Summary: 26 kata yang melambangkan kasih sayang dan cinta di antara mereka.

Romance/Drama | Gray Fullbuster & Erza Scarlet | Chapter

Full of fluff, OOC and T rated for the kissing scene.

The idea originally came from my head, but the characters are Hiro Mashima's.

Love Alphabets © Ayanami 'Sherry' Ryuki


A untuk Armor

Misi kali ini sungguh diluar dugaannya.

Awalnya ia mengira misi ini hanya untuk menangkap penjahat biasa yang mengacau di sebuah kota. Lambat laun pun ia menyadari bahwa penjahat tersebut ternyata adalah penyihir yang berasal dari black guild.

Mereka jahat―tentu saja. Tapi mereka juga kuat. Terutama dengan yang sedang ia hadapi.

Erza menghirup napas dengan rakus. Lawannya benar-benar sangat kuat dan membuat semua gerakannya terasa mati langkah. Ia pun sampai kehabisan napas. Elemen api yang dimiliki musuhnya hampir mirip seperti elemen api Natsu, namun jauh lebih 'ganas'. Membakar apa saja yang menghampiri musuhnya.

Hampir semua serangan yang Erza lakukan gagal. Setiap kali ia menyerang, musuhnya akan membuat dinding api, menyemburkan api hitam berbentuk naga dan balik menyerangnya.

Api-api itu dapat ia halau dengan flame emperor's armor yang ia pakai. Armor tersebut memang tahan api. Namun tetap saja penggunaannya dapat menghabiskan energi si pengguna. Dan itulah yang Erza rasakan.

Ia sudah melakukan berbagai serangan dan tentu saja hal itu menguras tenaganya. Bahkan ia ingin meng-exquip flame emperor's armor ke armornya yang biasa. Tapi jika ia melakukannya, maka itu sama saja dengan bunuh diri.

Musuh Erza kembali bergerak. Dia menyemburkan api hitam lagi. Kehabisan tenaga, Erza tak bisa bergerak. Namun, sebelum ia bisa merasakan panasnya api, terdengar sebuah seruan.

"Ice make: Wall!"

Dan sebuah dinding es menghalau api hitam tersebut.

Erza menghela napas lega dan langsung meng-exquip flame emperor's armornya ke bajunya yang biasa. Terduduk di dekat pohon dan membiarkan pemuda es di hadapannya menghabisi musuhnya.

Walaupun ia tahu hal itu dapat menurunkan wibawanya sebagai wanita yang paling ditakuti di Fairy Tail, namun ia tetap membiarkan pemuda itu. Tenaganya benar-benar sudah habis.

"Ice make: Lance!"

Kini, musuhnya telah jatuh. Dan pemuda itu berjalan menghampirinya.

"Kalah, eh?" ejeknya.

Erza mencibir. "Terserah apa katamu, Gray."

Pemuda bernama Gray itu menyengir. "Kau tidak memakai armormu?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Sebuah lengkungan kecil terbentuk di sudut bibir Erza. "Ya, tidak apa-apa."

Gray memutar matanya. "Oke, terserah."

Karena jika pemuda itu ada di sini ia akan merasa terlindungi, jawab Erza dalam hati. Walaupun armor sering ia pakai untuk melindungi diri, jika Gray ada di dekatnya, maka ia akan langsung melepas armornya.

Karena ia tahu―Gray akan melindunginya.

.

B untuk Berhenti

Lucy Heartfilia sedang duduk di dekat bar sembari menikmati bahan bacaan yang ia dapatkan dari Levy beberapa hari yang lalu. Hanya sebuah novel, namun ia begitu menikmatinya.

Kegaduhan terdengar dari sudut guild dan membuatnya sedikit terganggu. Dengan enggan, ia mengangkat wajahnya dari novel yang sedang ia baca ke sumber kegaduhan.

Nampaklah dua orang laki-laki sedang bertengkar seperti biasanya. Tentu saja; mereka adalah Natsu dan Gray. Member Fairy Tail yang paling sering membuat kegaduhan di dalam guild.

Lucy melirik seorang wanita berambut merah yang duduk di sampingnya. Tak ada gerakan dari wanita itu. Namun sorot matanya yang mengerikan mengarah tepat ke dua orang yang sedang bertengkar itu.

Sontak, Natsu dan Gray langsung menghentikan pertengkaran konyol mereka dan berpelukan sembari berkata, 'Aye'.

Tiba-tiba Lucy menangkap sesuatu yang tidak biasa pada Gray. Ia menyipitkan matanya, berusaha untuk mencari sesuatu yang berbeda pada penyihir es sok keren itu.

Hari ini Gray memakai kemeja putih lengan pendek. Kancingnya tertutup dengan rapi. Begitu juga dengan kemarin, dua hari yang lalu, tiga hari yang lalu, dan seterusnya.

Hello? Seorang Gray Fullbuster bisa tahan memakai baju? Di musim panas seperti ini? Ada apa dengan penyihir itu?

Ketika Gray berjalan mendekati Erza, Lucy bertanya, "Tumben kau pakai baju. Ada apa? Sedang sakit, ya?"

"Tidak. Aku hanya ingin berhenti telanjang sembarangan."

Jawaban itu membuat Lucy heran. "Hah? Kenapa? Bukankah kau tidak tahan dengan panas?"

"Memang iya," jawab Gray sambil mengusap keringat di dahinya. "Tapi aku tidak mau telanjang di depan pacarku, jadi aku memutuskan untuk berhenti telanjang sembarangan."

Reflek, Lucy melirik Erza yang duduk di sampingnya. Nampaknya perempuan itu mendengar jawaban Gray, terbukti dengan semburat kecil di wajahnya.

Lucy tertawa. Aih, dasar mereka ini.

.

C untuk Cantik

Kamar yang biasanya rapi, kini keadaannya berbanding terbalik.

Berbagai macam pakaian tersebar di sudut ruangan. Ada yang tergeletak di atas tempat tidur, menggantung indah di engsel pintu, atau terbaring dengan posisi yang tak layak di dekat lemari―dengan keadaan kusut dan terlipat-lipat.

Baru kali ini Erza Scarlet membongkar seluruh isi lemarinya. Ia adalah tipe wanita yang termasuk 'gampang' dalam berpakaian. Hanya exquip dan―tada! Masalah terselesaikan.

Tapi masalah yang ini benar-benar berbeda. Ia tidak mungkin memakai armor atau gaun-gaun seksi di rencananya kali ini. Pakaian macam itu hanya akan merusak suasana saja.

Pada akhirnya Erza menyerah dan menatap nanar pakaiannya yang sudah tercecar dimana saja. Pakai yang ada di lemarinya kebanyakan gaun-gaun dengan potongan seksi. Tapi gaun seperti itu rasanya tidak terlalu pantas untuk digunakan di kencan pertama.

Suara ketukan pintu terdengar.

Erza berdiri dan menghela napas, lalu meng-exquip bajunya yang biasa―baju putih tanpa lengan dengan aksen ruffle dari leher hingga perut, serta rok biru navi.

Ia membuka pintunya dan melihat seorang pemuda berambut biru kelam ada di hadapannya.

"Sudah siap?" tanya pemuda itu.

"Ya..." jawab Erza dengan agak ragu.

"Hm? Nampaknya kau belum benar-benar siap, ya."

"Aku hanya... merasa kurang cocok dengan pakaian ini, Gray," sahut Erza. "Ini terlalu biasa."

Gray tersenyum kecil. "Pakaian apa saja akan cocok denganmu, Erza. Karena pada dasarnya kau itu memang cantik."

Dan pemuda itu akhirnya berhasil membuat Erza luluh dan melupakan soal ketidak-percayaan dirinya, sekaligus membuatnya malu.

.

D untuk Duri

Hari ini tim Natsu kembali menjalankan misi seperti biasanya. Hanya misi kelas B, jadi bagi mereka hal ini tidak terlalu sulit.

Setelah misi tersebut selesai, mereka langsung kembali ke guild Fairy Tail. Mereka baru menempuh setengah perjalanan dan sedang menyusuri daerah padang rumput yang dikelilingi berbagai semak berduri.

Erza berjalan paling belakang. Tangannya menyentuh bunga-bunga putih nan indah yang menyembul dari balik semak berduri. Dan tanpa ia sadari, jari manisnya tertusuk salah satu duri tersebut.

"Aw!" rintihnya pelan. Ia meniup-niup ujung jari manisnya.

Tiba-tiba saja Gray yang berada beberapa langkah di depannya, langsung menghampirinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Gray.

Erza tersenyum kecil. "Hanya tertusuk duri kecil."

Dan secara mengejutkan pemuda itu memasukkan jari manis Erza ke mulutnya, menghisap darah gadis itu lalu membuangnya ke tanah.

"Lebih baik kita cepat-cepat kembali ke guid dan meminta bantuan Wendy!" sahut Gray. Dia menarik tangan Erza.

"Gray, ini hanya karena duri kecil. Tidak apa-ap―"

"Tapi luka kecil juga bisa menyebabkan infeksi!" potong pemuda itu.

"Gray... sungguh, kau ini terlalu berlebihan."

Sayangnya, pemuda itu tak mau dengar. "Natsu, Lucy! Ayo percepat langkah kalian. Erza terluka."

"Gray Fullbuster..." erang Erza.

Tapi pemuda itu tetap menariknya.

"GRAYYYYYY! Ini hanya luka kecil karena duri!" seru Erza.

.

E untuk Es

Selama ini kata cinta tak pernah terpikir olehnya. Banyak orang yang bilang, sikapnya yang sedingin es ketika menghadapi wanita membuatnya begitu. Bahkan ada yang bilang tanpa dasar yang jelas; bahwa elemen sihir yang ia kuasai mempengaruhi sikapnya.

Tapi bukan itu yang Gray Fullbuster rasakan. Orang-orang yang berkata begitu jelas-jelas salah. Mereka hanya berpendapat dengan landasan konyol.

Gray hanya merasa kurang nyaman jika dekat-dekat wanita dengan alasan 'cinta'. Lagipula, ia juga merasa belum perlu untuk jatuh cinta pada seorang gadis.

Padahal banyak perempuan yang mengejar-ngejarnya. Tak perlu jauh-jauh, contohnya saja Juvia. Penyihir air itu terus mengejar Gray hingga menjadi stalker-nya. Dan hal itulah yang membuat Gray semakin tidak 'sreg' dengan urusan perasaan. Baginya mengerikan memiliki stalker yang mengaku menyukainya dan mengikutinya sepanjang hari.

Namun ketika melihat gadis itu―gadis berambut merah yang sering memakai armor di badannya, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Tiba-tiba saja ia merasa nyaman dengan keringat dingin yang sering menjalari tubuhnya ketika berdekatan dengan gadis itu, detak jantung yang memacu semakin cepat, atau senyum bodoh yang reflek ia pasang tanpa ia sadari.

Semenjak itu, ia mulai menyadari suatu fakta yang cukup mencengangkan.

Bahwa Erza Scarlet adalah satu-satunya gadis yang mampu mencairkan es dalam jiwanya.

.

F untuk Fairy Tail

Seisi Fairy Tail tidak percaya ketika mendengar berita tentang sang Titania dan si Penyihir Mesum yang menjalin hubungan.

Seisi Fairy Tail tidak percaya ketika melihat mereka berdua berjalan bersama menuju guild, dengan tangan yang saling bertaut dan senyum manis yang terpasang di wajah Erza Scarlet.

Seisi Fairy Tail tidak percaya ketika menyadari bahwa Gray Fullbuster sekarang lebih bersikap cool, menghindari pertengkaran dan provokasi dari Natsu serta mulai mengurangi kebiasaan telanjangnya.

Namun seisi Fairy Tail percaya bahwa mereka berdua adalah pasangan paling manis di seluruh daratan Fiore. Seisi Fairy Tail percaya bahwa mereka akan menjadi pasangan bahagia suatu hari nanti, memiliki keluarga sendiri. Dan seisi Fairy Tail akan selalu mendukung hubungan mereka berdua.

.

G untuk Gaun

Uh, rasanya ia ingin mengusap belakang lehernya yang terasa geli. Tapi tidak mungkin ia melakukannya karena gaun yang sedang dipakainya ini terasa begitu berat; bahkan untuk mengangkat tangan saja rasanya susah!

Erza berusaha untuk meraih bagian belakang lehernya. Ia mengusapnya pelan hingga rasa geli bercampur gatal itu hilang. Lalu ia mengembalikan posisi tangannya seperti semula dengan hati-hati.

Sebenarnya ia agak suka gaun ini, namun setelah dicoba justru gaun itu membuatnya menderita.

Modelnya memang bagus dan sedikit menonjolkan lekuk tubuhnya. Gaun itu berwarna putih, dengan model tanpa lengan dan aksen floral pada bagian pinggang. Tapi kehadiran detail lace di sekitar leher membuatnya terganggu, ditambah dengan terusan gaun tersebut yang memanjang ke bawah seperti mermaid gown. Terusan model itu membuatnya sulit untuk berjalan karena ia khawatir akan salah melangkah.

"Bagaimana, Erza?"

Seorang pria masuk.

"Gaun itu terlihat sempurna untukmu," komentar pria tersebut.

"Terima kasih. Tapi..."

"Ada apa?"

"...aku tidak bisa berjalan karena bentuk terusannya, Gray," keluh Erza.

Gray tertawa. "Kalau begitu, ganti saja gaunnya. Kita masih punya banyak waktu sebelum pernikahan tiba."

Erza tersenyum. "Oke."

Walaupun harus diakuinya, Erza cukup menyukai mermaid gown itu. Namun ia belum terbiasa dengan bentuk terusannya. Ia tak mau egois memakai gaun tersebut dan pada akhirnya terjatuh ketika nanti ia berjalan menuju altar.

.

H untuk Hadir

Masa lalu adalah sesuatu yang cukup ia benci. Itu mengingatkannya pada sebuah tempat bernama Menara Surga yang jauh dari hal-hal berbau surgawi. Kesedihan selalu menyayat hatinya ketika ia teringat akan masa lalunya.

Apalagi jika mengingat orang itu.

Jellal Fernandez mungkin adalah cinta pertama yang pernah dirasakan Erza. Mereka berasal dari desa yang sama, ditawan di tempat yang sama pula dan berjuang akan kebebasan dari perbudakan. Mungkin kebersamaan itulah yang membuat Erza pernah mencintai Jellal.

Tapi sebesar apapun kebersamaan itu, tak akan pernah bisa menandingi kehadiran sosok lain dalam hidupnya.

Butuh waktu cukup lama untuk membuat Erza sadar akan hadirnya sosok itu. Selama ini ia terlena dengan kenangannya bersama Jellal.

Dan ia sadar ketika ia bersama Tim Natsu melakukan misi bersama. Ketika ia terdesak oleh musuh dan hampir terbunuh. Tiba-tiba dinding es muncul bersamaan dengan seorang pemuda berambut biru gelap. Melindunginya dari serangan musuh.

Saat itu ia sadar, kehadiran seorang Gray Fullbuster dalam hidupnya adalah sesuatu yang patut untuk disyukuri. Karena pemuda itu selalu berusaha menghiburnya ketika ia sedih, mengkhawatirkannya setiap kali ia terluka dan melindunginya saat musuh datang menerjangnya.

End or TBC...?


A/N: So, this is my new GrayZa fict. Hope you like it :)

Any respons will be appreciated. The story will be continued if you give your response.