Tittle : An unusual love story for an unusual girl

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto.

Rate : T.

Summary: Uchiha Sasuke si pemuda err.. gadis dingin yang terpaksa bertunangan dengan uke paling manis sedunia Namikaze Naruto.

Warning : AU, typo(s), OOC, Fem!Sasu.

.

.

.

Entah siapa yang memulai pembicaraan terlebih dahulu yang jelas sekarang keduanya tengah terdiam, ada beberapa point disini yang harus di telaah. Akhirnya sang pemilik ruangan membuka suara.

"Jadi, kau ingin aku mengubah ijazahmu sesuai dengan ijazah SMP mu ini?", lelaki paruh baya itu menatap malas kearah anak muridnya.

"Hn."

"Ah, kau sungguh nekad anak muda."

"Hn."

Jiraiya menghela napas panjang, bicara dengan anak muridnya yang satu ini entah mengapa terasa sangat melelahkan.

"Baiklah tapi ada satu syarat."

Sasuke menaikan satu alisnya.

"Ya, aku tau kau telah membayar sejumlah uang pada Danzo tapi ingat sasuke sekarang akulah kepala sekolah disini dan aku juga tidak mau melakukan ini dengan gratis.", Jiraiya tersenyum melihat perubahan ekspresi Sasuke yang dari tadi terlihat datar.

"Apa maumu?"

"bertunanganlah dengan cucuku.", senyum Jiraiya tetap bertengger manis menunggu reaksi Sasuke.

Sasuke berpikir sejenak. dia tidak mau usahanya bersekolah selama 3 tahun terbuang sia-sia.

"Hn." Tanpa berpikir panjang dia pun mengangguk.

"Aku anggap itu iya."

Sasuke membalikkan badannya dan berjalan kearah pintu.

"Tunggu, aku penasaran kenapa kau menyembunyikan Gendermu yang sebenarnya?"

Sasuke menoleh sedikit.

"Bukan urusanmu, aku permisi dulu.", sasuke memutar kenop pintu dan keluar dari ruangan kepala sekolahnya itu.

Sasuke melangkah sepanjang koridor, rasanya koridor ini lebih panjang dari biasanya. Pikirannya kembali memutar video lama yang terekam baik diotaknya.

"Tapi Sasuke, kalau kau mengubah gendermu didaftar siswa makanya ijazahmu pun harus diganti menjadi laki-laki, dan kau tau kan apa artinya itu?"

"Hn", Sasuke cukup pintar untuk menyadari kalau pengubahan gender ini dapat berpengaruh negatif terhadap ijazahnya. Dia tidak akan mendapat pekerjaan dengan dua ijazah yang berbeda data itu walaupun hanya pada bagian gendernya.

"Tidak adakah cara lain? setidaknya biarkan ijazahku nanti bergender perempuan."

"hm... ada." Danzo menyeringai sambil memainkan pulpen.

Sasuke merasakan aura menusuk kedompetnya.

'Sial, dia akan mengurasku.'


"Aku pulang." Sasuke menggumam datar entah pada siapa. Dirumah ini dia tinggal sendiri. Orang tuanya tinggal diluar kota dan jarang sekali menghubunginya. Sasuke tau alasannya dan dia hanya mendengus kecil tiap memikirkan hal itu.

Sasuke membuka pelan lemari es yang kosong. Hanya ada air putih dan cuka, hidup sendiri itu kadang kala menyusahkan hm.. kadang kala? Ah dia benci hal-hal yang berbau mellow.

Kringgg...

Kringgg...

Sasuke mengambil handphone yg berdering dengan nada kuno itu. Dia tidak suka memakai lagu-lagu untuk nada dering. Ya, dia benci lagu, apapun itu.

"Halo, ada apa Suigetsu?"

"Sasuke, tolong bantu aku."

"Eh?"

Sasuke menatap datar teman bicaranya, sebenarnya Sasuke sangat penasaran tapi bukan uchiha kalau tidak bisa menyembunyikan ekspresi.

"Cepatlah Suigetsu, kau mau bercerita atau tidak? kau mau membuatku lumutan disini?"

"I-iya begini, jadi aku tadi pagi berpapasan dengan seorang err.. laki-laki dan dia ehm.. bagaimana ya dia ehm.. itu dia.." wajah Suigetsu memerah, dia hanya menggaruk2 belakang kepalanya.

"arg... ayolah houzuki."

"Dialaki-lakiyangsangatmanisdanakusuka." Suigetsu mengatakannya dengan sekali napas, mukanya bertambah merah.

Sasuke menaikan alisnya sedikit lalu tertawa kecil.

"Haha.. ayolah Suigetsu, kau masih NORMAL seingatku"

Suigetsu menarik kerah baju Sasuke,"Aku bertaruh kau juga akan menyimpang jika kau bertemu dengannya."

Sasuke mendengus,"baiklah, lantas kau minta bantuan apa dariku?"

Suigetsu melepaskan Sasuke lalu duduk dengan muka yang kembali memerah.

"Bantu aku berkenalan dengannya."

"Hn."

"Hore... Sasuke kau memang teman yang paling baik sedunia haha.." Suigetsu menghambur ke Sasuke dan memeluknya erat.

"Le-lepaskan pelukanmu baka! Kau membunuhku"


Tok

Tok

"Masuklah Sasuke."

"Ada apa Jiraiya-sama?"

"Hari ini jam dua dirumahku"

Sasuke menaikkan alisnya.

"Pertunanganmu itu"

Sasuke mendengus dan berbalik keluar.

"Namanya Naruto."

"Kita bicarakan nanti saja Jiraiya-sama."

Sasuke keluar dan berjalan kembali kekelasnya. Tadinya dia tak peduli dengan pertunangan bodoh yang dia setujui begitu saja tanpa pikir panjang. Tapi entah mengapa baru sekarang terpikir olehnya dan rasanya pikiran ini menusuknya terus.

Siapa lelaki yang akan menjadi tunangannya?

Seperti apakah dia?

Dan yang paling penting apakah dia mau menerima penyimpangan penampilannya ini?

(Sasuke)

Kalian pasti bertanya kenapa aku menerima begitu saja permintaan Jiraiya-sama. Jawabannya mudah saja karena aku harus mendapatkan ijazahku untuk mencari kerja dan LEPAS dari keluargaku. Terserah saja aku akan bertunangan dengan siapa MEREKA tidak akan perduli. Lagipula hanya pertunangan kan? Setelah melihat penampilanku yang seperti ini lelaki itu pasti akan menolakku mentah-mentah. Aku tak pernah berharap banyak pada siapapun. Lagipula jika pun hal itu terjadi setelah aku mendapatkan ijazahku aku akan segera mengakhirinya, gampangkan?

Aku melihat bayangan tubuhku di cermin dengan kaos putih dilapisi jaket biru tua serta celana jeans dan sepatu kets menutupi seluruh bagian bawahku. Kuambil sedikit gel rambut dan menata rambutku hingga mirip err.. pantat ayam. Aku lebih mirip orang yang akan pergi tawuran tapi apa peduliku.

"Aku tampan."

Aku tersenyum sedikit. Hanya lelaki homo yang akan jatuh cinta padaku haha tidak apa kan kalau aku sedikit narsis. Ya setidaknya aku narsis di depan diriku sendiri bukan orang lain. Aku melangkah keluar dari rumah, menutup pintu kemudian menguncinya. Aku menghela napas,"ini akan jadi hari yang paling membosankan dalam hidupku."

"Ayolah manis, temani kami main dulu baru kau pulang ya khehehe." Mizuki mengangkat dagu pria manis dihadapannya.

"A-aku harus pergi ke rumah kakekku, lepaskan aku!" Naruto menatap tajam pria dihadapnya dan terus berusaha menarik tangannya dari pria yang berada disampingnya

"Ah, sudahlah Mizuki ayo kita seret saja dia." Zabuza menarik tangan Naruto lebih keras

"A-apa! Le-lepaskan aku, tolong! Tolong!"

Kedua laki-laki itu menyeret Naruto keluar dari gang dan tepat berpapasan dengan Sasuke. Kedua laki-laki menatap tajam Sasuke yang terlihat datar-datar saja dengan pemandangan didepannya.

"APA! KAU MAU KUBUNUH HAH?"

Naruto memberikan tatapan puppy eyesnya pada Sasuke, tatapan yang bisa membuat semua seme klepek-klepek.

"Tolong aku.."

Sasuke mengalihkan pandangannya pada Naruto.

"Hn, bukan urusanku."

Kedua laki-laki itu tertawa nista(?) dan menarik Naruto menjauh dari sana. Naruto kaget tidak pernah jurusnya ini gagal sekalipun setiap laki-laki yang melihat tatapannya mau dia homo atau normal sekalipun pasti akan luluh dan berusaha menyelamatkan Naruto bagaimanapun caranya. Naruto menatap marah pada Sasuke.

""HEI KAU TEME! BILANG SAJA KAU TAKUT DASAR PENGECUT!"

Sasuke menghentikan langkahnya dan menoleh pada Naruto. Kedua laki-laki itu pun berhenti sejenak, kaget dengan perilaku Naruto.

"Apa? Takut?"

"Ya, buktinya kau membiarkanku begitu saja, setidaknya berusahalah membantuku sedikit kau kan laki-laki."

"Dobe."

"APA KAU BILANG!"

"Hn, Dobe."

"GAH.. TEME!"

"Ah! Pertengkarang bodoh apa ini, heh anak muda! Kau mengenal pemuda ini?" Mizuki kesal kesenangan tertunda.

"Tidak"

"Bagus, kalau begitu pergilah dan jangan mengganggu kami."

Kedua laki-laki itu kembali menarik Naruto.

"To-tolong kumohon Teme tolong aku, TEME TOLONG AKU, KUMOHON."

Naruto menahan seretan kedua laki-laki itu dengan kakinya. Tangannya sungguh sudah perih dia yakin kini telah memanas rasanya dia ingin menangis, dia menyesal telah menolak permintaan kyubi-nii yang ingin mengantarnya hanya karena dia ingin keliatan mandiri didepan kakek dan tunangannya nanti. Eh, tunangan? Ah iya baru tiga hari ini Naruto berjanji didepan makam ibunya untuk berusaha menyukai lawan jenis. 'Oh tuhan apakah engkau tidak merestuiku menjadi straight' itulah yang terpikir kini dibenaknya.

Buagh..

Naruto menoleh kebelakang. Tanpa disadari kedua laki-laki yang tadi menyeretnya telah terkapar dengan darah mengucur dari hidung. Sasuke menepuk tangan seperti orang yang baru saja membuang sampah. Sasuke menatap datar pada Naruto.

"Pergilah, jangan pernah lewat gang ini sendirian. Gang ini penuh dengan preman dan berandalan."

Sasuke membalikkan badan dan kembali melangkah ke tempat tujuannya. Tanpa disadarinya Naruto menatapnya kagum dengan muka yang memerah.

"Kami-sama, kau membuatku jatuh cinta lagi pada laki-laki, apa kau benar-benar menolak tobatku?"


Kini Sasuke telah berada di depan rumah Jiraiya. Dia menghela napas dan melihat ke sekitar rumah tersebut.

"Hm.. rumahnya antik juga."

Sasuke menakan bel rumah bergaya victorian itu. Tempat ini lebih pantas disebut mansion dari pada rumah. Pagar mansion tersebut terbuka otomatis dan di depannya telah berdiri seorang maid cantik.

"Saya Uchiha Sasuke." Sasuke memperkenalkan diri.

"Silahkan Uchiha-sama." Matsuri tersenyum kearah Sasuke. Dia membawa Sasuke masuk melewati koridor yang panjang. Sasuke mengikutinya dari belakang, sedikit-sedikit Sasuke melirik kesekitaran koridor nan megah itu. Sungguh berseni itulah yang dia pikirkan. Dengan lukisan-lukisan dan patung-patung yang bertengger di sisi-sisi tembok menambah kesan arsitekturnya.

"Ini ruangannya Uchiha-sama, silahkan masuk." Matsuri membukakan pintu dari kayu bergagang emas itu.

Sasuke mengedarkan pandangannya hingga dia menemukan sosok Jiraiya duduk di salah satu kursi antik.

"Selamat datang calon 'cucu' ku." Jiraiya tersenyum pada Sasuke.

"Terlalu cepat untuk memberikan panggilan itu untukku Jiraiya-sama."

Jiraiya tertawa kecil,"silahkan duduk."

Sasuke duduk berhadapan dengan Jiraiya, seketika itu pun entah mengapa dia merasa seperti diintimidasi oleh Jiraiya yang kini menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Ada apa Jiraiya-sama?"

"Kenapa kau berpakaian seperti ini? Kenapa kau tidak memakai err.. Gaun?"

"Itu tidak penting."

"Tentu saja penting, kau akan bertemu tunanganmu berusahalah untuk terlihat cantik."

Sasuke menaikan paha kanannya keatas paha kirinya dan menarik sedikit sudut bibirnya.

"Aku sudah cukup cantik kok."

Jiraiya hanya bisa bersweatdrop ria melihat aksi langka anak muridnya itu.

Tok

Tok

"Masuk."

"Jiraiya-sama, ada telepon dari Naruto-sama, katanya dia akan datang terlambat karena ada halangan dijalan."

"Ck, dasar anak itu, ya sudah terima kasih Matsuri-san."

Matsuri melangkah keluar dan menutup kembali pintu ruangan tersebut berlahan.

"Maaf, kau jadi harus menunggu Sasuke"

"Hn"

"Sudah berapa kali aniki bilang, biar aniki antar, untung ada yang menyelamatkanmu kalau tidak?"

"Iya iya sudahlah aniki aku sudah bosan mendengarkan hal itu terus dari tadi."

Kyubi menggeleng pelan, adiknya yang satu ini begitu keras kepala. Setelah menerima telepon dari Naruto, dia langsung ngebut menuju TKP dan dan membawa adiknya pergi dari gang laknat itu. Sebenarnya dia ingin membatalkan saja acara pertunangan Naruto ini mengingat kejadian yang baru saja menimpa Naruto tapi oh Kami-sama kapan lagi adiknya yang keras kepala ini mau menuruti permintaan kakeknya untuk belajar menyukai lawan jenis apalagi langsung bertunangan waw entah malaikat apa yang tengah merasuki Naruto sehingga manggut-manggut saja ketika Jiraiya menyatakan niatnya mempertunangkan Naruto agar Naruto bisa belajar mencintai lawan jenis. Oh Kami-sama kau memang selalu mendengarkan doa-doa hambamu. Tanpa terasa mereka kini telah berada didepan pintu gerbang rumah Jiraiya. Naruto membuka pintu mobilnya dan berjalan keluar menyapa Matsuri yang telah menunggu mereka di depan mansion. Naruto dan kyubi berjalan beriringan menuju ruangan Jiraiya.

"Aniki."

"Kenapa Naruto?" kyubi menoleh pada Naruto.

"Bagaimana kalau pertunangan ini dibatalkan saja, biar aku yang bicara dengan gadis itu."

"Hah? Kenapa Naruto?"

"Ehm.. itu aku rasa aku jatuh cinta pada laki-laki yang menolongku tadi."

"Semudah itu kah?"

"Kakak tidak percaya cinta pada pandangan pertama ya?"

Naruto menggembungkan pipinya tanda kesal. Jantung Kyubi terasa seperti ditusuk tombak. Baru saja tadi dia mengucap syukur kini entah kenapa Kami-sama mengambil kebahagiaannya kembali. apa yang harus dia katakan pada Jiraiya.

"Tapi Naruto."

"Tenang saja Kyubi-nii, biar aku yang bilang pada kakek"

Matsuri pun membukakan pintu ruangan itu. Naruto melangkah ceria ke dalam, dibelakang Kyubi menunduk segan menatap kakeknya.

"Ji-san"

Sasuke menoleh kearah suara cempreng itu, rasanya dia pernah mendengar suara ini tapi dimana.

"HEH TEME!"

"Dobe." Gumam sasuke pelan.

"A-apa yang kau lakukan disini?" menatap sasuke langsung membuat muka Naruto kembali memerah.

Sasuke hanya menaikkan alisnya kemudian menoleh kearah Jiraiya.

"Wah, sepertinya kalian sudah saling kenal ya, sungguh akrab dan mesra sekali sepertinya aku tidak salah mempertunangkan kalian" Jiraiya terkekeh pelan.

Ekspresi Sasuke berubah kaget sepersekian detik kemudian berubah datar lagi. Sedangkan Naruto dia hanya bisa tertegun dengan muka yang tambah memerah.

'Apa? Aku akan bertunangan dengan Teme pantat ayam ini'

'Gah.. sepertinya aku sedang mimpi buruk sekarang'

TBC


A/N :

bagi yang gak ngerti sasukenya kayak gimana, Sasukenya kayak Sasuke yang dikomik, rambut pantat ayam, hemat kata-kata dan blablabla yang beda gendernya doang. trus Narutonya yah tipe-tipe uke manis. pokoknya disini bakal banyak hal-hal yang terbalik jadi semoga anda semua bisa mengerti hehehe karena tuntutan alur yang menclok seenaknya dijidat saya. o ya saya juga author baru disini jadi kalo fictnya kacau dari segi apapun gomenasai.. namanya juga belajar makanya jangan di flame dulu ya *sembah sujud* kritik dan saran terbuka untuk umum dan terakhir review please hehe :D