Always Love You
Main Cast : Lee Hyuk Jae (Eun Hyuk) & Lee Dong Hae
Genre : Sad Romance
Length : Chapter
Rate : T
Summary : Eun Hyuk akan selalu mencintai Lee Dong Hae sampai kapanpun. Meski saat pria yang begitu dicintainya berbalik membencinya/HaeHyuk/GS/Don't like don't read!
.
.
.
Semuanya berawal dengan kebahagiaan. Semuanya terasa indah..
dan sampai kapanpun akan seperti itu..
.
.
.
Seorang wanita dengan surai coklatnya yang halus berjalan perlahan keluar dari kamar anaknya. Anaknya yang bernama Ji Sung, anaknya yang baru berusia satu tahun. Senyum manis terkembang dari wanita itu saat melihat wajah anaknya yang tertidur pulas sebelum menutup pintu kamar itu. Wanita itu kini berjalan menuju balkon yang berada dilantai dua, masih satu lantai dengan kamar anaknya. Membuka pintu balkon dan wanita itu langsung merasakan angin malam yang terasa dingin, mengingat ini adalah bulan Januari yang artinya sudah memasuki musim dingin. Terlihat salju yang masih setia menghiasi halaman luas rumah megahnya. Wanita itu mempererat coat yang dipakainya, hanya sekedar ingin menghalau angina dingin malam itu. Mata wanita itu menatap langit malam yang kini terlihat indah, dengan begitu banyak bintang bertaburan dilangit malam. Membuat senyum terpatri diwajahnya.
"Kau ingat? Apa yang biasa kita lakukan saat masih tinggal di Mokpo?"
"Tentu saja aku ingat! Kita menaiki atap rumah dimalam hari hanya untuk melihat langit yang penuh bintang! Dan kau ingat apa yang terjadi selanjutnya?"
"Hahaha~ kedua orang tua kita terus mengomel untuk masuk ke rumah."
Senyum indah itu kini menghilang perlahan. Saat salah satu memori indah yang pernah ia lewati bersama orang yang dicintainya dulu. Seseorang yang selalu berada disampingnya kapanpun, apapun yang terjadi.
"Aku merindukanmu, Hae.." lirih wanita itu yang masih setia memandang langit dengan wajah sedih dan mata yang sendu.
Pandangannya kini teralihkan saat melihat mobil memasuki halaman rumahnya. Wanita itu tahu siapa orang itu. Wanita itu kini memperhatikan seorang pria dengan tubuh tegap keluar dari mobil mewah berwarna putih itu. Dengan membawa tas kerjanya, jas yang tadi pagi masih terpakai kini berada dilengan kanannya. Wanita itu langsung meninggalkan balkon saat terdengar pintu rumahnya terbuka. Wanita cantik itu segera menuruni tangga rumahnya, bersiap menyambut kepulangan suaminya. Pria yang dicintainya. Selalu.
"Hae, akhirnya kau pulang.." ujar wanita itu sambil berjalan mendekat kearah suaminya, Lee Dong Hae. Tangan lentiknya secara otomatis mengambil alih tas kerja dan jas hitam Dong Hae. Wajah bahagia terlihat jelas dari wanita itu.
"Kau pasti lelah kan? Kau lapar? Mau makan dulu atau mandi dulu? Ah! Hae harus mandi dulu, baru setelah itu makan. Dan ak-"
"Diamlah Hyuk!"
Sentakan yang begitu keras dari pria dihadapannya membuat wanita itu –Eun Hyuk- terdiam seketika. Meskipun ini bukan pertama kalinya sentakan ataupun bentakan dia dengar dari Dong Hae. Tapi tetap saja, perasaan sakit, perasaan terluka, tetap terasa. Eun Hyuk tidak pernah terbiasa dengan hal seperti itu.
"Hae, tapi-"
"Jangan bicara denganku! Aku lelah!" ekspresi dingin itu akan selalu terasa asing bagi Eun Hyuk. Dia tidak menyukai Dong Hae yang seperti ini. Dia merindukan Dong Hae yang selalu berlaku manis dan lembut padanya. Eun Hyuk menunduk, menatap lantai dengan perasaan yang terluka. Matanya memerah menahan air mata yang siap keluar kapan saja.
"Sudahlah! Lain kali jangan pernah menungguku pulang." Kembali terdengar perkataan dingin dari Dong Hae yang kini sudah mulai melangkah menaiki tangga. "Ah, dan satu lagi. Jangan pernah masuk kekamarku secara diam-diam lagi. Kau tahu itu sangat menggangguku." Lanjut pria tampan itu sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar yang berada disamping kamar Ji Sung.
Eun Hyuk berbalik setelah mendengar suara pintu tertutup.
"Itu kamar kita, Hae-ya." lirih Eun Hyuk yang kini sudah menitikan air matanya. Dia tidak percaya bahwa semuanya menjadi seperti ini. Dengan langkah perlahan, Eun Hyuk memaksakan kedua kakinya untuk melangkah menaiki tangga, menuju kamar anaknya dan Dong Hae. Eun Hyuk membuka hati-hati pintu kamar putra semata wayangnya, tidak ingin membangunkan tidur anaknya. Eun Hyuk menyimpan tas kerja dan jas Dong Hae dimeja yang ada di kamar itu. Perlahan, wanita itu membaringkan tubuhnya di ranjang berukuran sedang dengan sprai bergambar ikan nemo, senyum tipis terlihat saat Eun Hyuk ingat bahwa Ji Sung juga sangat menyukai ikan nemo sama seperti ayahnya. Eun Hyuk menghela napas, merasa bahwa hidupnya begitu berat. Sudah hampir lima bulan dia tidur bersama anaknya, makanya ranjang bayi milik Ji Sung sudah berganti dengan ranjang berukuran sedang yang sekiranya cukup untuk mereka berdua tidur. Eun Hyuk memiringkan badannya, menatap sang putra yang begitu terlelap. Putra pertamanya setelah dia dan Dong Hae menikah dua tahun yang lalu. Mata wanita itu kembali memanas, meningat sering kali Ji Sung mencari Dong Hae. Tak jarang putranya terus memanggil ayahnya saat mereka berdua. Wanita itu berharap bahwa, semoga semuanya kembali seperti dulu.
.
.
.
Eun Hyuk membuka matanya, mencoba untuk bangun karena merasa ada yang menepuk pipi kirinya berulang kali. Eun Hyuk baru ingat bahwa dia bisa tidur sekitar jam satu tadi, mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba untuk memperjelas penglihatannya. Dan yang ia lihat adalah hal yang membuat senyum lebar secara otomatis terpasang indah diwajah cantiknya. Disampingnya, Ji Sung sedang duduk dan tangan mungilnya yang menepuk pipi kiri Eun Hyuk berulang kali. Eun Hyuk langsung bangun dan membawa Ji Sung kepangkuannya.
"Aigoo~ Ji Sung-ie sudah bangun duluan ternyata, hm?" Eun Hyuk mengecup berulang kali pipi gembil Ji Sung yang membuat anaknya itu tertawa geli.
"Ji Sung-ie membangunkan eomma ne?"
"Mmaaa~ hahaha…" tawa terus keluar dari putra menggemaskannya saat dia melesakkan wajahnya keperut Ji Sung. Menggelitiki perut putranya. Eun Hyuk berpikir, setidaknya masih ada Ji Sung yang akan selalu membuatnya bahagia.
"Cha~ kita harus siapkan sarapan untuk appa, ne?"
"Appa! Appa papapapa.. Appa!"
Eun Hyuk tertawa pelan mendengar celotehan Ji Sung yang selalu bersemangat jika menyangkut ayahnya. Tubuh putranya melonjak-lonjak dipangkuannya, seolah memberitahu bahwa dia ingin bertemu ayahnya.
Ibu dan anak itu keluar dari kamar, bertepatan dengan terbukanya pintu kamar Dong Hae. Eun Hyuk dan Dong Hae terdiam. Sedangkan Ji Sung yang melihat ayahnya, berseru gembira memanggil sang ayah dengan kedua tangan yang seolah ingin digendong oleh ayahnya.
"Appa.. appa… appa…." Dong Hae masih terdiam didepan pintu meski nyatanya hatinya menghangat dan bahagia mendengar panggilan anaknya.
Merasa tidak mendapatkan respon, kening Ji Sung mengkerut dengan bibir yang cemberut. Tangannya memukul tangan Eun Hyuk yang sedang menggendongnya.
"Hm? Wae Ji Sung-ie?"
"Appa! Appaaaaa~~" pekik putranya sambil menunjuk kearah Dong Hae dengan tubuh yang terus meronta seolah ingin dilepaskan. Mengerti keinginan sang anak, Eun Hyuk berjalan mendekati Dong Hae.
"Ji Sung-ie ingin-"
Belum sempat Eun Hyuk menyelesaikan perkataannya, dengan segera Dong Hae mengambil alih Ji Sung dan membawanya ke dalam kamar. Meninggalkan Eun Hyuk yang menatap nanar kearah kamar mereka.
"Hae-ya, kau tahu aku akan selalu mencintaimu. Aku juga akan menunggu sampai kau kembali seperti dulu.." Eun Hyuk menghela napas. Meski terasa sakit tapi ada sedikit perasaan lega didalam hatinya. Wanita itu berpikir, setidaknya Dong Hae tidak melupakan Ji Sung. Tidak melupakan anaknya.
.
.
.
Malam itu, Eun Hyuk bersama suami dan anaknya berada dirumah Dong Hwa, kakak laki-laki Dong Hae. Ada perayaan ulang tahun anak kedua mereka yang sudah berusia 10 tahun. Eun Hyuk tersenyum manis melihat Ji Sung yang terlihat tampan sekaligus menggemaskan dengan setelan baju yang dipakainya. Kemeja biru muda dengan celana kotak-kotak serta topi yang menutupi kepalanya. Ditangannya ada biscuit berbentuk ikan, biscuit buatan Eun Hyuk yang menjadi makanan favorit Ji Sung. Mata Eun Hyuk kini beralih pada Dong Hae yang sedang menyetir. Suaminya begitu tampan, suaminya memang selalu tampan. Dong Hae terlihat begitu sempurna dengan setelan jas hitam menutupi kemeja putihnya, rambut hitam yang ditata sedemikian rupa membuat pria itu semakin tampan. Sedangkan Eun Hyuk sendiri, terlihat begitu cantik sekaligus manis dengan dress lengan panjang putih susu sebatas lutut dengan pita biru dibagian pinggangnya. Ketiganya turun dari mobil setelah tiba dirumah Dong Hwa. Sudah banyak tamu undangan yang datang. Dong Hae berjalan lebih cepat dari Eun Hyuk yang sibuk dengan Ji Sung digendongannya. Eun Hyuk menghela napas, sedikit takut dan cemas karena akan bertemu orang yang juga menaruh kebencian padanya seperti halnya Dong Hae.
Eun Hyuk berjalan dibelakang Dong Hae sambil sesekali tersenyum dan membalas seadanya sapaan dari tamu undangan. Semua tamu undangan pasti mengenalnya, mengenalnya sebagai istri dari Lee Dong Hae, pemilik Haru corp. perusahaan yang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia dan memiliki pengaruh besar terhadap pemasukan negara. Selama acara ulang tahun anak kedua Dong Hwa, Eun Hyuk hanya bisa terdiam. Dia hanya takut jika ikut bicara maka akan membuat dua orang yang disayanginya menatap tidak suka padanya. Setelah acara inti telah dilakukan, para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati pesta ulang tahun ini.
"Eomma.. ma.."
Eun Hyuk menatap anaknya yang sibuk dengan biscuit ikannya yang lain. Pipinya menggembung karena anaknya itu memasukkan terlalu banyak biscuit. Secara otomatis, Eun Hyuk membersihkan remah biscuit dari sekitar mulut Ji Sung.
"Ada apa sayang?"
"Halmeoniii~~" tangan mungil Ji Sung menunjuk kearah wanita paruh baya yang tampak anggun, yang kini sedang duduk disalah satu sofa disudut kanan ruangan, dekat dengan berbagai kado hadiah ulang tahun. Eun Hyuk menghela napas panjang, sedikit menyiapkan hatinya untuk menemui ibu mertuanya.
"Eomeonim.." Nyonya Lee, ibu dari Dong Hae menatap datar Eun Hyuk yang berdiri didepannya. Segera wanita paruh baya itu berdiri dan hendak berlalu meninggalkan Eun Hyuk.
"Tunggu eomonim, Ji Sung ingin-"
"Jangan bicara denganku." Ucapan datar dan terkesan dingin menyapa indera pendengaran Eun Hyuk. Seketika mata wanita cantik itu memerah. Nyonya Lee segera mengambil Ji Sung yang kini menatap penuh tanya kearah ibunya. Kenapa ibunya terlihat sedih?
Tubuh ramping wanita itu kini terduduk disofa yang tadi ditempati Nyonya Lee. Rasanya begitu lelah dan menyiksa menerima perlakuan dari orang yang disayanginya. Dadanya terasa sesak. Matanya menatap nanar Dong Hae yang lebih memilih menghabiskan waktunya bersama dengan rekan bisnisnya. Tidak ingin airmatanya terlihat diruangan ini, segera saja Eun Hyuk meninggalkan ruangan itu. Berjalan cepat menuju salah satu ruangan yang sepi. Disana, wanita itu menumpahkan semua rasa sesak yang sejak tadi mengganggunya. Sudah begitu lama dia melakukan hal ini, menangis diam-diam.
"Bukan aku yang salah Dong Hae-ya.. aku tidak melakukan apapun.. hiks.. aku tidak melakukan apapun.. "
Pikirannya kini menuju pada kilasan sekitar lima bulan yang lalu. Lima bulan yang lalu..
"Dong Hae, bisakah kau antar aku ke supermarket?"
Pria yang dipanggil Dong Hae mengerutkan keningnya mendengar permintaan sang istri. Bukan apa-apa, tapi saat ini sedang hujan deras. Dia tidak ingin terjadi apa-apa jika memaksa keluar rumah. Diraihnya pinggang ramping Eun Hyuk duduk disampingnya.
"Kau tahu saat ini sedang hujan lebat kan sayang?"
"Aku tahu,, tapi aku ingin es krim Dong Hae.."
Kerutan didahi Dong Hae semakin bertambah, dimalam yang sedang hujan lebat. Istrinya ingin es krim? Yang benar saja!
"Kau ingin es krim? Ini sedang hujan sayang.. kau ini aneh-aneh saja.."
Eun Hyuk memajukan mulutnya. Kesal karena suaminya tidak menuruti keinginannya. Segera dilepaskan rangkulan tangan Dong Hae dipinggangnya. Kemudian berjalan cepat menghampiri ayah mertua yang tampak tersenyum lebar melihat kelakuan anak dan menantunya. Sedangkan Nyonya Lee hanya bisa terkekeh geli sambil menimang Ji Sung.
"Appa, Hae tidak mau mengantarku.." adu Eun Hyuk, merajuk.
"Bukannya tidak mau! Tap-"
"Tuh, sekarang Hae marah padaku appa.." potong Eun Hyuk yang kini tengah mengaitkan tangannya dilengan kanan Tuan Lee. Tuan Lee hanya tertawa melihat sikap manja Eun Hyuk. Menantunya ini memang menggemaskan.
"Hyuk-ie sangat ingin es krim?" Eun Hyuk hanya mengangguk semangat.
"Baiklah, appa akan antar."
Eun Hyuk mengerjapkan matanya terkejut, sedetik kemudian bibir ranumnya memamerkan senyum lebar. Tuan Lee tidak mempedulikan larangan Dong Hae untuk tidak pergi keluar rumah. Dong Hae takut terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya dan Eun Hyuk. Dan apa yang ditakutkan oleh Dong Hae pun terjadi. Tuan Lee dan Eun Hyuk mengalami kecelakaan mobil karena jalan yang licin. Mobil Tuan Lee terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dengan posisi mobil yang terbalik.
Keluarga Lee hanya bisa mematung saat mereka tiba dirumah sakit dan mendapat kabar bahwa Tuan Lee tidak bisa diselamatkan. Dan Dong Hae lebih terkejut lagi saat mendengar ucapan dokter bahwa istrinya mengalami keguguran. Bahkan Dong Hae tidak tahu kalau Eun Hyuk sedang mengandung anak keduanya. Semua perasaan marah, sedih, kecewa bercampur aduk dan dilampiaskan pada Eun Hyuk, tidak peduli bahwa istrinya juga merasa kehilangan.
"Ini semua akibat keinginan konyolmu, Lee Hyuk Jae. Kau, telah membuatku kehilangan ayah dan anakku! Kau wanita kejam! Hanya karena keinginan konyolmu, aku harus kehilangan dua orang keluargaku. Aku membencimu."
Seolah Tuhan belum puas melihatnya menderita. Eun Hyuk semakin terpukul saat Nyonya Lee berpikiran sama dengan Dong Hae.
"Suamiku sangat menyayangimu. Dan karenamu jugalah aku harus kehilangan suamiku. Jangan pernah mengajakku bicara lagi."
Hanya Dong Hwa yang tidak menyalahkannya. Malam itu, Eun Hyuk menangis histeris. Wanita itu seolah akan gila karena kejadian yang terjadi. Eun Hyuk terus menangis, menjerit, meraung sekeras yang dia bisa. Sampai harus diberi obat penenang.
"Eun Hyuk-ie!"
Wanita itu mengerjapkan matanya berulang kali saat tubuhnya terasa diguncang oleh seseorang. Lee Dong Hwa, pria itu yang kini ada dsampingnya. Eun Hyuk tidak tahu kapan pria itu datang, bahkan wanita itu tidak sadar kapan dia duduk dilantai dingin ruangan itu dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari matanya.
"Oppa.."
"Sshhh…" tanpa banyak bicara, Dong Hwa menarik tubuh Eun Hyuk kedalam pelukannya. Menepuk pelan punggung wanita rapuh itu. Mencoba untuk menenangkan adik iparnya. Dong Hwa juga begitu sedih melihat Eun Hyuk yang seperti ini. Dia tidak lagi melihat Eun Hyuk yang selalu bisa meramaikan suasana dengan sikap cerianya. Semuanya seolah direnggut dalam sekejap. Dong Hwa berpikir, jika dia berada diposisi Eun Hyuk, pria itu ragu apakah dia bisa bertahan menghadapi semua. Terlebih, tiga bulan sebelum kecelakaan yang dialami ayahnya dan Eun Hyuk. Adik iparnya juga kehilangan ayah dan ibunya yang mengalami kecelakaan pesawat saat akan berlibur ke Jepang. Dong Hwa sudah berkali-kali bicara pada Dong Hae untuk merubah sikapnya, karena kecelakaan itu bukan salah siapa-siapa. Tapi Dong Hae yang memang sangat dekat dengan ayahnya tetap tidak mau mendengarkannya.
"Semuanya akan baik-baik saja. Kau tenang saja. Ada aku disini." Hanya sebatas itu kalimat yang bisa disampaikan olehnya pada Eun Hyuk yang kini terdiam setelah lelah menangis.
"Ya oppa, aku harap begitu.."
