Because of Love
Jaeyong, Johnsol, etc.

Warn!BL, typo(s), OOC.

NCT © SM ENTERTAINMENT


Jam masih menunjukkan pukul enam pagi ketika mulai terdengar bunyi nyaring dari salah satu kamar yang berada di dalam rumah bergaya minimalis tersebut. Sang pemilik kamar merupakan tipe orang yang sulit terbangun apabila sudah tidur nyenyak, karena itulah meskipun bunyi tersebut terdengar memekakkan telinga dan tak juga berhenti setelah 15 menit terdengar, sang pemilik kamar masih asyik di dalam alam bawah sadarnya, tak menunjukkan tanda-tanda terganggu sama sekali.

Yang tidurnya terganggu malah seseorang yang letak kamarnya berada di sebelah kamar tempat bunyi itu berasal. Seseorang itu awalnya tidak ingin menggubris bunyi tersebut dan melanjutkan tidurnya seakan-akan tidak terjadi apapun, tapi bunyi nyaring tersebut tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, sehingga orang tersebut hanya bisa menghela napas, lalu bangkit dari tempat tidurnya dan menghentakkan kaki menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya.

"Lee Taeyong memang benar-benar," sosok itu menggerutu kesal ketika membuka kamar sang kakak dan bukannya menemukan seseorang yang sudah terbangun, ia malah menemukan seseorang yang masih tertidur nyenyak, tak peduli dengan suara nyaring yang ternyata berasal dari sebuah ponsel yang diletakkan di atas nakas di sebelah tempat tidur. Orang biasa pasti sudah terbangun dengan suara begitu keras seperti itu, tapi Lee Taeyong memang kasus berbeda. Jeno—sosok yang terbangun tadi dan juga seorang adik dari Lee Taeyong—yakin kalaupun ada gempa besar atau kebakaran, kakak kesayangannya itu akan tetap terlelap tanpa ada tanda-tanda merasa terganggu sama sekali.

Jeno melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur sang kakak, dan menghela napas dalam sebelum memulai misinya untuk membangunkan seorang Lee Taeyong, yang merupakan misi yang sangat sulit bagi seseorang yang tidak pernah melakukannya sebelumnya, tapi akan menjadi sangat mudah untuk orang seperti Jeno, yang tahu semua tentang kakaknya luar dalam.

Jeno tahu cara ampuh untuk membangunkan Taeyong dalam sekali percobaan, dan caranya itu memang selalu berhasil. Cara itu adalah—

"Ya! Lee Jeno!"

—menghembuskan napas pelan di leher Taeyong, karena leher merupakan titik kelemahan pria tampan tersebut. Pria itu pasti akan langsung bangun karena rasa geli yang tiba-tiba ia rasakan di titik kelemahannya itu.

Mudah, tapi memiliki resiko yang sangat tinggi karena Taeyong benar-benar tak menyukai seseorang yang mengganggu titik kelemahannya. Jeno sering sekali berakhir dengan bekas merah di pipi karena Taeyong yang akan langsung refleks menampar pipi orang yang berani-berani mengganggu lehernya, meskipun itu orang terdekatnya sekalipun.

Dan karena itulah Jeno lagi-lagi merasakan sebuah tamparan di pipi, hadiah manis dari seorang Lee Taeyong atas jasanya membangunkan sang kakak tersayang pagi itu.

Jeno sudah akan mengomeli kakaknya karena refleksnya yang benar-benar jelek itu, kalau saja ia tidak melihat mata kakaknya yang sembab seperti habis menangis semalaman.

"Hyung, kau kenapa?" Jeno bertanya dengan panik, kekesalannya karena ditampar hilang sudah. Baginya, kondisi kakaknya jauh lebih penting daripada bekas merah di pipinya. "Siapa yang membuatmu menangis sampai matamu sembab begitu, hyung? Beritahu aku, aku akan memberinya pelajaran."

Bahkan Jeno tidak sadar bahwa ponsel Taeyong masih berbunyi nyaring, semua karena rasa khawatir tentang keadaan kakaknya itu.

"Aku tidak apa-apa, Jeno," Taeyong berkata, tangannya meraih ponsel yang berada di atas nakas, dan Jeno tersadar bahwa bunyi nyaring tersebut ada karena seseorang menelfon Taeyong tanpa henti sejak beberapa menit yang lalu. Jeno juga sadar bahwa ada perubahan ekspresi di wajah kakaknya itu ketika melihat nama orang yang meneleponnya. Ekspresi sang kakak tampak sedih untuk beberapa detik, sebelum ia kemudian memasang kembali ekspresi datarnya.

"Telepon dari siapa?"

"Bukan siapa-siapa."

"Hyung, kau pastinya tahu kalau kau tidak bisa membohongiku, kan?" Jeno berkata seraya mendudukkan diri di atas tempat tidur Taeyong. "Ayolah, aku sangat khawatir padamu hyung. Aku tidak pernah melihat matamu sembab seperti ini sebelumnya."

Taeyong menghela nafas, lalu mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Ia tahu adiknya memang benar-benar susah dibohongi. Adiknya itu tahu pasti kapan dirinya berbohong, sesuatu yang benar-benar merepotkan karena Jeno jadi mengetahui segala hal tentang Taeyong, semua rahasia dan masalahnya. Setiap kali Taeyong menyembunyikan sesuatu atau berbohong dari sang adik, Jeno pasti akan tahu, bagaimanapun caranya, dan berakhir dengan Taeyong yang menceritakan semua yang terjadi di hidupnya pada adik yang berbeda lima tahun dengannya itu.

Taeyong mengerti semua itu karena Jeno benar-benar peduli dan sayang padanya. Tapi terkadang, Taeyong ingin menyimpan sesuatu untuk dirinya sendiri.

"Semua karena Moon Taeil."

"Moon Taeil? Taeil hyung maksudnya? Kekasihmu itu kan hyung?"

"Mantan kekasih lebih tepatnya, Jeno," Taeyong berkata, nada sedih terdengar jelas dalam suaranya. "Kemarin malam aku bermaksud untuk memberikannya kejutan dengan datang ke apartemennya tiba-tiba sambil membawakan makanan favoritnya yang sudah susah payah kubuat, tapi ternyata begitu aku sampai di apartemennya, ia malah sedang bermesraan dengan seseorang."

"Hah? Brengsek. Aku kira dia pria baik-baik, makanya aku mempercayakan kakakku ini padanya, tapi ternyata ia malah seperti itu," ekspresi Jeno berubah dari ekspresi penuh kekhawatiran menjadi ekspresi marah begitu mendengar cerita Taeyong. "Apa aku perlu ke rumahnya sekarang, hyung? Aku akan melakukan sesuatu sehingga ia sadar ia tidak seharusnya berselingkuh darimu seperti itu."

"Tidak perlu, Jeno," Taeyong menggelengkan kepalanya. "Tapi yang Taeil hyung lakukan bukanlah yang terburuk. Kau tahu dengan siapa ia bermesraan kemarin? Sahabatku sendiri, Jeno. Sahabatku. Kim Doyoung."

"Apa?" Jeno bangkit dari posisi duduknya di atas tempat tidur Taeyong, benar-benar terkejut dengan fakta yang baru saja dikatakan oleh sang kakak. Sebagai adik Taeyong yang tahu segala hal tentang kakaknya itu, Jeno tentu tahu tentang seseorang bernama Kim Doyoung yang memegang posisi sebagai sahabat Taeyong sejak lima tahun yang lalu. Doyoung merupakan pengunjung tetap di rumah keluarga Lee yang hanya ditempati oleh Taeyong dan Jeno, dan menurut Jeno, Doyoung merupakan seseorang yang benar-benar baik dan lucu. Doyoung membawa warna baru baik di kehidupan Taeyong maupun Jeno, dan Jeno tidak pernah mengira bahwa Doyoung akan mengkhianati kakaknya seperti itu. "Kau serius, hyung? Kau tidak salah lihat?"

"Aku tidak mungkin salah lihat, Jeno. Aku sempat bertatapan mata dengan orang itu, dan aku yakin aku mengenal wajah sahabatku sendiri dengan jelas."

Jeno terdiam. Ia tak habis pikir bagaimana seseorang seperti Doyoung, yang merupakan orang terdekat Taeyong kedua setelah Jeno, bisa melakukan hal seperti itu pada sahabatnya sendiri. Jeno sendiri yakin ia tidak akan pernah mengkhianati Jaemin—sahabatnya sejak sekolah dasar—karena ia begitu menyayangi sahabatnya itu. Meskipun ia suka pada orang yang sama seperti Jaemin, ia tahu ia pasti akan membiarkan Jaemin memiliki orang tersebut, karena ia tidak mau persahabatannya rusak hanya karena masalah percintaan. Bagi Jeno, sahabat dan keluarga itu jauh lebih berharga daripada pacar, karena sahabat dan keluarga, terutama yang tulus menyayangimu, benar-benar sulit dicari dibandingkan dengan pacar.

"Jadi, tadi itu Doyoung? Yang meneleponmu?"

"Hyung, Jeno. Doyoung hyung. Ia lebih tua darimu, aku ingat aku memberitahumu dengan jelas bahwa kau harus memanggil orang yang lebih tua darimu dengan hyung atau noona," Taeyong berkata, sempat-sempatnya menasehati Jeno meskipun suasana hatinya sedang sangat buruk.

"Orang yang menyakiti hyungku dan melakukan perbuatan seperti apa yang Doyoung lakukan padamu tidak pantas menerima panggilan hyung dariku," Jeno berkata, sifat keras kepalanya muncul. "Hyung, kau belum menjawab pertanyaanku."

"Iya, tadi Doyoung yang menelepon. Aku tahu ia tidak akan berhenti sebelum aku mengangkat teleponnya, jadi aku mematikan ponselku tadi."

"Kau pasti marah dan sedih sekali kan, hyung?"

"Sedih sudah pasti iya," Taeyong berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "tapi untuk marah, aku tak tahu, Jeno. Sebenarnya aku sudah tahu Doyoung menyukai Taeil hyung sejak lama, bahkan sebelum aku menyukai Taeil hyung. Aku awalnya sempat merasa bersalah ketika Taeil hyung malah menyatakan perasaannya padaku dan bukan pada Doyoung, tapi aku bisa apa? Aku juga suka Taeil hyung, dan dengan bodohnya aku menerima pernyataan cintanya. Mungkin ini hukuman untukku, Jeno, karena aku telah menyakiti hati sahabatku."

Baik Taeyong dan Jeno, keduanya sama-sama terdiam. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Jeno, meskipun setelah mendengar penuturan panjang dari Taeyong, masih merasa marah pada Doyoung dan Taeil. Yang penting baginya adalah kedua orang tersebut menyakiti hati Taeyong, dan Jeno tak peduli tentang detail lainnya.

"Sudahlah hyung, daripada kau mendekam terus di rumah dan tenggelam dalam kesedihanmu, lebih baik kita jalan-jalan hari ini," Jeno menunjukkan senyum lebarnya, berusaha untuk menghibur sang kakak. "Bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan? Sudah lama sekali kita tidak kesana, kan?"

"Kedengarannya menyenangkan," Taeyong ikut tersenyum, senyum pertamanya dalam kurun waktu 10 jam terakhir. "Lebih baik kau mandi dulu, Jeno. Aku akan membuat sarapan lalu mandi, dan setelah itu kita bisa siap-siap ke taman hiburan."

"Aye aye, captain!"

.

.

.

"Jaehyun, sekali lagi kau tersenyum menyeramkan seperti itu, aku akan benar-benar memutuskan tali persahabatan kita."

"Menyeramkan? Hyung, kau ini buta ya? Jelas-jelas senyumku ini senyum tampan. Menyeramkan darimana?"

"Astaga, rasanya aku ingin muntah."

"Jangan muntah di sini, hyung. Sesayang-sayangnya aku padamu, kalau kau sampai muntah di dalam perpustakaan, aku akan pura-pura tidak mengenalmu, sungguh."

"Kau ini tampan, tapi bodoh sekali. Aku yakin para gadis dan pria yang mengejarmu akan segera lari terbirit-birit begitu tahu kalau pangeran sekolah yang mereka kejar-kejar ternyata bodohnya sudah tak tertolong lagi."

"Ha. Lucu sekali, hyung. Aku terhibur."

"Aku tidak butuh sarkasme darimu, tuan Jung."

Jaehyun hanya tertawa menanggapi ucapan Hansol, sahabatnya sejak kecil yang lebih tua tiga tahun dari dirinya. Jaehyun dan Hansol, keduanya merupakan duo tak terpisahkan. Ketika keduanya sedang tidak memiliki urusan masing-masing, dapat dipastikan mereka akan terlihat bersama, kemanapun mereka pergi.

Dulu, orang-orang akan mengira bahwa hubungan antara Jaehyun dan Hansol lebih dari sahabat, tapi dugaan itu segera terpatahkan ketika dua tahun lalu, Johnny, seorang siswa pindahan dari Amerika—namun berdarah Korea murni—mengungkapkan perasaannya pada Hansol dan diterima oleh pemuda tinggi tersebut, dan hubungan mereka masih berjalan sampai sekarang. Hansol dan Johnny memang sudah dekat sejak beberapa bulan sebelumnya, tapi tak ada yang pernah menduga bahwa mereka akan menjadi sepasang kekasih, karena semua orang masih mengira bahwa Hansol sesungguhnya berpacaran dengan Jaehyun, padahal sudah jelas-jelas keduanya sering kali mengatakan bahwa hubungan di antara mereka hanyalah sebatas sahabat, dan tak lebih dari itu.

"Hyung, menurutmu, kapan orang itu akan menyadari perasaanku?"

"Dia tidak akan pernah menyadari perasaanmu kalau kau tak mengatakan apapun padanya, Jaehyun," Hansol berkata. "Lagipula bagaimana dia mau menyadari perasaanmu kalau kalian saja belum pernah berbicara dengan satu sama lain sebelumnya?"

"Kami pernah berbicara kok! Hanya sekali sih, itu juga karena aku mengambilkan bukunya yang terjatuh. Dia juga hanya bilang terimakasih, dan aku hanya bilang ini bukumu, kan?"

"Kau sebut itu berbicara, Jung?"

"Hyung, kau tidak pernah menyukai seseorang seperti aku menyukai dia sih, jadi kau tidak tahu betapa senangnya aku bisa mendengar suaranya mengucapkan terimakasih hanya untukku begitu," Jaehyun merengut kesal. "Kau kan enak, suka pada seseorang yang jelas-jelas menyukaimu juga sejak awal. Aku masih ingat bagaimana kau pura-pura tidak senang ketika Johnny hyung tak sengaja memanggilmu sayang. Setiap kali mengingat bagaimana kau langsung memelukku dengan ekspresi menjijikanmu itu begitu Johnny hyung pergi, aku langsung merinding."

"Itu namanya jual mahal, Jaehyun," Hansol berkata, membela dirinya sendiri. "Mana mungkin aku berkata, ya Tuhan! Aku senang sekali kau panggil sayang! Aku bersedia kau panggil sayang selamanya! ya kan?"

"Kalau orang itu sampai tak sengaja memanggilku sayang, aku akan mengatakan hal seperti itu dan menyuruhnya memanggilku sayang terus-menerus, hyung."

"Astaga Jung, kau menjijikkan."

"Aku menjijikkan karena cinta."

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa bersahabat denganmu, sih?"

"Takdir, hyung. Lagipula hidupmu pasti sangat membosankan kalau tidak ada aku di dalamnya, jadi terima sajalah."

Hansol memandang Jaehyun dengan ngeri begitu mendengar perkataannya, sedangkan Jaehyun hanya membalas tatapan Hansol sambil mengangkat satu alisnya berulangkali, seolah-olah ingin menggoda Hansol.

Hansol langsung meraih ponselnya, dan buru-buru mengetik satu pesan untuk kekasihnya.

Seo Youngho, cepat jemput aku di perpustakaan kampus. Jaehyun sudah gila.


...

Pasti pada nyadar, kan. Bagian pas Taeyong-Jeno itu bawaannya mellow banget, sedih gitu. Eh tiba-tiba Jaehyun-Hansol.

Zonk parah.

Ya tapi gimana lagi, bawaannya kalo ada Hansol pasti gabisa nulis scene yang agak serius, abisnya ngebayangin muka dia aja suka bikin ketawa sendiri. Flat sama polos banget gitu, berasa ngga tau apa-apa. Ya mungkin ngga lucu buat kebanyakkan orang, tapi buat saya muka dia tuh lucu parah.

Dah. Ini lama-lama bisa keterusan malah ngomongin Hansol terus jadinya #HansolDebut2k16.

Ini fanfic NCT pertama saya, biasanya saya bikin fanfic ngga jauh-jauh dari SEVENTEEN (EXO sama BTS juga, sesungguhnya), tapi berhubung saya lagi pengen jauh-jau dari SEVENTEEN (saya galau fanmeetnya, hiks) dan juga karena waktu luang saya yang lagi banyak banget berhubung lagi libur kenaikan kelas, saya jadi bikin fanfic di fandom terbaru saya dan dengan pairing kesayangan : Jaeyong. Jaeyong tuh lucu banget. Saya udah jatuh cinta sama mereka sejak nonton ON AIR NCT SHOW yang pas Jaehyun bilang kalo Taeyong tuh gaada kekurangan sama sekali, terus makin jatuh cinta pas nonton NCT LIFE. Mereka jadi OTP saya, walaupun ada godaan datang dari TaeTen, JaeTen, JaeDo, 2Tae, dan sebangsanya (NCT ini kenapa mereka semua shippable sama satu sama lain banget ya).

Jangan marah atau kesel sama saya karena saya bikin Doyoung dan Taeil kayak gitu ya, mereka ngga jahat kok, semua ada alasannya :')

Lastly, review please?

+ Doain Johnny dan Hansol cepet debut ya, Yuta juga. WinKun juga. Mini Rookies juga. Jungwoo juga.

Ya intinya semoga semua cepat debut, apalagi Johnny. Kasian dia udah nunggu sembilan tahun lebih #JohnnyDebut2k16.