Sebelumnya aku mau memberitahumu sesuatu, kalau tulisan italic itu memiliki tiga arti, yaitu kata-kata didalam pikiran, flashback, kata diluar bahasa Indonesia atau untuk menekankan makna suatu kata. (itu mah empat ya? Pokoknya gitu deh!) Aku rasa kalian mengerti bila langsung membacanya.

Enjoy :)


"Kudou Shinichi…"

"Eh?"

Suara Gin terdengar jelas. Takkan pernah Conan lupa dengan suara yang membuat adrenalinnya menderas itu. Conan melihat ke segala penjuru, namun sosok itu tak terlihat. Hanya suaranya yang terdengar nyaring di telinga.

"Kudou Shinichi…" suara itu. Tepat di… tengkuknya.

Conan terkesiap. Ia membalikkan badan.

Disini, tempat Conan berada, adalah ruangan terbuka yang kosong. Langit gelap, ia tak tahu ini dimana. Tanah yang ia injak, bukan, aspal, bewarna abu-abu tua. Bersih. Tak ada gedung, tak ada bangunan, pohon, tiang listrik, apapun juga. Kosong melompong.

Seperti terperangkap di langit horizon di komik Doraemon.

Instingnya menyuruh lari. Tapi kemana? pikir Conan. Gin tersenyum menyeringai, sedangkan Vodka menyiapkan sesuatu, yang tidak bisa dilihat oleh Conan dengan jelas.

Pistol?

Brengsek! maki Conan dalam hati. Apa hanya sini hidupku? Lagipula, aku ada dimana? Kenapa bisa bersama mereka?

Lalu satu hal baru ia sadari.

Ia bertubuh Edogawa Conan. Namun dipanggil oleh Gin… Kudou Shinichi.

Conan meneguk ludah. Mereka sudah tahu identitasnya. Tiba-tiba, Vodka menyeret seseorang dari belakangnya.

Conan menyipitkan mata, agar pandangannya makin jelas. Ada… Ran disana. Lehernya dikekang Vodka, pistol menempel di pelipis Ran.

"Mungkin… aku harus membunuh kekasihmu lebih dulu…" Gin tersenyum sinis. "Agar kau tidak menyesal bila mati nanti…" sekarang senyum itu berubah menjadi seringai.

Detektif zaman heisei itu merasa marah, amarah yang menggelegak, juga takut yang menekannya. Suasana amat tegang. Ia ingin menendang Gin dengan sepatunya. Ia meraba gesper bola. Sayang tidak ada gesper itu disana. Diliriknya pergelangan tangannya, mencari jam tangan penembak bius, namun sama dengan gesper, benda itu tak melingkar di tangannya.

"Khu khu khu…"

Adrenalin kembali muncul, terasa menusuk.

"Ucapkan selamat tinggal, Detektif…"

Conan mendongak.

DOR!

"RAN!"


"Kudou…"

Conan membelalakan mata. Wajah Haibara, Ayumi, Genta, Mitsuhiko dan Bu Kobayashi muncul begitu matanya terbuka dengan sempurna. Ia mengernyitkan kening, bingung dimana dia.

Ia menajamkan inderanya. Bau klinik sekolah, nih. batinnya. Tapi kenapa aku disini? Kepalaku pening sekali. Apa aku sakit ya?

Conan mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Benar juga, ia sedang ada di kelas bersama teman-temannya, mengerjakan soal ulangan 'super sulit' buatan Bu Kobayashi. Dan tiba-tiba gelap, dan ia malah bermimpi buruk seperti itu. Conan menarik napas, lega. Untunglah, itu tidak terjadi betulan. Jika itu kenyataan, bisa-bisa dia terkena serangan jantung, dan mati.

"Kau baik-baik saja, Ku… Edogawa-kun?" Tanya Haibara. Keningnya berkerut, matanya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Wajahnya sedikit pucat, walaupun ekspresi Haibara masih tetap dingin seperti biasa. Dari reaksi Haibara, Conan tahu ada sesuatu dengan dirinya.

"Bisa dibilang begitu. Tenang aja." jawab Conan. Conan mendengar orang-orang disana menghembuskan napas lega.

Kecuali Haibara Ai.

Kerutan di keningnya sudah menghilang, namun tidak ada perubahan dengan matanya. Ia berdiri tegak, ekspresinya mengatakan seakan aku-tidak-peduli-apapun-yang-terjadi-padamu-bodoh namun matanya masih menyiratkan ketakutan… dan kekhawatiran.

Conan bingung sendiri. Memangnya terjadi apa pada dirinya? Dia mau mati?

"Yasudah, Ai-chan." Ujar Bu Kobayashi. Mereka semua menoleh. "Kau jaga Edogawa-kun, ya? Yang lainnya, kembali ke kelas."

"Iya buuu!" jawab Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko, bersemangat seperti biasanya, lalu berjalan keluar. Sebelum keluar, Ayumi menepuk kaki Conan kecil dan berkata, "Cepet sehat, ya, Conan-kun!"

Lalu ruangan sepi.

"Jagalah kesehatanmu, bodoh." Haibara merengangkan tubuh. Conan memelototinya, benaknya dipenuhi jutaan pertanyaan atas sikapnya tadi.

"Kenapa sih?" tanya Haibara, risih sendiri. "Ada sesuatu di mukaku?"

"Ada apa denganku?" Conan bertanya langsung. "Ada hal yang buruk? Aku mau mati? Atau tanda-tanda lain? Apa aku mengidap penyakit mematikan menular yang gak bisa disembuhkan? Aku…"

"Banyak mulut." potong Haibara sarkatis. Conan makin bingung. Ia tak suka kalau bingung begini, seperti orang bodoh saja.

"Aku serius, Nona Haibara. Gerak-gerikmu aneh sekali tadi. Ada sesuatu?" tanya Conan, lebih pelan. Haibara menatap Conan dalam-dalam, lalu mendengus pelan.

"Memang sulit menyembunyikan sesuatu darimu."

Conan menunggu.

"Ada… yang aneh dengan makanan tadi siang." jelas Haibara. Oh, pantas dia tidak makan tadi, batin Conan. "Roti itu… aku tak mengerti. Teksturnya biasa, namun baru aku memakan secuil, aku tau kalau roti itu dicampur sesuatu. Seperti… salah satu zat kimia untuk antidote APTX 4869.

"Aku tidak memakannya, namun kau sudah melahapnya habis sebelum kuingatkan." Haibara menggeleng-geleng, sebal. "Mungkin kau tak sadar, tapi ketika aku bersentuhan denganmu, suhu badanmu tinggi, seperti demam. Makanya aku mengamatimu dikelas tadi. Gak taunya kau pingsan…"

"Tapi aku gak apa-apa 'kan?" tanya Conan polos, nampak santai.

Haibara membelalakan mata, kesal. "Kau gak tau, dasar detektif bodoh! Selama 45 menit kau pingsan, aku takut badanmu kembali menjadi Kudou Shinichi, detektif SMA yang terkenal itu! Bagaimana kalau itu terjadi? Aku hampir memaksa pada Bu Kobayashi untuk menemanimu sendirian selama kau tidak sadarkan diri, namun Ayumi keras kepala ingin menungguimu sampai sadar! Tentu saja Genta dan Mitsuhiko ikut! Aku takut sekali kalau kau kembali jadi anak SMA… yaampun…" Haibara menghempaskan tubuh ke kursi di sebelah tempat tidur. "Dasar brengsek! Bikin khawatir saja kau!"

Conan nyengir, merasa sedikit bersalah. "Maaf, deh, kalau gitu!"

Haibara diam, memegang roknya kencang-kencang, dan menatap Conan lagi.

"Ada lagi, ya?" tanya Conan.

"Jodie Starling. Guru bahasa Inggris di SMA Teitan dulu, agen FBI itu." Haibara tersenyum kecil sekali, berusaha menutupi ketakutan di mukanya. "Dia tau… dari Akai Shuichi, agen FBI yang kata dia… sudah mati dibunuh organisasi… sebelumnya memberitahunya, kalau aku adalah Miyano Shiho, adik dari pacarnya, Miyano Akemi." Haibara berdecih pelan. "Dia dan bosnya itu, James Black —kalau tak salah, aku lupa— datang semalam mengunjungiku. FBI meminta bantuanku untuk melacak organisasi, karena aku adalah satu-satunya mantan anggota yang selamat.

"Entah bagaimana, mereka juga tau tentang kau. Mereka mengira kau sudah mati, karena organisasi. Namun aku tau kau tak mau melewatkan kesempatan ini, jadi kuceritakan dari awal, soal obat itu, kau dan aku mengecil… dan beberapa kunci dari organisasi itu."

Conan langsung terduduk, kepalanya berputar. Namun ia membiarkannya.

"Ja… jadi…"

"Ya, selamat untuk kau dan aku. Kita akan menyelidiki organisasi itu. Senang 'kan?"


"Conan-kun!"

"Kak Ran!" Conan berlari kecil, menghampiri Ran dan Sonoko yang menunggui dia di depan gerbang SD Teitan.

"Jangan lari-lari, dong!" Ran mengacak-acak rambut Conan. Conan nyengir. "Nanti kau jatuh! Kau 'kan baru sakit!"

"Hehehehe…"

"Wah, kangen juga aku dengan SD ini!" seru Sonoko. "Tapi sayang, aku kesini bukan untuk bernostalgia, tapi malah menjemput anak berkacamata ini!"

"Gak apa dong, Sonoko! Aku kaget sewaktu ditelpon wali kelasmu, untuk menjemputmu, Conan. Kau kenapa?" tanya Ran.

"Gak apa-apa, kok, Kak Ran! Hanya lelah aja, kayaknya."

"Bisa juga anak kayak kau pingsan!" celetuk Sonoko. Conan memasang muka jengkel dengan mata setengahnya.

"Sonoko!" Ran menegur Sonoko. "Yaudah yuk, pulang aja, Conan!"

"Baiik!"

"Conan-kun, kami duluan yaa!" ujar Ayumi dkk sambil lewat.

Conan berdadah-dadah.

Sesambil Ran dan Sonoko mengobrol, Conan memikirkan pembicaraannya dengan Haibara tadi siang. Betapa senangnya dia akan menyelidiki organisasi sialan yang membuat tubuhnya mengecil itu. Yang berarti, jika mereka berhasil, dia akan menemukan prototype APTX 4869, dan kembali ke Kudou Shinichi. Dia juga tidak akan menyakiti Ran lagi.

Selamat tinggal, Edogawa Conan! pikirnya kegirangan.

Sesampainya di kantor detektif, Ran segera memasak makan malam. Conan menuju kamarnya untuk menaruh tas. Lalu, ia duduk di kursi sambil membaca komik, dan pada saat itu handphone nya berdering.

"Kudou-kun?" Haibara langsung menyahut begitu Conan mengangkat handphonenya. "Disini ada FBI… dan mereka butuh kau, sekarang."

"Untuk?"

Haibara menarik napas. Sekarang ia senang sekali, setidaknya perasaan bersalahnya akan menghilang segera. Bilang gak ya? Nanti dia kegirangan… pastinya. Haibara membulatkan tekad, tanpa menyembunyikan nada girangnya, lupa pada topeng dinginnya itu. "FBI akan membantu kita membuat antidote APTX 4869 —mereka memiliki prototypenya dari pelacakan terakhir mereka, ya Tuhan—, kita akan merundingan beberapa hal, soal penyelidikan organisasi itu."


Akhirnya bisa publish fic lagi :)

Pendek? Khas aku banget, haha. Mungkin beberapa chapter selanjutnya aku memasukan karakter Sera Mayumi, female detective high school, chara baru di Detective Conan, setelah karakter si Sera ini jelas.

Sepertinya bakal lama update. Soalnya, lagi menjelang UAN. Sekitar seminggu sekali, mungkin? Atau lebih cepat, malah lebih lambat? Aku tak tahu. Yang jelas aku berusaha update secepatnya.

Harap review sebagai bentuk dukunganmu, dan sarannya :)

PS : Haibaranya OOC ya? Kasih tau kalo iya!