Fict pertama dari saya. Terinspirasi dari novel Ilana Tan yang berjudul sama yaitu, Sunshine Becomes You.

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Itachi berjalan sambil memegang sebuah kamera digital. Kemudian menengok ke kanan dan kiri untuk menyebrang jalanan Kota Konoha yang ramai pagi itu. Langit Konoha sedang cerah pagi ini, membuat hati Uchiha sulung ini ikut cerah. Hari yang indah dapat membuat suasana hati indah juga bukan?

Sepertinya tidak juga. Itachi yakin bahwa ada seseorang yang tidak peduli sama sekali terhadap cuaca pagi ini. Dan bahkan tidak menyadari bahwa burung – burung sedang berlomba – lomba bersiul seindah mungkin. Tidak peduli dan tidak sadar.

Dan seseorang itu adik laki – lakinya. Itachi yakin bahwa adiknya, Sasuke terlalu sibuk untuk konser pianonya di Jerman. Dan seperti biasa jika Sasuke sudah sibuk maka ia akan lupa pada waktu, bahkan pada keluarganya. Jadi, Itachi sengaja datang ke apartemennya untuk memastikan bahwa ia masih bernapas.

Itachi sampai di depan pintu apartemen Sasuke. Beberapa saat setelah Itachi memencet bel Sasuke keluar dengan wajah datar seperti biasa. "Lama sekali kau membuka pintunya!" sasuke hanya memandang datar kakaknya. Sambil menyingkir ke samping untuk memberi jalan pada Itachi.

Apartemen Sasuke tidak terlalu besar. Di dalamnya hanya ada 2 kamar, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan dapur yang kecil. Di ruang tamu terdapat sepasang sofa biru tua, meja kecil, dan piano putih lengkap dengan kursinya.

"Aku pikir kau masih di Suna." Sasuke memecah keheningan yang terjalin.

Itachi adalah seorang aktor yang berbakat. Ia pernah bercerita pada Sasuke kalau dia sedang menggarap sebuah film di Suna. Ternyata Sasuke masih peduli. Itachi menatap Sasuke dengan lembut. "Aku pulang ke Konoha tadi malam, otoutoku." Jawab Itachi tanpa melepas pandangannya dari Sasuke.

"Hn? Kenapa kau tidak memberitahuku?" Sasuke berjalan ke arah pianonya yang terbuka, di bawah kursi banyak kertas – kertas lecek yang berserakan.

"Siapa suruh kau tidak menjawab teleponku?" Itachi berjalan ke arah dapur. "Kau punya makanan tidak?" ucap Itachi setengah berteriak dari dapur.

"Kau cari saja. Aku tidak ingat ada makanan atau tidak." Sasuke memulai lagi permainan pianonya. Dari arah dapur Itachi merengut, sambil berkata, "Apa sebegitu sibuknya kau sampai – sampai kau tak menyadari di dapurmu tidak ada makanan?" Itachi kembali ke ruang tamu dimana Sasuke sedang memainkan tuts piano. Tidak ada jawaban dari pertanyaan Itachi, Itachi juga tidak meminta jawaban dari Sasuke yang sedang sibuk kembali.

Jari – jari Sasuke menari – nari diatas tuts piano, terdengar alunan suara piano yang indah. Itachi menikmati alunan lagu yang dimainkan Sasuke dengan tiba – tiba Sasuke menghentikan permainannya. "Ini tidak enak didengar." Gumam Sasuke.

"Kenapa berhenti? Aku rasa lagumu ini enak. Apakah ini lagu baru, hn?" komentar Itachi yang agak sebal karena lagunya berhenti.

Tidak ada jawaban. Sasuke malah diam memandang pianonya, sepertinya sedang mencari Inspirasi.

Itachi geram melihat adiknya yang asik dengan dunianya sendiri. Itachi melotot ke arah Sasuke, namun tetap saja tidak ada reaksi. "Kurasa kau harus pergi keluar berjalan – jalan di taman, atau duduk – duduk melihat langit yang sedang cerah. Otakmu harus diistirahatkan. Kau tidak bosan apa hanya duduk di depan pianomu?" katanya tegas.

"Tidak." Hanya itu respon dari si bungsu Uchiha. Itachi menghela nafas panjang.

"Siapa tau kau dapat ide setelah keluar sebentar. Aku akan mentraktirmu makan deh, ada restoran baru di sekitar kantor agensiku. Dan katanya sushi disana enak sekali." Itachi menatap Sasuke dengan tatapan memohon.

"Baiklah." Sasuke mengalah. Itachi tahu bahwa Sasuke sangat tidak tahan dipandang seperti itu. Ia tersenyum penuh kemenangan.

"Apa tujuanmu mendatangiku? Mau pamer tentang filmmu?" Tanya Sasuke sambil menunggu sushi pesanan mereka datang.

"Hei, jangan berprasangka buruk pada onii-chanmu sendiri, Sasu-chan! Aku hanya ingin menjengukmu, sambil memastikan bahwa kau masih makan dan tidak terlalu sibuk melototi pianomu, sampai – sampai tidak menjawab telepon keluargamu sendiri. Kaa-san mengkhawatirkanmu." Jawabnya panjang lebar.

Yang bertanya hanya merengut tidak suka dipanggil dengan panggilan 'tersayang' dari kakaknya itu. "Hn. Aku bukan anak kecil lagi, Itachi-nii. Sampai – sampai kau harus menjengukku segala." Sasuke melirik Itachi yang sedang sibuk minum ocha-nya.

"Oke baiklah. Aku hanya diminta kaa-san karena kau jarang sekali menjawab teleponnya. Oh ya, kau harus bertemu dengan sutradara baru di kantorku. Dia gadis yang ceria, manis, dan cantik." Katanya setelah meminum habis ocha-nya.

"Siapa?"

"Sakura."

Hening.

"Namanya Sakura Haruno."

Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kau menyukainya?"

"Entahlah. Aku tidak tahu. Awalnya kupikir dia menyukaiku, karena sikapnya yang sangat manis didepanku. Tapi ternyata dia bersikap seperti itu juga di depan pria lain." Itachi menghela nafas panjang. Sasuke melirik sambil meminum ocha-nya yang daritadi belum disentuh.

"Sepertinya dia gadis yang suka mempermainkan laki – laki ya?" ucap Sasuke sarkatis. Dalam nada bicaranya dia seperti meremehkan Itachi.

Itachi menggeleng. "Tidak dia tidak seperti itu. Aku memang bukan orang yang ahli menilai wanita, tapi aku tahu dia gadis yang baik. Akan kukenalkan kau padanya. Setelah bertemu dengannya aku yakin kau pasti menyesal telah berkata seperti itu."

Itachi dan Sasuke baru saja masuk kantor agensi Itachi ketika Kisame, manager Itachi menyapa. "Hoi, Itachi sedang apa kau disini? Bukannya kau sedang libur?" kata Kisame sambil melambaikan tangan pada Itachi dan Sasuke.

"Hn, hanya ingin ke kantor. Apa tidak boleh? Ohya Kisame, Sakura ada?" Kisame berjalan mendekat ke arah mereka. "Ada, sepertinya dia sedang sibuk. Biasalah sutradara baru. Hei, Sasu apa kabarmu? Sudah lama aku tak melihatmu." Kisame memukul pelan lengan Sasuke. Yang dipukul hanya diam memasang wajah datarnya.

"Hn, baik. Ayo, nii-san kau ingin membuang – buang waktu berhargaku, heh?" Sasuke menarik lengan Itachi untuk masuk ke dalam kantor. Itachi hanya melambaikan tangan kepada Kisame sambil tersenyum. "Aku akan meneleponmu nanti, Kisame."

Itachi dan Sasuke menaiki tangga untuk sampai di ruang Sakura. Mereka sengaja tidak memakai lift karena ruangan Sakura hanya ada di lantai 1. Ketika mereka baru sampai di pertengahan tangga, tiba – tiba ada suara benda jatuh dari atas tangga disertai teriakan. Sasuke terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak sempat melihat ke arah suara itu.

Kejadian itu terasa begitu cepat sehingga Sasuke tidak sadar bahwa apa yang terjadi ketika ada benda yang berat jatuh menabraknya. Sasuke mencoba untuk bangun tapi tidak bisa, tangannya terlalu sakit untuk digerakkan. Samar – samar ia mendengar suara khawatir di depannya.

"Astaga, Sakura. Kau tidak apa – apa?" Itachi berteriak panik, melihat Sakura jatuh menabrak adiknya. 'Hei, apa – apaan kau nii-san? Bukankah aku yang jadi korban disini? Apa ini yang menimpaku? Pink?' batin Sasuke. Sasuke mendengar suara seorang wanita, bukan lebih tepatnya gadis di atas tubuhnya.

"Ma – maaf. Aku tidak sengaja. Apa kau tidak apa – apa?" Sakura bangun dari tempat ia jatuh. Ia melihat seseorang yang ditabraknya berbaring sambil menunjukkan wajah kesakitan. "Kami-sama, Sasuke apa kau tidak apa – apa?" Itachi beralih menatap Sasuke yang sedang kesakitan. "Aaaaggghhh, tanganku." Pekik Sasuke. "Ayo, kita ke rumah sakit!"

Wajah Sakura pucat, wajahnya terlihat pucat sekali. Di matanya tersirat ketakutan, kekhawatiran, dan kesakitan. "Kau tidak apa – apa, Sakura?" Itachi menatap Sakura dalam – dalam, heran melihat Sakura yang begitu pucat dan bercucuran keringat.

"Aku tak apa – apa, Itachi-san. Aku hanya khawatir dengan lengan adikmu." Ucapnya sambil menahan tangis. Nafasnya memburu, dadanya terasa sakit sekali. "Sasuke tidak akan apa – apa. Mana mungkin dia mau sakit, padahal konsernya tinggal 2 minggu lagi." Itachi terlihat tenang, agar Sakura tidak ketakutan lagi. Padahal dia juga takut terjadi apa – apa pada adiknya itu.

"Konser? Dia seorang penyanyi?" Sakura memiringkan kepalanya tanda dia bingung. 'Manis.' Batin Itachi. Beberapa saat Itachi terpesona akan wajah Sakura. "Bukan, dia seorang pianis. Dan akan melakukan konser dunia." Itachi tersenyum lembut ke arah Sakura. "Pi – pianis?" gumam Sakura. Bersamaan dengan gumaman Sakura, Sasuke keluar dari ruang dokter dengan tangan digantung di depan dadanya. "Bagaimana Sasuke? Tanganmu tidak apa – apa kan?" Itachi yang pertama berdiri dari kursinya, kemudian diikuti oleh Sakura. "Tulang tanganku retak dan harus terus digips selama 3 bulan kedepan." Jawab Sasuke sambil berjalan melewati Sakura. "Lalu bagaimana dengan konsermu?" Itachi berjalan menyusul Sasuke diikuti dengan Sakura. Wajah Sakura makin pucat dan berkeringat. 'Apa? Aku mematahkan tangan seorang pianis yang akan melakukan konser dunia.' Inner Sakura berbicara.