru nafas Jongin yang berada disekitar lehernya.

"Ahh.. Jongin.. euh.." Ucapnya begitu lembut ketika membalas apa yang Jongin lakukan ketika dia mulai kembali mengecap, mencium dan menggigit bahu putih milik Kyungsoo. Memeluknya begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya.

Dan kembali tangannya merambat naik. Menyentuh dada Kyungsoo dan meremasnya begitu kasar dan tidak sabaran. Bahkan mulutnya pun kini beralih mengulum puting kecil yang disukainya. Menggigitnya begitu sangat keras.

"Ahh! Jongin!" Teriaknya karena sungguh. Kyungsoo benar-benar kesakitan.

Namun Jongin masih melanjutkan aktifitasnya. Terus memberi beberapa tanda yang ditempat yang paling disukainya. Mengusap dan menyentuh indah sosok tubuh yang kini mulai terkulai lemas, pasrah dengan apa yang dilakukan Jongin. Bahkan Jongin masih begitu kuat untuk melakukan hal ini padahal keadaannya sedang jauh dikatakan baik.

"Jongin.. ahh.. Ku..kumohon. Hentikan, akuhh tidakk.. bi–Aghht! Jonginn!"

Kyungsoo berteriak ketika tiba-tiba saja tanpa sepengetahuannya Jongin telah menyelusupkan ketiga jarinya sekaligus kedalam lubangnya. Terus menggerakkannya begitu keras. Bahkan Kyungsoo menggigit bibirnya sendiri. Dia tidak mungkin terus berteriak.

Jongin hanya menyunggingkan smirknya. Entah kenapa dia malah semakin senang melihat keadaan Kyungsoo seperti ini. Rasanya dia begitu sangat senang menghukum tubuh pria yang begitu lemah tidak berdaya dihadapannya.

Dan jangan lupakan junior kecilnya yang kini telah mulai menegang. Lihatlah betapa manisnya bila Jongin mengecap rasa yang ada didalamnya. Kyungsoo akan mendesah dan terus melantunkan namannya dan bergerak juga merengek meminta dilepaskan. Membayangkannya saja sudah membuat Jongin semakin ingin memakan habis Kyungsoo saat ini.

"Euh.." Kyungsoo kembali melengguh ketika tiba-tiba sebuah sentuhan basah menyentuh sekitar daerah paling sensitifnya. Dia membuka mata dan kini melihat Jongin yang mengulum juniornya dengan begitu terampil. Menjilat bahkan sampai menggigit. Kyungsoo benar-benar sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain mendesah dan menyeruakkan semua kesakitannya. Kenapa kesakitan? Ya karena Kyungsoo merasa ini berbeda. Ini bukanlah Jongin. ini bukanlah sentuhan cinta. Ini penyiksaan. Dia tidak yakin apakah masih ada cinta diantara diri mereka masing masing.

Kyungsoo sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Dia beberapa kali membuka dan memejamkan matanya. Terus membuka mulutnya melantunkan desahan dan dengan diikuti senggalan nafas yang semakin membuat Jongin tidak bisa mengendalikan antara kebutuhan dan nafsu.

Bahkan ketika secara tiba-tiba saat Kyungsoo akan mengeluakan semua cairannya. Dengan cepat Jongin membalikkan tubuh Kyungsoo hingga dia terkelungkup dan Jongin melepaskan jarinya dan digantikan dengan Juniornya yang sedari tadi sudah benar-benar menegang hebat akibat desahan-desahan yang dikeluarkan Kyungsoo.

"Sial. Bahkan kau selalu sempit seperti ini Kyungsoo!" Teriaknya yang langsung menghentakkan miliknya hingga masuk seluruhnya. Penuh didalam lubang milik Kyungsoo.

Kyungsoo hanya tercekat melengkungkan punggungnya sendiri. "Aghtt!" Teriaknya keras dengan diikuti remasan kuat terhadap seprai yang ada dibawanya.

Jongin langsung bergerak tidak sabaran. Menaikkan tubuhnya naik turun sebisa mungkin mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri. Tidak memperdulikan tubuh dibawahnya yang hampir menangis kesakitan dengan perlakuan Jongin yang menurutnya kasar. Tidak ada jeda sama sekali.

Jongin terus bergerak secara kasar. Dari gerakan yang teratur bahkan hingga gerakan yang berantakan membuat tubuh Kyungsoo tersentak.

"You're bitch! But, you so tight, Kyungsoo." Bisiknya begitu dekat ditelinga Kyungsoo.

Jongin semakin menindih tubuh Kyungsoo yang ada dibawahnya. Tangan kanannya memeluk erat perut Kyungsoo dan tangan lainnya terus memberikan sentuhan-sentuhan kecil untuk memberi Kyungsoo kenikmatan yang sama. Dirinya terus meremas bahkan beberapa kali mengocok junior Kyungsoo secara berantakan. Namun menyakitkan.

"Hentikannn… Aku tidak bis-AHH!"

"Apa katamu hum? Hentikan? Kau meminta.. ughttt menhentikan semua ini ahh.. Kyungsoo! Kauuh boddohhh!" Ucapnya yang semakin bergerak kasar diatas tubuh Kyungsoo.

Jongin menenggelamkan wajahnya dipunggung Kyungsoo. Sesekali mengecup dan menggigitnya untuk melampiaskan segala kenikmatannya.

"Jongin.. Lepaskan.. ahh aku, ingin mengeluarkan-ahh nya." Ucapnya tersenggal namun Jongin masih menggenggam erat milik Kyungsoo untuk tidak mengeluarkan cairannya sekarang.

"Ahh. Jongin ahhh…!" Kyungsoo semakin tidak terkendali. Tubuhnya terus bergerak memberontak meminta untuk dilepas. Namu semakin dia melakukan itu. Semakin membuat iblis yang ada di diri Jongin keluar.

Jongin semakin kasar. Dia mengekang tubuh Kyungsoo. Menarik wajah Kyungsoo untuk menoleh kepadanya dan langsung melahap bibir yang sudah membengkak yang daritadi terus mendesah mengucapkan namanya.

Kyungsoo kembali menangis. Rahangnya terasa sakit ketika Jongin kembali menekan rahangnya seperti ini. Namun Jongin sama sekali tidak peduli padanya. Sepertinya Jongin berniat untuk membunuhnya bila terus seperti ini.


Lama.

Lama sekali entah berapa jam mereka melakukanya. Entah berapa orgasme yang telah mereka keluarkan bersama. Yang jelas Jongin tidak akan pernah berhenti sehingga dirinya benar-benar puas dengan nafsunya sendiri. Mungkin vodca yang diminumnya juga membawa pengaruh pikirannya saat ini.

"Ahhh! Bitch! Shit! Kau malah semakin menjepitku Kyungsoo!" Ucapnya yang entah posisi yang keberapa dia masih saja terus menyiksa tubuh yang kini bersandar pasrah di sandaran ranjang milik mereka.

Suara decitan ranjang itu semakin jelas ketika Jongin semakin terus menusukkan juniornya tepat dititik kenikmatan Kyungsoo. Tanpa ampun, Jongin semakin menusukkannya. Tidak memperdulikan Kyungsoo yang kini semakin melemah.

"Jongin ah- katakan kau mencintaiku euhmm." Ucap Kyungsoo pelan ditengah apa yang sedang Jongin lakukan.

Entah sadar atau tidak. Kyungsoo mengatakan hal seperti itu karena dia ingin tahu kejelasannya. Dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal dalam hubungan yang sedang mereka lakukan saat ini. Tidak ada rasa, tidak ada keindahan yang seperti biasanya. Ini malah terasa hampa. Kyungsoo tidak merasakan apapun selain kenikmatan yang tidak berarti.

"Apa huh? Apa.. ini salahmu Kyungsoo uhh.. salahhmu yang ahh membuatku seperti ini."

"Ahh apa? Salahku? Apa yang ugghhh te-ah-lah aku lakukan padamu."

"Aku kacau karenamu Kyungsoo.. aku terus memikirkanmu! Aku gagal karenamu!" Bentaknya yang kini kembali mempercepat gerakannya.

"Seperti itukah? Huh? Ahh-aku pemuas nafsumu? Aku adalah pelampias–ahhh. Hentikan! Itu sakit ahhh!" Ucapnya yang tersentak ketika Jongin menggigit leher Kyungsoo begitu keras hingga mengeluarkan darah. Bahkan Jongin menghabiskan dan membersihkan luka yang dibuatnya sendiri.

"Kau banyak bicara. Bodoh! Diamlah Bitch!" Sentak Jongin yang membuat Kyungsoo hampir menangis kembai. Entah yang keberapa kalinya.

"Ahh! Uggghhtt… euhhmm AHH!" Teriak mereka bersama-sama saat mereka orgasme bersamaan. Namun tidak seperti sebelumnya. Berteriak merasakan kepuasaan masing-masing tanpa menyebutkan nama yang mereka cintai. Kosong.

Jongin langsung melepaskan kontak tubuhnya dengan Kyungsoo. Langsung berbaring begitu saja kebelakang dan memejamkan matanya puas dengan apa yang telah dia lakukan. Dia lelah. Dia ingin terlelap saat ini. Melupakan Kyungsoo.

Ya, Kyungsoo saat ini masih terduduk diam. Mencoba mengatur nafasnya sendiri dengan menahan tubuhnya bersandar disandaran ranjang. Dia melirik kearah Jongin yang kini sudah terlelap begitu saja. Kyungsoo merasakan kesakitan yang semakin besar didalam hatinya.

Dia hanya memikirkan semua perkataan yang dikatakan Jongin padanya. Apakah benar dirinya membuat Jongin kacau? Apa benar dirinya yang membuat Jongin gagal? Apakah benar Jongin hidup sulit karena harus memikirkan dirinya.

Dia hanya mengusak rambutnya pelan. Mencoba membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Tapi rasa sakitnya memang nyata. Dia beberapa menit terdiam dan masih terduduk menatap Jongin yang terlelap nyaman. Hingga pada akhirnya dia membangkitkan tubuhnya dan berdiri meninggalkan Jongin yang berbaring beristirahat di ranjangnya.


Sinar matahari mengganggu pandangan Jongin saat dia pertama kali membuka matanya. Dia terduduk dan merasakan betapa sakitnya seluruh tubuhnya saat ini. Dia melihat keadaanya sendiri. Selain terkejut karena beberapa luka lebam yang ada disekitar tubuhnya. Di juga baru menyadari bahwa kali ini dia tidak memakai sehelai kain sedikitpun yang menutupi tubuhnya. Dia bertelanjang seutuhnya. Dan satu yang langsung diingat Jongin adalah Kyungsoo.

"Kyungsoo? Kyungsoo!" Panggilnya cemas mencari keberadaan orang yang dipanggilnya yang ternyata tidak ada disampingnya bahkan disekitar kamarnya.

Dengan cepat Jongin meraih celananya yang tidak jauh tergeletak di lantai. Memakainya dan langsung berjalan cepat mencari Kyungsoo. Mungkin dia sedang membuatkan sarapan untuknya–kebiasaan Kyungsoo setiap paginya.

Kosong.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam apartemennya. Apartemennya terlihat masih berantakan bahkan sosok yang dicarinya tidak ada disini. Jongin terus menyusuri setiap sudut apartemennya mencari keberadaan Kyungsoo namun tidak ada tanda-tanda bahwa Kyungsoo ada disini. Kyungsoo menghilang.

Jongin mengusak kasar rambutnya. Merasakan bingung sekaligus cemas karena Kyungsoo tidak ada di apartemennya. Dia mulai merasakan ketakutan. Dia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi sebelumnya selain dia yang dihajar dan mabuk-mabukan lalu kembali dihajar habis-habisan. Dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Dia takut dia berbuat sesuatu yang buruk yang membuat Kyungsoo ketakutan.

Dan tetap hanya sebuah keheningan.


Jongin semakin hilang. Entah apa yang bisa dia lakukan ketika Kyungsoo tiba-tiba saja menghilang dari Apartemennya. Apa mungkin Kyungsoo pergi meninggalkannya dan meninggalkan apartemennya? Apa mungkin Jongin melakukan sebuah kesalahan yang membuat Kyungsoo pergi meninggalkannya? Dia beberapa kali mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi tetapi sama sekali tidak ada jawaban yang dapat dia temukan. Apa salahnya? Hingga hari kelima ini. Jongin masih dipenuhi tanda Tanya.

Jongin hanya bisa menghabiskan waktu penuhnya di Bar. Dia tahu Kyungsoo tidak akan mungkin pulang ke apartemennya–Lagi.

Jongin telah sering menunggu. Tidak melakukan aktifitas seperti biasanya yang menjadi seorang pembunuh bayaran. Dia hanya diam menunggu Kyungsoo pulang tapi tetap sama. Kyungsoo tidak pernah pulang. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tinggal di Bar semalaman. Sampai dia kembali bertemu pagi yang masih membuat dia menunggu Kyungsoo.

"Jongin. Bangunlah. Kau harus pulang. Ini sudah pagi." Sebuah suara yang Jongin kenal membuat dirinya semakin malas beranjak dari tempat berbaringnya dari sofa disudut ruangan bar yang kini mulai kosong.

Chanyeol hanya mendesis melihat tingkah Jongin kali ini. Begitu menyebalkan harus melihatnya mabuk semalaman dan juga tidur disini tanpa memutuskan untuk meninggalkan Bar. Chanyeol mengambil sebuah bantal sofa yang tidak sengaja berada di lantai. Dan dengan sekali gerakan, Chanyeol memukulnya tepat langsung di kepala Jongin. Chanyeol benar-benar muak dengan tingkah Jongin sat ini.

Jongin yang merasakan sakitnya pukulan Chanyeol hanya melirik dan mengusak kepalanya sendiri. Menatapnya tidak peduli dan hanya membangunkan tubuhnya untuk duduk.

"Dasar bodoh! Bila kau mengkhawatirkan Kyungsoo seharusnya kau mencarinya. Bukan hanya terus diam disini!" Bentak Chanyeol.

"Apa yang kau ketahui tentang masalahku? Janganlah ikut campur." Balas Jongin.

"Aku? Ikut Campur? Ya! Tentu saja aku ikut campur tentang hubunganmu karena aku adalah satu-satunya sahabat yang peduli padamu!"

"Lalu apa yang kau permasalahkan?" Balas Jongin sinis.

Chanyeol berdecak. "Bodoh! Bila kau merasa melakukan kesalahan terhadap Kyungsoo sebaiknya kau mencarinya Bukan diam dan menunggunya."

"Apa yang kau katakan?"

"Aku tidak sebodoh dirimu. Menunggu seseorang yang mungkin sudah aku sakiti. Aku tahu bagaimana dirimu. Bagaimana caramu berkata. Aku sudah biasa dengan semua makianmu? Bagaimana dengan Kyungsoo? Kau yakin tidak melakukan hal buruk kepadanya yang membuatnya sakit hati?"

Jongin hanya terdiam. Membuang wajahnya dari tatapan Chanyeol yang menatapnya tajam seolah siap untuk menerkam.

"Hah! Sudah sangat jelas. Pasti Kyungsoo melarikan diri karena perbuatanmu." Ucap Chanyeol lagi meremehkan.

Jongin merasa geram. Dia langsung berdiri. Menghantamkan sebuah pukulan keras tepat di pipi Chanyeol yang langsung membuatnya tersungkur jatuh kesofa. Jongin menarik kasar kerah baju Chanyeol dengan tatapan yang sangat tajam namun Chanyeol hanya tersenyum meremehkan Jongin.

"Lihatlah dirimu. Kau marah bukan? Bagaimana dengan Kyungsoo? apa kau memikirkan perasaannya?"

Tatapan Jongin melemah dan Chanyeol melepaskan kasar pegangan erat tangan Jongin dikerahnya. Mendorong tubuh Jongin hingga menjauh dari hadapannya.

"Seharusnya kau mencarinya. Aku tahu kau khawatir dan aku tahu kau mencintainya. Carilah dia dan jangan biarkan dia pergi bila kau memang membutuhkan dia disisimu dan tidak ingin kehilangan dirinya." Ucap Chanyeol mengingatkan.

Chanyeol bangkit dan langsung melangkah mendekat. Menepuk pelan pundak Jongin dengan tatapan tajam namun sendu. "Jangan kecewakan dirimu sendiri." Dan Chanyeol langsung melenggang pergi meninggalkan Jongin yang terdiam dengan tatapan sendu.


Kyungsoo kini merasa tenang dengan kehidupannya disini. Dia kini meninggalkan jauh Seoul. Dia lebih memilih kota kecil untuk meninggalkan kota besar yang penuh kegelapan di masa lalunya. Dia senang berada disini. Dia mendapatkan kembali senyuman yang entah sejak kapan menghilang dari lukisan wajahnya.

Kini dia memilih menjadi seorang relawan di Panti Asuhan yang pernah menjadi tempat tinggalnya saat dia masih kecil. Lebih tepatnya ditinggalkan oleh orang tuanya.

Kyungsoo sudah kenal baik semua orang yang ada disini. Meskipun hanya sebagai relawan untuk mengajar anak-anak berumur dibawah 8 tahun. Tapi dia merasakan kebahagaiannya disini. Mengingat dengan apa yang telah dialaminya selama selama 3 tahun hidupnya di Seoul. Salah satunya hidup bersama Jongin. Hal yang membuatnya semakin merasa kesepian dan merasakan kesakitan.

Setelah dengan apa yang dilakukan Jongin saat itu. Malam itu juga Kyungso memutusan untuk keluar dan meninggalkan Jongin. Dia memilih lebih baik untuk pergi dibandingkan harus menyulitkan hidup Jongin. Ya, seperti apa yang dikatakan Jongin kepadanya. Dia terlalu sakit hati menerima kenyataan itu. Lagipula Jongin bukanlah menjadi seseorang yang dicintainya seperti dulu lagi. Jongin lebih sering memberikannya sebuah kesepian dibandingkan sebuah kebahagian–Termasuk cinta.

Kyungsoo memutuskan untuk pergi. Mungkin dengan menghilangnya sosok Jongin. Kyungsoo bisa merasakan hidupnya kembali dengan normal. Perlahan dia merasakan kembali kebahagian yang sepenuhnya ada disini. Kebahagian yang nyata bukan lagi kebahagian yang semu.

Tetapi setelah Jongin tidak ada? Apa Kyungsoo bisa melupakanya. Tidak. Sakit yang pernah dibuat Jongin kepadanya masih dapat dia rasakan hingga sekarang. Ada beberapa banyak kenangan juga hal yang tidak akan mudah terhapus oleh waktu. Kenangan-kenangan bersama Jongin akan tetap menjadi sebuah kenangan buruk yang abadi baginya selain dari kisah masa lalu nya yang harus menjadi pelacur setiap malam.


Kyungsoo baru saja memutuskan untuk pulang kekediamannya. Ya rumah kecilnya yang tidak jauh berada di luar area Panti Asuhan. Namun langkahnya terhenti ketika dia melihat sebuah mobil yang terpakir dengan lampu yang masih menyala di depan pintu masuk gerbang Panti Asuhan. Kyungsoo melirik beberapa kali mencari orang yang mungkin sedang ditunggu pemilik mobil yang terpakir disini namun dia tidak menemukan siapapun selain dirinya. Lagipula untuk apa mobil ini terpakir didepan pintu gerbang Panti Asuhan di jam malam seperti ini?

Kyungsoo mencoba mengabaikan perhatiannya akan mobil yang terparkir itu dan memilih berjalan untuk pulang.

"Kyungsoo!" Sebuah panggilan yang cukup pelan mampu membuat hati Kyungsoo merasakan sakit kembali. Dia kenal suara itu. Suara itu adalah milik seseorang yang telah membuatnya merasakan lebih dari namanya kesepian dan kesakitan. Pria itu adalah Jongin.

Kyungsoo sama sekali tidak berani menolehkan pandangannya selain berdiri terdiam. Dan Jongin. Sosok yang memanggilnya hanya menatap sendu pria yang telah dia tunggu selama berhari-hari ini setelah tiba-tiba saja pergi menghilang meninggalkannya begitu saja. Ternyata tepat dugaannya. Kyungsoo memang kembali ke kota asalnya. Ke kota dimana dia dibesarkan.

"Kenapa kau pergi?" Tanya Jongin kembali.

"Untuk apa kau kesini?" Tanya Kyungsoo tanpa berani menolehkan wajahnya.

"Tatap aku!"

"Aku tidak mau."

"Kenapa?" Jongin terheran.

"Semakin aku menatapmu. Aku semakin merasakan sakit."

"Apa aku menyakitimu?"

"Lebih dari itu."

Hening.

Tidak ada lagi ucapan yang terucap di bibir mereka masing-masing. Mereka saling membisu tidak berani memulai percakapan. Jongin sudah tidak bisa bersabar lagi kali ini. Dia mendekat dan menarik tangan Kyungsoo untuk berbalik. Namun dengan cepat Kyungsoo menghempaskan tangannya. Berbalik dan melangkah mundur menjauhi Jongin seolah dia merasa takut kepada sosok yang kini berada di hadapannya.
"Apa kau mengerti diriku? Apa kau selalu ada untukku?" Tanya Kyungsoo dengan diikuti air mata yang kini mengalir di kedua pipinya.

"Apa maksudmu?"

"Cih.. apa maksudku? Begitu bodohnya kah dirimu sehingga kau tidak mengerti aku?" Ucap Kyungsoo berdesis.

"Katakan apa masalahmu!"

"Masalahku adalah Kau! Kau Jongin! Bajingan!" Bentak Kyungsoo keras.

Jongin hanya membeku. Dia tercekat ketika harus melihat Kyungsoo menangis. Dia bingung. Dia hanya bisa diam menatap sendu wajah Kyungsoo yang kini semakin basah karena tangisannya semakin menjadi-jadi.

"Sadarkah? Sadarkah dirimu bahwa aku yang selalu ada saat kau terluka! Aku yang selalu ada disaat kau menangis! Aku yang selalu ada disaat kau berteriak kesakitan! Semuanya adalah aku! Tapi kau tidak melakukan hal yang sama saat aku merasakan hal itu. Sebaliknya kau malah lebih sering menyakitiku!" Ucap Kyungsoo kembali. "Aku yang menghapus air matamu, aku yang menggenggam tanganmu. Tapi kau tidak melakukan itu kepadaku. Kau malah semakin membuatku kesepian." Ucap Kyungsoo melemah.

"Aku. Aku tidak seperti itu. Aku selalu mencoba membahagiakanmu."

"iya, tapi caramu terlalu menyakitiku. Seberapa sering kau meninggalkanku dan seberapa sering kau membiarkan kusendiri merasakan kesepian Jongin? Dan uang. Uang yang benar-benar membuatmu buta. Sungguh aku membutuhkanmu bukan hanya uang!"

Jongin hanya diam berpikir dengan semua yang terjadi. "Apa yang aku katakan kepadamu sehingga membuatmu pergi meninggalkanku?"

"Kau tidak ingat?" Kyungsoo berdecih pelan. "Aku membuat hidupmu kacau. Aku membuatmu merasakan semua kesulitan. Aku yang membuatmu gagal. Karena itu aku memutuskan pergi meninggalkanmu. Ya aku cukup sadar diri siapa aku."

Jongin membelalakkan matanya. "Tidak, kau salah."

"Seharusnya saat itu kau membiarkanku untuk diambil oleh pria-pria yang mengejarku. Seharusnya aku mati dibunuh saat itu juga. Karena kedatangan dirimu. Aku merasa menjadi seseorang yang hidup paling aman didunia ini. Tapi ternyata aku salah menganggapnya. Kau menganggapku sebaliknya. Sebaliknya!"

"Ini salah paham." Jongin meraih tangan Kyungsoo dan menggengggamnya erat. Aku mencintamu, Kyungsoo."

"Tidak. Ini bukan Cinta."

"Kyungsoo kumohon maafkan aku."

"Aku sadar siapa aku. Kau patut memilikiku karena kau yang telah menolongku dan membawa ku lari dari tempat yang kuanggap penjara. Kau berhak atas apapun terhadap diriku. Tapi setelah kuanggap semuanya adalah cinta. Semakin lama aku semakin merasakan kehilangannya. Entah kenapa semuanya menghilang dan digantikan oleh kesepian. Aku harus pergi Jongin." Kyungso mencoba melangkahkan kakinya pergi namun dengan cepat Jongin menarik kembali tangan Kyungsoo dan memeluknya erat.

"Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu."

Kyungsoo memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Jongin. Terlepas dan dengan kuat langsung menampar pipi Jongin begitu keras.

"Siapa aku? Aku hanya pria jalang yang menyulitkan kehidupan orang lain. Aku pantas hidup sendirian!" Teriak Kyungsoo keras di depan Jongin.

Jongin hanya diam menunduk tidak berani menatap Kyungsoo saat ini.

"Aku kesepian Jongin. Aku kesepian. Dimana kau yang setiap malam selalu mengutarakan kata cintamu. Dimana sentuhanmu? Dimana kasih sayangmu. Aku tidak merasakannya lagi. Aku merasa kesepian Jongin."

"Maafkan aku telah membuatmu seperti itu Kyungsoo. Maaf telah membuatmu sendirian selama ini."

"Kau tahu Jongin apa yang lucu setelah aku memilih pergi meninggalkanmu?"

Jongin hanya menatap sendu wajah Kyungsoo yang kini menunjukkan senyumannya. Senyuman yang paling menyakitkan.

"Aku masih memikirkanmu. Tapi hanya kenangan-kenangan buruk yang kuingat. Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk meyakinkan bahwa kau sudah pergi. Tapi aku masih bisa mengingat semuanya. Dan aku berharap kau pergi saja."

"Apa yang kau katakan Kyungsoo. Aku ingin membahagiakanmu." Ucap Jongin masih berusaha meyakinkan Kyungsoo. Namun mendengar semua itu Kyungsoo semakin merasakan kesakitannya.

"Maafkan aku Jongin. Sebaiknya kita berhenti sampai disini saja." Ucap Kyungsoo pelan.

"Tidak. Tidak. Tidak ada kata berakhir untuk kita. Kyungsoo, kumohon." Ucap Jongin dengan diikuti tangisnya.

"Jangan khawatirkan aku. Meskipun aku sendirian disini. Tidak apa-apa. Aku memang selalu sendirian selama ini."

Ucap Kyungsoo melepaskan genggaman tangan Jongin pelan dan tangis Jongin semakin menjadi saat itu juga.

"Maaf, maafkan aku Kyungsoo. Kumohon maafkan aku." Ucap Jongin yang kini berlutut duduk meminta permohonan dari Kyungsoo.

Kyungsoo merasakan sakitnya saat ini kembali menyeruak. Melihat apa yang dilakukan Jongin semakin membuatnya akan menjadi pria bodoh yang harus jatuh cinta kepada kisah yang semu. Baginya apa yang telah mereka lakukan sebelumnya adalah sebuah kisah cinta singkat saja. Tidak akan pernah abadi. Yang tetap abadi hanyalah semua kesakitan yang pernah Kyungsoo rasakan.

"Terima kasih untuk semuanya Jongin, terima kasih dan maaf."

Kyungsoo langsung berjalan pergi meninggalkan Jongin yang masih berlutut meminta permohonan maaf. Dia tidak bisa melakukan apa-apalagi selain meninggalkan masa lalunya. Sebuah kenangan menyakitkan yang akan tetap abadi tinggal didalam hatinya. Dia tidak yakin untuk merasakan rasa cinta lagi setelah apa yang telah terjadi saat ini.


Jongin hanya melemparkan jaketnya kasar. Apa arti yang telah dia dapatkan? Kemehawan, uang, harta? Apa arti itu semua bila dia sendiri gagal untuk mendapatkan hati Kyungsoo kembali. Dia gagal mempertahankan kisah cintanya. Dia telah mengecewakan Kyungsoo dan membuatnya sendirian.

Jongin beberapa kali mengacak rambutnya frustasi. Melemparkan semua barang yang ada dihadapannya untuk melampiaskan segala kekesalannya. Dia marah. Dia marah kepada dirinya sendiri karena gagal telah membuat Kyungsoo bahagia.

Dia berjalan terseok hingga akhirnya dia menemukan sebuah benda yang langsung menjadi pusat perhatianya. Dan tanpa sadar Jongin menangis karena itu. Piano Klasik dengan gaya italia masih terpajang di salah satu sudut apartemennya. Hadiah pertama yang diberikannya kepada Kyungsoo dan satu-satunya yang membuat Kyungsoo bahagia.

Jongin mendekat dan duduk tepat didepan piano yang ada dihadapannya. Menyentuh setiap permukaan halus yang ada dipiano tersebut dan kembali menangis ketika dia mendengar suara piano yang tidak sengaja dia tekan saat menyentuh not tersebut. Kembali, dia teringat Kyungsoo yang memainkan piano ini dan bernyanyi dengan senyuman paling indah miliknya.

Jongin merutuki kesalahannya. Dia semakin menangis diatas piano tersebut. Dia kini dapat merasakan betapa kesepiannya Kyungsoo saat ini. Dia kini tahu kenapa Kyungsoo sering sekali menyendiri disini, diatas piano ini. Dia tahu. Kyungsoo kesepian. Dia merasa sendirian padahal Jongin selalu ada di tempat yang sama, di satu atap yang sama dan di satu lantai yang sama. Jongin melihatnya namun sangat sering mengabaikannya.

Dia tahu semuanya. Kini dia tahu rasanya. Bagaimana rasanya ditinggalkan dan merasa sendirian. Perasaan yang sering membuat Kyungsoo hampir setiap saat menyiksanya dan membuatnya menangis. Jongin hanya menangis telah memberikan kenangan buruk yang akan abadi bagi Kyungsoo–Bukan sebuah kebahagian.


END


/tutup muka/ NC gagal, hahah.

Oke lupakan saja. Ini hanya cerita singkat yang ditulis setiap jam 2 pagi selama 2 hari. Penyebabnya karena suara Amy Lee selalu menghantui setiap malam dengan My Immortalnya. err~ nyalahin lagu/

Maaf kalo cerita gak sesuai harapan. Maaf maaf. Lain hari akan buat cerita yang lebih serius lagi. Dan IAAB tunggu proses pengeditan baru di publish. Terima kasih yang udah nyempetin baca.

Salam Blossom~