.:::::::My Fate: Ghost Rider:::::::.
••
•
NARUTO, FATE/STAY NIGHT, DAN GHOST RIDER BUKANLAH MILIK SAYA, TETAPI MILIK PEMBUAT MEREKA.
••
•
M {Untuk semua unsur rated M yang ada di fict ini}
••
•
Naruto X ...
•••
••
•
Ku halangi cahaya matahari masuk kedalam kedua mataku dengan telapak tangan kananku, disaat-saat seperti inilah aku sering menanyakan sebuah hal pada diriku sendiri. Siapa aku?
Aku tahu, namaku adalah Naruto, seorang anak yang tinggal sendiri di kota besar bernama Konoha, dan seorang anak yang tersisih dari keluarganya karena tak mahir menggunakan sihir.
Tapi, selain itu aku juga merasakan aku adalah orang lain, atau lebih tepatnya makhluk lain. Makhluk yang memiliki aura suci yang kental, dan juga, makhluk yang memiliki aura kegelapan dan memiliki ambisi untuk balas dendam pada orang lain yang aku sendiri tak tahu siapa orangnya.
Sebuah anomali bukan?
Terkadang aku sering berpikir bahwa di dalam tubuhku ada orang lain yang aku sendiri tak tahu? Terkadang aku sering berpikir bahwa aku terlahir dengan dua jiwa dalam satu tubuh? Terkadang, aku sering berpikir bahwa aku adalah seorang hybrid yang tak sempurna? Dan terkadang, aku sering berpikir bahwa aku adalah reinkarnasi dari orang yang telah mati.
Tapi, aku tahu bahwa pemikiran ku itu tidak mungkin terjadi, apalagi reinkarnasi. Aku sangat tidak percaya dengan hal itu. Lagi pula, untuk apa orang mati dihidupkan kembali?
Siapa aku ini? Makhluk apa aku ini? Dan apa aku ini? Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan ku ini. Lagi pula siapa yang akan tahu jawabannya jika aku sendiri sebagai pemilik tubuh ini tak mengetahui jawabannya. Mungkin hanya KAMI-SAMA yang mengetahuinya, tapi bagaimana aku akan menanyakan masalah ini pada-Nya? Apa aku harus mati terlebih dahulu supaya aku masuk Surga dan bertemu dengan-Nya? Itu'pun kalau aku di terima di Surganya. Lalu, bagaimana jika aku mati dan masuk Neraka? Apa aku akan menanyakan masalah ini pada Iblis-Iblis yang menghuninya? Tetapi, siapa juga yang ingin pergi kesana?
•••••
•••••
"HAAAAAARRRRGGGGGGHHHH!" Tidak, kenapa harus mimpi ini lagi? Apa kah aku tidak memiliki stok mimpi lain selain ini?
Mimpi ini selalu sama. Dimana pada awalnya aku melihat diriku sendiri tengah berteriak frustasi sambil menghadap langit, seolah menginginkan sesuatu tapi tak kunjung diberikan oleh Sang Pencipta.
"KENAPA? KENAPAAAAA?! KENAPA AKU TIDAK BISA MEMAKAI SIHIR, KENAPAAAAA?!" Yah, itulah yang selama ini aku idam-idamkan tetapi tak kunjung mendapatnya. Sihir.
"KEKUATAAANNN! AKU INGIN DIAKUIII. AKU TAK INGIN DIPANDANG SEBELAH MATA OLEH ORANG-ORANG BUSUK ITU. AKU INGIN MEREKA BERLUTUT DIHADAPANKU. AKU INGIN MEREKA MEMELAS DIHADAPANKU." Itulah aku. Seorang anak yang selalu dipandang sebelah mata atau mungkin dipandang tanpa mata oleh orang-orang busuk yang kusebut 'keluarga', dan juga, itulah ambisiku. Aku ingin mereka mengakuiku. Aku ingin mereka berlutut dihadapanku, sambil memohon 'Kembalilah, Naruto.' dengan wajah memelas.
"Kau ingin kekuatan?" Pada bagian inilah yang aku tak mengerti. Sebuah suara seorang pria yang sepertinya sudah cukup berumur menggema disekitarku.
"YA."
"Kau ingin diakui?"
"YA."
"Kau ingin mereka berlutut dihadapanmu?"
"YA."
"Dan, kau ingin mereka memelas dihadapanmu?"
"YA! YA! YA! AKU INGIN SEMUA!"
"Hahahaha...Itu perkara kecil untukku. Aku bisa memberimu kekuatan. Sebuah kekuatan yang akan membuatmu diakui, membuat mereka semua berlutut dan memelas dihadapanmu."
"BERIKANN! BERIKAAAAN!"
"Baiklah, tanda tangani kontrak ini." Tiba-tiba saja seorang pria paruh baya berdiri di depanku sambil menyodorkan selembar kertas coklat yang telah usang dan sebuah pisau. "Beri aku darahmu jika kau menginginkan kekuatan ini!"
Pada bagian ini tanpa berpikir lagi aku yang ada disana langsung mengambil pisau yang disodorkan padanya dan langsung memotong satu ruas jari telunjuk kanannya.
Darah segar keluar dengan derasnya dan jatuh pada bagian kosong paling bawah kertas itu.
"Kontrak telah dibuat. Kau akan mendapatkan kekuatan besar akan tetapi sebagai gantinya kau harus melakukan apa yang aku perintahkan, Rider." Setelah mengatakan itu, pria tua itu menghentakkan tongkat dengan tengkorak diujungnya ketanah dan melebur menjadi kepulan asap yang terbang terbawa angin.
Tunggu dulu! Apakah ini merupakan memoriku? Tapi, jika ini merupakan memori yang pernah kualami, kenapa jari telunjukkan masih ada 3 ruas? Bukankah harusnya hanya tersisa 2 ruas?
"ARRRRRGGHHHHH..." Aku yang disana seketika berteriak kesakitan. Semua lubang yang ada dikepalanya mengeluarkan asap kemudian disusul oleh tubuhnya yang terselimuti oleh asap. Kulit kepalanya mulai terkelupas karena terbakar oleh api yang keluar dari dalam tubuhnya dan mengelupas semua kulit yang ada ditubuhnya hingga hanya menyisakan tulang dan pakaian yang ia pakai saat itu. Saru lagi, seluruh tulangku diselimuti oleh kobara api.
Kulihat disana, motor ku yang sedari tadi tertidur dengan sendirinya berdiri dan menghampiri diriku yang disana, seolah mengatakan agar ia manaikkinya.
Aku yang disana lalu menempelkan kesepuluh tulang jarinya pada tangki motor itu seolah ia sedang mengalirkan energi apinya ke motor. Dan benar saja, beberapa detik kemudian, kedua ban motor itu terselimuti oleh kobaran api. Kedua shock breaker depan berubah menjadi sususan rantai yang ujungnya runcing seperti tombak. Head Lamp berubah menjadi tengkorak bagian wajah yang pada kedua lubang matanya serta hidungnya mengeluarkan api. Pada bagian knalpot yang sebelumnya menjulang keatas kini berubah haluan menjadi melengkung kebawah. Pada bagian tangki, sulur-sulur tulang seperti tulang jari tiba-tiba muncul dan menyelimuti tangki seolah mencengkramnya.
Setelah itu, dia'pun menaikinya. "YIIIII! HAAAA!" Dan berteriak ala koboi sambil memacu motornya ke kecepatan tertinggi yang diluar batas kecepatan motor sejenisnya, meninggalkan jejak berupa aspal yang terbakar.
•••••
•••••
Siang'pun dengan perlahan menjadi sore, ditandai dengan sang raja yang kembali ke peraduannya dan akhirnya digantikan oleh sang Ratu yang naik ke singgasananya. Hah...Sepertinya aku tertidur diatap sekolah lagi.
~trank! trank! trank!~
Suara apa itu? Seperti suara orang tengah bertarung menggunakan pedang. Tapi, ini kan sekolah? Mana mungkin ada orang yang bertarung disini? Kecuali jika anggota klub kendo yang berlatih. Tapi, sepertinya itu juga tidak mungkin karenakan biasanya klub kendo menggunakan boken untuk berlatih. Selain itu, siapa juga yang ingin berlatih disekolah malam-malam begini?
Hah...Dari pada kepalaku pusing karena memikirkannya, lebih baik aku lihat langsung, itu lebih baik dan akan menghilangkan rasa penasaranku.
Kuikuti suara benturan logam itu yang ternyata berasal dari lapangan sekolah. Kulihat, seorang pria berpakaian biru bersurai biru yang membawa sebuah tombak merah tengan melawan seorang pria berpakaian hitam-merah besurai putih yang membawa dua buah pedang berpendar oranye yang terlihat seperti baru saja di panaskan.
Pertarungan itu berlangsung sangat sengit. Pertarungan mereka'pun terlihat sangat cepat sampai-sampai meninggalkan berkas-berkas siluet berwarna merah-oranye-biru.
~krak!~
Oh, shit! Kenapa juga harus ada ranting dibelakangku?
"Siapa disana?!"
~sring!~
Oh, sepertinya aku harus segera lari. Aku'pun berlari tak menentu arah, hingga akhirnya memasuki koridor sekolah dan berakhir di perpustakaan.
Sepertinya ini sudah cukup jauh. Dia tidak mungkin mengejarku sejauh i~~~
~jleb!~
Ukkkhh...Sebuah tombak berwarna merah bersarang di, kurasa tepat di jantungku saat aku membalik tubuhku.
"Hari ini bukan hari keberuntunganmu, Nak. Kau telah melihatku, maka kau harus mati. Orang yang telah mati tidak akan bisa bercerita. Seiring hembusan nafas terakhirmu, kutuklah dirimu karena dilahirkan kurang beruntung dan tidak memiliki kekuatan. kau membuatku melakukan ini. Lelucon menyakitkan untuk seorang pahlawan karena harus bertindak seperti ini. Aku mengerti, aku tidak bisa mengeluh, servant merah itu melihatku. Aku akan jadi anak baik dan pulang." A-apa-apaan dia itu? Di-dia mengoceh setelah menusukku seolah ia tidak memiliki dosa dan menghilang begitu saja.
"Ya ampun, Masterku memang suka berbelit-belit."
Ukkhh! Kurasa aku akan mati setelah ini. Kuharap kebaikan yang telah kuperbuat selama ini walaupun tidak terlalu banyak bisa membawaku masuk ke Surga agar aku bisa mengetahui siapa diriku ini.
"Ini belum saatnya kau mati, Rider. Kau belum melunasi kontrakmu." Suara ini? Bukankah suara dari pria tua yang selalu muncul dimimpiku?
Kupaksa kedua mataku untuk terbuka walaupun terasa sangat berat. Terlihat samar-samar seorang pria tua berambut putih dengan membawa sebuah tongkat dengan tengkorak diujungnya yang ia arahkan tepat pada luka di dadaku.
Pandanganku semakin mengabur. Sepertinya inilah akhirku.
|•••••••••|
|••••••••|
|•••••••|
|••••••|
|•••••|
|••••|
|•••|
|••|
|•|
.:::::::To Be Continued:::::::.
A/N :
Ini masihlah sebuah prolog, jadi mohon dimaklumi bila amat pendek.
Saya ingin meminta bantuan kepada para reader untuk menentukan genre pada chap-chap depan.
Sekian dan Terima Kasih.
