The one and only
Author : Bubbletea88
Main Cast : Xi Luhan, Oh Sehun and others :)
WARNING! Lots of typo, OOC, YAOI, BOY x BOY, M(ature)—
Aku hanya bisa memandangnya dari jauh—
Ya dia populer di kampus, sangat populer
Banyak yeoja bahkan namja mengaguminya..
Dia sosok yang membuat pikiranku tersita sepenuhnya
Membuat nilai-nilai ku turun hanya karena memperhatikannya
Meski anak pindahan dari sekolah lain, ia terlihat berbeda di mataku
Sehun's POV
Seoul 09.30 AM
Mataku mengerjap pelan, astaga— aku terlambat hari ini. Sudah tidak mungkin untuk pergi ke kampus lagi rasanya. Jika pergi pun pasti akan kena hukum songsaenim. Kai dan Chanyeol bahkan mengirim pesan ke ponselku lebih dari 5 kali.
"Hei, kau di mana?"
"Ya! Hari ini ada tes dan kau tak datang eoh?"
Yah, kira-kira begitu isinya. Aku sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempat tidurku, hanya merapikan rambutku dan pergi ke kamar mandi.
Sekembalinya aku dari kamar mandi, ponselku berbunyi— ada pesan masuk. "Hei, Luhan kelihatannya mencarimu, oh ya— Han songsaenim mengelompokkanmu dengan Luhan, karena nilai bahasa korea Luhan belum begitu bagus" beberapa kali aku membaca ulang pesan dari Chanyeol itu, berusaha mencerna tiap katanya.
Mataku terbelalak saat ini, Entahlah. Oh ya, Luhan— Xi Luhan, siswa pindahan dari Cina. Bahasa Koreanya belum terlalu bagus. Dia di tempatkan di kelasku— sekelas dengan Chanyeol dan Kai juga tentunya. Prestasinya melampauiku.
Tapi... ia termasuk pendiam jika di kelas, aku jadi sedikit ragu untuk mengajaknya berbicara. Mata berkilaunya selalu bisa membuatku tenggelam akan pesonanya. Sudah terlalu banyak siswa di kampus yang menyukainya secara terang-terangan.
Ah— entahlah, apa aku masih boleh berharap ?
"Kau senang ya ?" tanya Chanyeol saat berada di cafe yang sering dikunjungi oleh kami. Aku masih belum menjawab. "Ya! Kau itu— di tanya malah diam"
"Eh, oh ? Tidak juga" jawabku sambil menggaruk tengkukku. Kurasa pipiku memerah sekarang, bahkan menjalar sampai telinga.
"Gotjimal –bohong" sambar Kai. "Tuh, telingamu merah—"
Sesaat percakapan kami terpotong karena ada pelayan cafe yang mengantarkan pesanan kami. "Ah, apa tugas dari Han songsaenim eoh ?" tanyaku heran. Tumben sekali, bisa dibilang tidak pernah malah, ya— aku tidak pernah dikelompokkan dengan Luhan.
"Resensi buku, tiap kelompok hanya berisi 2-3 orang, Aku sudah bersama Chanyeol" kata Kai. "Setelah selesai, nanti semua kelompok akan presentasi di depan kelas, ehm— kau mendapat resensi buku fiksi kalau tidak salah, tanyakan pada Luhan saja"
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan panjang lebar Kai itu. Tapi sangat jelas bagiku. "Kapan deadlinenya ?"
"Molla, Mungkin 2 minggu ke depan" kata Chanyeol sambil memainkan ponselnya.
Luhan's POV
Hari memang sudah sore, tapi aku belum berniat untuk pulang ke flatku. Di flat sangat membosankan. Tidak ada teman mengobrol, dan sunyi. Hanya ponsel dan televisi yang bisa menghiburku di flat. Aku memang bekerja sambilan di salah satu restoran. Bisa dibilang jarang memang, tapi bosku orang yang ramah, ia membolehkanku datang kapan saja bila ada waktu.
"Hei, tolong buatkan pesanan ini" kata salah seorang temanku sambil tersenyum. Bekerja sebagai barista tidak segampang yang kau kira. Kadang barista dituntut untuk mempunyai jiwa seni yang bisa memuaskan para pelanggannya, seperti latte-art.
"Ne, algeuseumnida!" kataku sigap. Barista lainnya siap membantuku bila aku membutuhkan sesuatu.
Hmm, aku memang seorang pemuda dari Cina. Karenanya gaya bicara dan logatku sangat aneh bagi orang Korea kebanyakan. Untuk tugas kuliahpun aku dikelompokkan dengan Sehun. Anak aneh itu...
Entah— aku menyadarinya jika ia terus mengamati wajahku saat guru menerangkan. Tak jarang ia tersenyum saat aku bertatap wajah dengannya. Pemuda dengan kulit putih dan mata sipit itu... mungkin bisa mengajariku bahasa Korea.
Tadi, aku mencarinya— tapi jelas tidak ada, ia absen hari ini. "Aigoo, apa yang kau lakukan Luhan-a?" Aku baru menyadarinya, kopi yang kubuat malah kudiamkan sampai cukup dingin.
Ya, tentu saja aku harus menggantinya dengan yang baru. Ah, pemuda itu benar-benar menyita pikiranku!
Author's POV
Besoknya, Luhan datang terlalu pagi. Ia bahkan sudah mengelilingi sekolah juga ruangan-ruangannya sampai kurang lebih dua kali! Bajunya yang basah, dan keringat yang merembes, membuatnya tampak kelelahan. Ia duduk di bangku taman belakang sekolah. Keringatnya masih saja menetes dari dagunya.
"Ige" Luhan langsung mendongak saat mendengar suara yang asing baginya. Sebuah sapu tangan berwarna gradasi biru tampak di hadapannya. Sosok tersebut duduk di sebelahny sambil menarik tangan Luhan. "Seka dulu keringatmu— kau terlihat parah jika begitu"
"Ah, Go-Gomawo. Sehun-ssi"
"Panggil saja Sehun," Jujur, Luhan sangat jarang berbicara dengan Sehun –walau pada kenyataannya mereka sekelas.
"Lalu ? Kenapa kau datang pagi sekali ?" tanya Sehun sambil menyandarkan punggungnya.
"Aku hanya ingin datang pagi saja—" jawab Luhan sambil meremas saputangan biru itu kuat.
"Ya, bahasa Koreamu sudah cukup bagus" sambar Sehun cepat. "Han-songsaenim terganggu telinganya mungkin, tapi sungguh bahasa Koreamu sudah lumayan"
"Jinjja ? Gomawo Sehunnie, eh apa boleh ?"
"Tak apa jika kau lebih nyaman dengan panggilan itu, tapi ingat— jangan panggil aku begitu di depan teman teman oke ?"
Luhan mengangguk lucu. Sehun tersenyum dihadapannya. Mungkin Luhan harus menghapus julukan 'Anak aneh' dari Sehun. Ternyata, Sehun tidak sedingin yang ia kira. "Tapi— aku masih belum terbiasa menulis hangul, apa kau bisa mengajariku ?" tanya Luhan ragu.
Sehun mengangguk tanpa pikir panjang. "Ne, tulis alamat flat atau rumahmu, aku akan datang tiap ada waktu luang"
Luhan tersenyum manis, sambil mengangguk. Mata bulatnya bersinar-sinar seakan kagum pada Sehun. Ah— Luhan mungkin sudah jatuh dalam pesona seorang Oh Sehun
Sehun's POV
"Ne, tulis alamat flat atau rumahmu, aku akan datang tiap ada waktu luang" jawabku. Luhan tersenyum mendengar perkataanku. Oh, Tuhan— melihatnya tersenyum dari dekat ? bagiku ini keberuntungan.
Apa aku boleh berharap ia juga menyukaiku eoh? Apa boleh ?
Luhan hanya menatapku. "Aku tau aku tampan," kataku sambil mengalihkan pandanganku. Oh, lihatlah bibir cherry itu— kalau saja aku tidak mengalihkan pandanganku, mungkin first kiss-nya akan menjadi milikku!
"Aigoo— kau itu pede sekali ?" kata Luhan. "Ige, untukmu— aku punya satu. Kita punya gantungan ini kembar" lanjut Luhan sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Seperti gantungan, ah— memang gantungan. Tapi bentuknya unik menurutku. Seperti naga. "Eh ? Memangnya kenapa ? Pasti ada maksudnya" gurauku sambil melihat gantungan naga kecil yang terbuat dari plastik bening itu.
"Hm— kau itu, aku pernah berjanji pada diriku sendiri beberapa tahun lalu— jika aku menemukan orang baik di universitas, aku akan memberikannya gantungan ini" katanya. "Masyarakat cina percaya, bahwa naga dapat membawa keberuntungan!"
Aku hanya menatap gantungan itu. Apa iya ? Hehe— tapi lucu juga jika dibuat kembaran. "ah, baiklah— Gomawo"
Entah sudah berapa kali aku menguap di dalam kelas fisika sekarang, yang jelas aku masih asyik melihat wajah Luhan. Ia tampan, eh— lebih tepatnya cantik. Mata bulatnya mengerjap sambil memperhatikan Jung songsaenim, jari-jari lentiknya siap untuk menulis jika ada sesuatu yang penting.
"Oh Sehun! Kau melamun lagi!" kata Jung-songsaenim. Sebatang kapur mendarat pula di kepalaku. Aku masih bisa mendengar Kai yang duduk sebangku denganku terkikik geli. "Kerjakan soal nomor 3b, setelah itu maju ke depan dan jelaskan cara mengerjakannya!"
"Makanya, lain kali— jangan Luhan saja yang diperhatikan" bisik Kai usil. Ingin rasanya mendorong Kai, ia ikut menceramahiku. "Jung songsaenim juga cemburu tuh karena tidak kau perhatikan" tambah Chanyeol yang ada duduk di depanku.
Aih— aku bisa merasakan wajahku memanas karena ucapan kedua sahabatku. Luhan hanya mengepalkan tangannya dan gerakan mulutnya seperti mengatakan sesuatu. Tapi aku tidak tau apa itu. Beruntung, soal nomor 3b tergolong mudah.
Jadi, aku tidak harus menanggung malu di depan kelas.
Sepulang sekolah, aku terpaksa harus menunggu Kai. Katanya, ia harus menyerahkan tugas fisikanya. Sudah sekitar 15 menit lebih aku menunggu di depan sekolah. Aku terus melirik jam tangan yang melingkar di tanganku. Ingin rasanya berteriak, Kim Jongin! Cepatlah, kakiku pegal berdiri disini!
"Hunnie ?"
"eh ? Panggilan macam apa itu Kai ?" balasku tanpa sadar. "Kakiku pegal menunggu disini!"
"Eh ? Kai ? Aku melihatnya tadi di toilet bersama Kyungsoo, anak kelas sebelah" kata Luhan. Eh ? Luhan ?
"Ya— kupikir Kai, tapi— kenapa kau belum pulang eum ?" tanyaku penasaran. Yang benar saja, Kim Jongin mungkin sedang 'bermain' juga mendesah ria dengan Kyungsoo di toilet. Sedangkan aku ? kakiku terlalu pegal sekarang. Pantas kutunggu daritadi tidak datang.
"Aku harus mengerjakan ulangan susulan, karena waktu kalian ulangan, aku absen" kata Luhan. "Kau menunggu Kai ya ?"
Aku hanya mengangguk. Sungguh wajahnya polos, seperti bayi malah. Mata bulatnya selalu mengerjap imut. "Ehm, kita naik bus saja oke ? Aku sudah tak ingin menunggu anak itu" balasku.
Lagi-lagi Luhan mengangguk. Aigoo, aku harus sering-sering mengingatkan diriku bahwa aku tidak boleh membuat kesan pertama yang buruk di hadapan Luhan, dan aku harus menahan diriku sendiri agar tidak menyerangnya.
Bus sangat sesak. Terlalu banyak orang— jadi aku dan Luhan harus berdiri –terpaksa tepatnya. Orang yang berdiripun tidak sedikit, sama saja penuh sesak. Berdesakkan hingga aku dan Luhan yang berhadapan mau tak mau mendekat.
Aku melihat rona merah di pipinya. Aih! Gwiyeowo!
"kita berhenti di halte 5 kan ?" tanyaku. Luhan mengangguk polos, sambil menatapku yang memang beberapa cm lebih tinggi darinya.
Entah mengapa tiba-tiba bus yang kami tumpangi berhenti mendadak. Dan— jangan salahkan aku jika tanganku relfeks menahan Luhan dengan menarik pinggangnya. Jaraknya sangat dekat sekarang. Nafasku seakan berhenti sesaat.
Ia juga menatapku. Jarak antara hidung kamipun tidak jauh. Kurang lebih 10-12 cm. Oh, bibir tipisnya seakan menggodaku untuk segera menciumnya. Tapi— aniyo, tidak boleh— sungguh. Tahan, Sehun-ah, tahan...
"Mianhamnida" kata Luhan formal. Tanganku terpaksa melepas pinggang rampingnya. Aku hanya tersenyum.
"Santai saja—" kataku sambil membenarkan letak tas yang sedikit melorot karena kejadian barusan.
"Mian tadi aku meninggalkanmu, lagipula apa yang kau lakukan saat bersama Kyungsoo tadi eo? Mendesah ria di toilet eo? Dasar kkamjong mesum " ketikku saat membalas pesan dari Kai. Ia bertanya mengapa aku meninggalkannya tadi.
Aku hanya terkekeh. Sesaat ada suara bel flatku yang masuk ke dalam pendengaranku. "Eh ? tumben sekali"
"A-annyeong" sapa seorang pemuda— Luhan ?
TBC
Huwee, maaf kalo jelek. Tapi ini pendek ya ? (/.\) *bow*
Hehe, buat yang yadong pikirannya, tunda dulu yee :P
Chapter ini masih belum ada, mungkin chapter depan.
Lanjut ga nih ? ato delete aja ? RCL ya! *bawa golok*
Eh nggak nggak, RCL ya :"3
Rep. Untuk ff sebelumnya~~
Ia : Iya nih, Maaf yaa kalo bingung sama alurnya, ff itu aku buat di sela-sela buat tugas tuh. Nyari kesempatan dalam kesempitan gitu. Sekali lagi maaf ya, authornya masih rookie Thanks udah mau review dan nyemangatin ya chingu (,)/
Ndaa : Hehe, Gomawo. Iya nih, maaf ya *big bow*
Thanks to : Ia, Ndaa, blackwhite1214, n13zelf, maplefujoshi2309, juga beng beng max ! *bow*
