Rating:T

Ringkasan: Pertemuan kedua Zoro dengan Jewerely Bonney. Buat yang udah request fic ini sebelumnya, kuhaturkan fic ini buat kalian.

Disclaimer: One Piece © Eichirou Oda

A/N: Aku tahu! Aku tahu! Belum ada sejarahnya kalau ada pemakan buah setan yang bisa kabur setelah di borgol dengan borgol karosaeki yang ada batu lautnya. Apalagi dari Akainu. Nggak mungkin! Tapi aku mengacuhkan ketidakmungkinan itu unuk membuat fic ini, jadinya nggak terlalu canonical. Lagipula aku masih bingung dengan settingnya. Bonney kan ditangkap Akainu setelah Whitebeard mati. Lhah? Pas itu bajak laut Topi Jerami udah kepisah-pisah sama Kuma. Duh! *menghela napas dan geleng-geleng* Apapun itu, aku terima kritik dari kalian. Aku kasih warning di depan: ketidaksesuaian fakta dengan fic. Nah, buat siapa aja yang udah bersedia menerima ketidakmungkinan yang terjadi di sini, juga ketidaksesuaian fakta dengan yang ada di manag/anime. Aku matur tengkyu. Nah, selamat mambaca!

Supernova

Rasanya dia sudah begitu lama berkeliling. Akhirnya Zoro menemukan sebuah bar yang sangat ramai, atau mengkin ricuh. Dia tidak khawatir memasuki tempat itu, kericuhan begitu sudah biasa terjadi. Di dalamnya, ada seorang wanita berambut pink yang tengah dikerumuni oleh laki-laki tegap dan setengah mabuk. Apa-apaan itu? Wanita itu tengah memegang daging di kedua tangannya, memakannya bergantian dengan cepat dan ribut.

Cara makan itu menurutnya kurang pantas untuk perempuan, cara makan begitu hanya pantas untuk orang-orang rakus dan laki-laki. Mungkin kaptennya juga begitu. Tapi perempuan ini berisik sekali. Zoro nyaris tidak mau memperhatikannya, padahal kalau tanpa daging ditangannya yang sibuk dia kunyah, perempuan itu lumayan cantik juga.

"Hei, aku mau sake." Zoro memesan pada bartender ngantuk di ujung. Mungkin karena orang-orang sedang melihat perempuan rakus di sana, bartender jadi lumayan nganggur.

"Ini." Laki-laki itu mengeluarkan sebuah botol sake, lalu menuangkan untuk Zoro.

"Hei, kau tidak tertarik pada perempuan di sana itu?"

Zoro melirik perempuan itu, dia berteriak minta tambahan makanan, padahal makanan di piringnya ada yang masih tidak, atau mungkin belum, tersentuh.

"Siapa perempuan rakus itu?"

Bartender itu nyengir. "Sudah kuduga kau akan suka. Dia itu hebat."

Zoro mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu aku akan suka? Aku hanya bertanya namanya."

Bartender itu mengangkat bahu. "Aku dengar dulu dia kapten bajak laut, tapi dia tertangkap oleh Akainu."

"Bajak laut perempuan eh? Bagaimana dia bisa kabur?" Zoro jadi nyengir. Dia belum pernah mendengar yang seperti itu, kalau kru perempuan sih dia tahu. Hm... tapi sebagai kapten? Sepertinya Zoro sudah melupakan Alvida.

"Aku tidak tahu, yang kudengar dia kabur. Dan masih utuh! Ingat kapten bajak laut Shiki? Dia memotong kakinya sendiri untuk bisa kabur."

Zoro memperhatikan perempuan itu, rasanya berbeda sekali melihat perempuan begitu. Dia terbiasa melihat perempuan yang makan dengan tenang dan penuh sopan santun. Ada dua contoh di kapalnya: Nami dan Robin, dan Vivi juga pasti makan dengan tenang. Mana mungkin seorang puteri kerajaan begitu makan dengan ribut?

"Namanya Jewerely Bonney. Bajak Laut Bonney tahu! Dia salah satu dari Eleven Supernova!" Bartender itu menerangkan dengan kagum. Zoro melirik laki-laki itu melihat Bonney dengan aneh, mungkin mengincar sesuatu. Apapun itu, Zoro tidak ingin ambil pusing.

"Apa itu Eleven Supernova?" Rasanya dia pernah mendengar kata itu di suatu tempat, atau belum? Dia lupa.

"Apa kau tidak tahu?"

"Jawab saja."

Bartender itu mengerutkan kening. "Apa kau bajak laut?"

Zoro mengangkat bahu. Apa keuntungannya menjawab ya atau tidak?Tapi bartender itu sepertinya tidak mengenalinya. Bagus. Tidak ada untungnya membuat keributan baru. Lagipula selalu ada orang yang ingin jadi terkenal dengan menantang orang-orang dengan bounty tinggi.

"Mereka adalah 11 bajak laut baru yang punya bounty di atas 100 juta beri yang tiba di green line ini. Aneh sekali kalau kau tidak tahu. Kau ini sebenarnya siapa, eh?"

Zoro mengangkat bahu. "Aku bukan siapa-siapa. Cuma pendekar pedang." Dia nyengir. Eleven supernova? Berarti dia dan Luffy termasuk juga? Ini menarik. Ternyata ada juga yang membuat sebutan begitu.

Bartender berdecak. "Well, pendekar pedang ya? Kalau diingat-ingat sepertinya kau ini mirip dengan seseorang. Ada pendekar pedang yang mirip kau. Jangan-jangan kau..."

"Hei kau yang ada di sana!" Sebuah seruan terdengar dari kerumunan di sana. Wanita berambut pink itu mengacungkan daging yang telah separuh digigit. Mengarahkannya pada Zoro.

"Aku tahu siapa kau!" Bonney masih mengunyah ketika dia berjalan mendekati Zoro dengan pandangan kesal. "Roronoa Zoro! Kita pernah bertemu sebelumnya."

"Nah itu dia! Aku tahu kalau kau ini mengingatkanku pada..." Bartender itu berhenti, wajahnya menunjukkan keterkejutan. " Jadi kau ini Roronoa Zoro yang itu! Salah satu Eleven Supernova!"

Zoro menenguk sakenya. Akhirnya akan terjadi keributan baru...

"Ada urusan apa denganku, perempuan?"

Bonney memandang Zoro dengan tidak percaya, dia menendang meja bartender, meja kayu itu langsung terbelah jadi dua. Tapi Zoro tetap tenang di tempatnya, meminum sake tanpa terganggu. Sementara laki-laki lain di bar itu memandang Bonney dengan terkesima, mereka bersemangat, mereka menginginkan pertunjukkan.

"Apa yang kalian lakukan itu menyebalkan sekali! Membuat keributan di Auction House! Kalian pikir kalian ini siapa, eh?"

"Memangnya apa urusanmu?"

"Dengan kalian membuat keributan begitu. Kalian membahayakan orang-orang lain juga! Apa kalian tidak sadar kalau tindakan itu gegabah?"

Zoro mengerutkan kening. Dia ingat ketika dia bertemu perempuan ini, dia menyelamatkannya dari salah satu world noble menyebalkan sewaktu di Kepulauan Shabaondy. Dan dia meneriakinya tentang cara kerja pulau itu, kalau mereka, para bajak laut seharusnya tidak ikut campur atau kekacauan akan terjadi. Jadi dia masih marah dengan yang waktu itu?

"Dengar, aku tidak bisa diam kalau melihat orang lain tertindas begitu. Lagipula apa salahnya membantu sedikit?"

Bonney mengerutkan keningnya. Dia menggebrak meja dengan potongan daging masih dalam genggamannya. "Apa salahnya kau bilang! Jangan terlalu sok merasa jadi pahlawan! Dasar bodoh!"

Zoro tidak ingin peduli, tapi wanita ini mengatainya bodoh, enak saja!

"Jadi apa maumu?"

"Mauku? Sebaiknya kau ini mati saja!"

Sementara itu di Thousands Sunny...

Cuaca hari itu cerah sekali, Robin membaca bukunya di dek. Dia sekali-kali melirik ke arah tangga tali. Bukan tangga tali untuk naik ke sarang gagak, atau yang sekarang jadi tempat gym pribadi Zoro, tapi tangga tali menuju ke darat. Saat ini mereka sedang berlabuh di sebuah pulau berpenghuni. Hampir semua kru pergi ke kota untuk menjelajah (Luffy), berbelanja (Nami), mengisi bahan makanan (Sanji), melihat-lihat pulau (Usopp dan Franky), atau sisanya tidak diketahui (Zoro). Dan yang tinggal hanya dia, Chopper dan Brook. Robin membalik halaman bukunya. Dia mendengar suara Brook bergumam dari dek. Kali ini tanpa iringan musik apapun. Dan Chopper? Mungkin ada di ruangannya sendiri. Tapi suasananya sepi sekali, bahkan pendekar pedang itu tidak ada. Robin tahu, meski pendekar pedang itu ada di sini, keadaannya akan sama saja, sepi. Tapi kalau dia punya teman ngobrol, pasti menyenangkan.

Apa-apaan ini Robin? Kau sudah mengharapkan orang yang tidak mungkin membalas harapanmu?

Robintersenyum. Memandang tangga tali itu. Dia mendengar sesuatu. Seseorang sedang menaikinya.

"Baju-baju ini rasanya terlalu mahal, tapi apa boleh buat. Modelnya bagus sih. Tapi apa nanti aku tidak menyesal ya? Ini mahal sekali!" seruan Nami terdengar pertama.

"Jangan khawatir Nami-san! Baju-baju itu pasti cocok di tubuhmu. Kau pasti akan kelihatan cantik sekali!" Rasanya tidak perlu menebak itu suara siapa.

"Tapi Sanji, kau kan belum melihat model bajuku!"

"Tidak perlu Nami-san, aku sudah tahu kalau baju manapun pasti akan terlihat bagus dan cocok denganmu!"

"Halo Nami-san. Sudah puas berbelanja?" Robin menyapa.

"Puas sih, tapi harganya...sudahlah lupakan saja! Di mana yang lainnya?" Nami berjalan melewati Robin ke kamarnya, untuk mengamankan baju-baju itu di kamarnya tentu saja.

"Chopper dan Brook ada di sini. Tapi selain kau dan Sanji, yang lain belum kembali."

"Sanji! Aku lapar! Buatkan aku makan siang!" Suara kapten mereka terdengar begitu keras, entah bagaimana kapten mereka itu datang, tiba-tiba dia sudah ada di dek, memohon pada Sanji yang membawa sebungkus besar belanjaan. Yang jelas laki-laki itu tidak menggunakan tangga tali. Dan keributan lain pun datang menyusul. Robin memandang jam tangannya, sekarang memang sudah seharusnya para kru itu kembali. Ini sudah lewat 3 jam dari waktu yang mereka tentukan.

Franky tidak membutuhkan tangga tali untuk memanjat naik, tapi Usopp membutuhkannya. Juru tembak mereka itu langsung menggulung tali begitu sampai di atas.

"Usopp, bukannya Zoro belum datang?" Robin bertanya.

"Zoro? Yang benar? Tadi aku bertemu dengannya di jalan. Kelihatannya dia sudah mau kembali. Apa iya dia belum sampai?"

Robin menggeleng. "Apa jangan-jangan dia tersesat?"

Usopp menghela napas. "Pasti begitu. Tunggu saja, dia pasti akan kembali sebentar lagi." Usopp menyimpan tangga tali dan berjalan menuju kamarnya. Sementara itu Robin mengerutkan dahinya tidak yakin, sesuatu hal yang jarang dia lakukan. "Tidak mungkin Zoro bisa pulang sendiri. Apa aku harus menyusulnya?" dia bergumam sendiri.

Ini chapter satu! Aku berniat update secepatnya. Buat yang udah request Zoro-Bonney fic, Meski ini bukan pairing T.T. It is for you! Thanks banget buat dukungannya. (Lolu-san!) Mind to RnR and CnC?