Entah bagaimana, setiap kali mereka masuk ke sebuah restoran, sang pemilik selalu menggratiskan semua menu yang ada untuk Sherlock. /"Karena aku tidak ingin blogger-ku pingsan karena kelaparan."/ [#Octoberabble, Day 4: Hungry]
Disclaimer for Sir Arthur Conan Doyle (Sherlock Holmes) Steven Moffat & Mark Gatiss (TV Series SHERLOCK by BBC ONE)
Character: Sherlock Holmes & John Watson
~oOo~
Free Meal
by lazuli dreamer
.
.
"Wah, Sherlock! Ayo, masuk! Semua menu di sini gratis untukmu."
Setiap kali mereka masuk ke sebuah restoran, pasti sang pemilik selalu memberikan pelayanan secara cuma-cuma. Berbagai macam alasan yang Sherlock lontarkan saat John bertanya.
"Karena aku pernah membantunya keluar dari tuntutan pencurian yang tidak ia lakukan."
Atau:
"Aku pernah membuktikan jika ia ternyata bukan pelaku pembunuhan pada sebuah kasus tempo hari."
Pernah juga:
"Aku menemukan cincin perkawinannya yang hilang. Dia selalu memberiku harga gratis karena katanya berkat bantuanku, ia tidak jadi diceraikan oleh istrinya."
Bahkan hal sepele seperti:
"Oh, bukan hal yang rumit. Aku hanya membantunya pindahan rumah."
Ke manapun kasus kriminal menuntut mereka untuk pergi, meski puluhan atau ratusan kilometer dari London, makan gratis selalu tersedia. Sherlock selalu ingat pemilik tempat makan yang pernah menjadi kliennya. Entah kapan dan bagaimana ia bertemu dengan mereka. Namun, Sherlock sendiri jarang sekali memesan, John lah yang selalu menghabiskan semua pesanan.
Suatu waktu, Sherlock dan John masuk ke dalam sebuah restoran Asia untuk makan malam yang sebenarnya sudah sangat telat. Dan seperti biasa, pemiliknya menyambut mereka dengan ramah dan menggratiskan semua menu yang ada di sana.
John sudah sangat kelaparan. Dari tadi sore perutnya sudah meronta minta diisi. Namun, mencari bukti kasus kali ini sangat sulit sehingga mereka baru selesai pukul satu dini hari. Berputar-putar di Manchester untuk mencari hal yang relevan dengan kasus bukanlah pekerjaan ringan. Tenaga John sudah habis terkuras. Sepertinya ia bisa saja pingsan sebelum mencapai flat karena kelelahan dan kelaparan. Beruntung tempat makan yang dikenal Sherlock ini buka dua puluh empat jam.
Tanpa banyak bertanya seperti biasa, John segera melahap makanan di hadapannya begitu sampai di meja. Sebaliknya dengan Sherlock. Ia hanya memesan secangkir kopi dan itu pun belum ia sentuh. Padahal makan terakhir mereka adalah setangkup sandwich tadi pagi dan belum ada apapun yang sempat mengisi perut mereka kembali.
"Sherlock, kau tidak makan?" tanya John. Ia menyuap sesendok penuh nasi ke dalam mulut.
Sherlock menjawab dalam posisi berpikirnya—menangkupkan kedua telapak tangan dan menaruhnya di bawah dagu, "Makan hanya akan memperlambat kerja otakku. Kasus ini harus segera diselesaikan."
"Lalu, kenapa kau masih mau pergi ke sini?"
"Karena aku tidak ingin blogger-ku pingsan karena kelaparan."
John tersedak.
Sherlock memandang John yang tengah terbatuk-batuk dengan tatapan heran. "Ada yang salah, John?"
"Tidak. Tidak." John menenggak habis air mineral di tangannya. "Tidak ada yang salah."
John segera menghabiskan makanan di piring sampai tidak tersisa sebutir nasi pun. Sherlock masih menatap bingung.
"Terima kasih makan malamnya. Ayo, kita pulang ke Baker Street!" ajak John, lalu diikuti oleh langkah keluar sang konsultan detektif.
Ah, sahabatnya ini memang terkadang menunjukkan kepeduliannya di saat yang kurang tepat. Tapi setidaknya, John tidak akan kelaparan jika pergi bersama Sherlock.
.
FIN
.
~oOo~
rgrds, LAZ
