A/N

Disclaimer :: Harvest Moon bukan punya saya, saya hanya punya cerita ini ^_^

Warning :: berantakan, bahasa aneh, gaje, all normal POV, typo, maybe OOC, DLDR

Happy reading ^o^


MENCINTAI bukanlah sebuah awal.

Ketika pertama kalinya kau menyukai salah satu kakak kelasmu karena ia begitu tampan, pintar, dan terkenal. Lalu kau akan bercerita sepanjang hari kepada sahabatmu tentang kejadian-kejadian kecil tak berarti yang kau 'alami' bersamanya. Namun kemudian kau akan menghabiskan malammu dengan uraian air mata karena ternyata ia telah memiliki kekasih.

Atau ketika salah satu temanmu menyukaimu, dan ketika kau tahu, kau menjauhinya diam-diam. Lalu tindakanmu itu dirasakannya, sehingga ia begitu kecewa denganmu dan mengikuti permainan yang kau buat: saling menjauhi. Namun ternyata kau sadar bila kau membutuhkannya, dan hatimu memberontak logika, memilih untuk menyukainya dan berharap bila cintamu akan terbalas. Dan kau akan begitu sedih ketika ia telanjur menikmati permainan yang kau buat itu.

Dan ketika kau mengalami pengalaman-pengalaman pertama. Berkencan pertama kali dengan cinta pertamamu, dan di akhir kencan, kau merasakan ciuman pertama yang bagimu seperti surga kedua.

Saat-saat dimana kau merasakan cinta main-main, atau lebih sering dikenal dengan istilah 'cinta monyet'. Suka, lalu benci. Antipati, tapi tiba-tiba jatuh cinta setengah mati. Terlalu berharap, kemudian ujung-ujungnya kecewa. Tidak peduli, namun pada akhirnya balik mengejar. Dan saat itulah kau menyadari, mencintai bukanlah itu semua.

Mencintai bukanlah sebuah akhir.

Ketika akhirnya kau menemukan tempat berlabuh hatimu. Ia sosok yang begitu sempurna di matamu dan kau merasa ada dalam bahaya saat sadar bahwa kau tak dapat berpaling darinya sedetik pun. Dengan segala kesempurnaannya, kau sangat yakin akan bahagia jika kau bersamanya di sepanjang waktu.

Atau ketika hatimu memilih seseorang yang sama sekali bukan tipemu. Ia bukan seorang yang kau impi-impikan dulu. Namun ternyata kau begitu terpukau dengan kebaikan hatinya dan memutuskan untuk menghancurkan pendirianmu sendiri: memiliki pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria.

Dan ketika kau tak lagi memikirkan hidup, karena bagimu, hidup adalah bersamanya. Tersenyum ketika menemukan sosok yang kau cintai ada di samping tempat tidurmu, tertawa sepanjang hari karena ia begitu dekat denganmu, dan mimpi buruk tak lagi datang menghantuimu sebab ia selalu ada di sisimu.

Saat-saat dimana kau begitu menikmati hidupmu karena cinta. Melakukan segala aktivitas bersama. Senyum dan tawa pengisi waktu. Setiap detik terlalu sempurna. Atau bisa saja pertengkaran tak ada habis-habisnya. Teriakan dan tangisan menjadi musik yang memekakkan telinga. Suara benda terlempar dan akhirnya pecah menjadi sound effect-nya. Setiap detik bagai neraka dunia. Dan saat itulah kau menyadari, mencintai bukanlah itu semua.

Karena mencintai adalah keduanya.

Karena mencintai adalah...

Selamanya.


Matahari mulai memancarkan sinarnya. Salju di sepanjang jalan mulai mencair. Burung-burung mulai bernyanyi. Manusia mulai membuka pintu rumahnya, mengundang udara baru masuk. Berbagai macam kegiatan olahraga mulai terlaksana.

Dan aku pun mulai menampakkan jati diriku.

Ya, musim semi telah tiba. Musim yang paling kusuka. Aku tahu, para insan akan menyambut ini dengan sukacita.

Hei, kau pasti bertanya-tanya mengapa aku menyebut mereka 'para insan' dan bagaimana nasibku, bukan? Tentu saja aku bukan bagian dari mereka. Aku memiliki duniaku sendiri.

Kupikir kau harus tahu, aku hanya ada di musim semi. Jangan salah, tentu aku masih ada di musim-musim selanjutnya, namun kepopuleranku akan tergantikan oleh yang lain.

Um, bagaimana jika kita bermain tebak-tebakan saja, siapa aku sebenarnya? Menyenangkan? Tidak? Oh, baiklah.

Aku cantik—oh itu jelas, karena ciptaan Tuhan selalu indah. Nyaris semua orang menyukaiku, terutama para wanita. Aku memiliki warna yang memanjakan mata. Dan ya, aku hanya mekar sempurna di musim ini.

Ya, aku adalah bunga. Bunga yang sayang sekali harus tumbuh di taman rumah sakit tahun ini.

Bukannya aku tak bersyukur atau apa. Namun apa yang bisa kulihat di rumah sakit selain penyakit dan kematian? Kau tahu, padahal aku begitu menyukai kisah romantis. Dan bagaimana aku dapat menemukannya di tempatku sekarang? Ouch.

"Arigatō(1)," sebuah suara lembut memecah lamunanku. Aku melihat seorang gadis yang baru saja membuka suaranya itu berdiri di atasku. Ia begitu bahagia, terlihat dari bibirnya yang tersenyum lebar dan mata biru itu bersinar.

"Kau pantas mendapatkannya," kali ini suara pria yang menjawab. Aku menoleh dan langsung merutuk. Besar sudut pandangku hanya empat puluh lima derajat dan yang kudapati hanyalah sosok gadis itu saja. Pria yang ia ajak bicara tidak dapat kulihat. Sayang sekali.

Gadis itu berdeham. "Lalu bagaimana dengan dirimu?"

Keheningan menyelimuti taman ini begitu lama. Yah, taman ini hanya terisi sepasang insan ini, sisanya kuyakin ada di koridor rumah sakit. "Entahlah," sang pria hanya menjawab singkat.

Sang gadis menunduk. Mata birunya mulai berkaca-kaca. Ia akan menangis? Karena apa?

"Watashi(2)—" gadis itu tak dapat meneruskan kata-katanya. Air mata telah membasahi pipinya dan menetes tepat ke arahku.

Oh. Aku dapat merasakannya. Ini bukan air mata biasa. Ini...

Air mata kerinduan. Mm... Sepertinya dugaanku sebelumnya tidak benar. Aku sadar, sekarang aku telah menyaksikan kisah romantis sepasang manusia di taman rumah sakit.

"Anata ga inakute totemo sabishī(3)."


To Be Continued ^o^


A/N

(1)Arigatō: terima kasih

(2)Watashi: aku

(3)Anata ga inakute totemo sabishī: I really miss you

Mohon review-nya, ya! Arigatō! ^^