HALO SEMUAAAAAAAAH! APA KABAAAAAAR? KUMAHA DAMANG?
Yeyeyeyeyeyeyeeeey~ *nyanyi ala lagu 'The Lazy Song'-nya Bruno Mars* Akhirnya Fo buka lapak di fandom Vocaloid! Mohon batuannya ya... :D *gelar tikar* Aih... mimpi yang jadi kenyataan! Akhirnya bisa bergabung dengan teman-teman di sini! Hohoho... enjoy fic saya ya... jangan lupa review!
Diclaimer: Vocaloid itu punya Yamaha Corp. Bener ndak sih? Kalo nggak silahkan lempar saya pake batako! *siap-siap pake helm panci*
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rating: T
Title: Sakura Promise—Janji Pohon Sakura
Summary: "Rin, kita berjanji ya!"/"Janji apa?"/"Janji bila sudah besar nanti kita akan menikah dan hidup bersama!"/"Ya, aku berjanji!"
.
ENJOY!
"Len... hei, Len!"
"Ada apa, Rin?"
"Kalau besar nanti, Len mau jadi apa?"
"Kalau sudah besar nanti, aku ingin menjadi seorang dokter!"
"Kalau begitu aku akan menjadi istri dari dari dokter Len!"
"Rin, kita berjanji ya!"
"Janji apa?"
"Janji bila sudah besar nanti kita akan menikah dan hidup bersama!"
"Ya, aku berjanji!"
"Len, hoi Len!"
Pemuda berambut pirang tersebut tersentak ketika namanya dipanggil oleh seseorang. Kagamine Len—atau yang lebih akrab dipanggil Len itu membuka matanya dengan perasaan sedikit kesal. Padahal baru saja ia bisa tidur setelah begadang semalaman karena bermain game online. Iris biru-nya menelaah ke seisi ruangan dengan mata yang sedikit mengantuk, dan dilihatnya sesosok gadis berambut hijau pendek dengan ekspresi wajah yang jahil.
"Ne... ternyata kau, Gumi," ucap Len sambil mengusap-usap matanya. "Ada apa sih? Kamu tahu kan aku sedang sibuk?"
"Ya! Sibuk tertidur dan memimpikan 'gadis itu' lagi kan?" seru Gumi sewot sambil menoyor-noyor kepala Len dengan jari telunjuknya yang lentik.
"Hei! Hentikan memanggilnya dengan sebutan 'gadis itu'!" Len menepis tangan Gumi dengan kesal. "Dia juga memiliki nama! Selain itu jangan pernah membicaran tentang hal itu di dalam kelas!"
Gumi memalingkan pandangannya dari Len dan memandangi seisi ruangan itu—kelas 2-1. Kelas itu memang cukup ramai dengan siswa-siswi yang asyik mengobrol, yah... bisa saja ia berbicara terlalu keras dan salah satu dari mereka bisa mendengar percakapan antara ia dengan Len. Gumi menghela napasnya perlahan... ia sudah berjanji tidak akan menceritakan hal ini pada siapa pun. Sebagai sahabat Len, tentu saja Gumi harus menepatinya.
Iris hijaunya kini memandang Len yang sedang melirik ke arah jendela, memperhatikan pemandangan yang berada di bawah sana.
"GUMIIIII!"
Gadis berkacamata itu tersentak begitu terdengar teriakan seseorang yang memanggilnya. Dengan setengah hati ia menoleh ke arah pemilik suara. Ia hanya mendengus ketika yang memanggilnya adalah seorang pemuda berambut keunguan yang bernama Kamui Gakupo—yang sering dipanggil Gakupyon oleh Gumi maupun Len.
"Mwo ya, Gakupyon?" tanya Gumi dengan logat Korea-nya.
"Ne... Gumi, lagi-lagi logat Korea-mu keluar!" tukas Gakupo seraya mencubit pipi Gumi saking gemasnya. "Jangan mentang-mentang kamu baru pindah dari Korea setahun lalu lantas setiap hari kamu berbicara dengan bahasa Korea! Ingat, di sini Jepang. Ini Jepang dan bukan Korea!"
"Ya... ya... kamu tidak perlu menceramahiku. Aku sudah tahu!"
"Kalau begitu di mana percakapan bahasa Jepang-mu, hah? Kalau begitu ucapkan 'aishiteru, Gakupo!' sekarang!"
"Ma-Mana bisa aku ucapkan itu, bodoh!"
Sementara itu, Len hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah Gakupo dan Gumi seraya menghela napasnya, "Oh Tuhan... sampai kapan aku bisa menghadapi pasangan suami-istri yang bodoh ini?"
"KAMI BUKAN SUAMI-ISTRIII!" teriak Gumi dan Gakupo emosi. Len hanya terkekeh dengan reaksi dari mereka.
TOK TOK TOK
"Anak-anak! Kembali ke tempat duduk kalian!"
Tiba-tiba terdengar seruan dari wali kelas 2-1, Kiyoteru-sensei yang memukul-mukulkan telapak tangannya pada meja di depan kelas. Keramaian para murid langsung terhenti hanya dengan melihat tatapan Kiyoteru-sensei yang dingin. Dengan cepat Gakupo dan Gumi duduk di kursi mereka masing-masing.
"Hari ini, saya akan memperkenalkan murid baru di kelas ini!" seru Kiyoteru-sensei. Suasana yang tadinya hening, mulai ramai dengan bisikan-bisikan.
BUK BUK BUK
"Semuanya harap diam! DIAM!"
Hening kembali melanda kelas 2-1, sorot mata Kiyoteru-sensei kali ini semakin tajam. "Nah, silahkan masuk." Kali ini seorang gadis bertubuh mungil berambut pirang dengan iris biru masuk ke dalam ruang kelas 2-1.
BRAK
Len berdiri dari bangkunya. Sontak saja pandangan seluruh isi penjuru kelas tertuju ke arahnya. Namun, Len tak memedulikan itu, ia hanya memperhatikan murid baru itu dengan tatapan serius.
"Len, ada apa denganmu?" bisik Gakupo pada Len.
"Dia... dia... Kagamine Rin..."
Gumi tersentak mendengar jawaban Len, "APA?"
"MWO? Benarkah itu, Len?" seru Gumi—yang lagi-lagi menggunakan logat Korea-nya.
Siang itu, kelas cukuplah sepi. Sebagian besar murid pergi ke kantin di lantai dasar. Para Tiga Sahabat alias Len, Gakupo, dan Gumi sedari tadi hanya berada di dalam kelas. Itu disebabkan mereka tidak mau kantin menjadi roboh akibat teriakan Gumi yang terdengar seperti toa kampanye.
Len hanya mengangguk, "Ya, tidak salah lagi, dialah orangnya."
Gakupo, yang dari tadi hanya mendengar percakapan Len dan Gumi, akhirnya ikut angkat suara, "Dia? Dia siapa? Si anak baru itu? Ada apa dengan dia? Teroris kah?"
"Ani, babo (Bukan, bodoh), kamu belum pernah mendengar ceritanya sih ya..." Gumi memutar bola matanya.
"Kalau begitu ceritakan!"
"Baik... baik... akan aku ceritakan," desah Len. "Aku dan Rin adalah saudara jauh. Dulu, dia tinggal di sini—di Tokyo, aku dan Rin saling menyukai dan kami membuat sebuah janji di bawah pohon sakura bahwa suatu saat nanti kami akan menikah dan hidup bersama. Namun esoknya, ia pindah bersama keluarganya ke Sapporo. Dan, ia memberikanku kalung ini."
Len memperlihatkan Gakupo sebuah kalung berliontin sebuat not lagu yang berkilauan. Iris violet Gakupo terpukau melihat liontin yang dipegang Len. Sementara itu, Gumi hanya memasang tampak kesal.
"Hei, kamu belum menceritakan bagian yang itu!" teriak Gumi.
"Benarkah? Gomene..."
"Len, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Gakupo.
"Tentu, kenapa tidak?"
Kali ini sorot mata dan nada bicara Gakupo mulai menjadi serius, "Benarkah ia masih mencintaimu seperti ketika kalian kecil dulu?"
"Ha? Maksudmu?"
"Yah... tadi aku melihatnya sendiri. Anak baru itu selalu memalingkan pandangannya darimu."
"Kamu serius, Gakupyon?"
"Aku serius! Aku bersumpah demi apapun yang berada di dunia ini!"
Len menggigit bibirnya. Benarkah itu? Lantas, kalau Rin tidak lagi mencintainya, apa alasannya? Lalu bagaimana dengan janji yang selama ini diucapkan Rin? Semua pikiran itu berputar di pikirannya. Tanpa berpikir dua kali ia berlari menjauhi Gumi dan Gakupo. Pemuda beriris biru itu tidak peduli dengan panggilan kedua sahabatnya. Len terus berlari tanpa arah, matanya terus mencari-cari keberadaan Rin.
'Ah, ketemu!' seru Len ketika ia berada di sebuah taman di daerah sekolah. Gadis berambut pirang itu duduk di bawah sebatang pohon rindang sambil diam termenung memandang langit luas. Dengan cepat Len menghampiri Rin.
"Kamu! Kamu Rin kan?" tanya Len dengan napas yang naik-turun. "Ini aku Len! Len!"
Rin hanya menatap Len dengan tatapan kosong, lalu mendengus. "Len? Siapa itu? Aku tak mengenalmu sama sekali!"
Dada Len terhenyak. Apa? Apa yang barusan dikatakan gadis itu? Ia tak mengenalnya? Sudah jelas ia adalah Kagamine Len. Namun, Len tak habis pikir. Ia langsung mengeluarkan kalung berliontin not pada Rin. Gadis itu tersentak, lalu tertunduk.
"Nah, sekarang kamu ingat kan? Kamu ingat janji kita waktu dulu? Janji di bawah pohon sakura waktu itu? Kenapa kamu tidak memperhatikanku seolah kamu benci padaku? Kenapa Rin? Kenapa?"
"Diam!"
Len terhentak melihat Rin yang memasang tampang dingin.
"Aku tahu kamu adalah Len, dan aku ingat kalau kita pernah berjanji akan menikah suatu hari nanti!" seru Rin. Len bisa mendengar suaranya yang sedikit bergetar. "Tapi, kumohon Len. Lupakan janji kita. Aku yang sekarang tidaklah sama dengan aku yang dulu."
"Apa... maksudmu..?"
Rin menunjukan sebuah cincin yang melingkar manis di tangan kirinya. Setetes air mata turun menjatuhi pipinya, "Karena aku... aku telah bertunangan dengan orang lain..."
.
~To Be Continued~
Yeyeyeyeyeeeeeey akhirnya selesai! Woo-hoo! Gak percuma buka laptop berjam-jam dari siang sampe malem non-stop! Uyeyeeeeey! yah, walaupun ceritanya aneh... -_-
Teman-teman, minta review-nya ya? Oke? :D
