Disiang yang terik, kamu berniat menunggu bis di halte. Hari ini adalah penjamuan di suatu tempat dimana kamu telah beberapa puluh kali ke sana. Sebuah mobil hitam menghampirimu, ia membuka jendela.
"Aku akan mengantarmu," kata Prancis setelah menemukan kamu dihalte.
"Iya."
Ini pertama kalinya kamu akan menuju ke suatu tempat bersama seseorang bernama Prancis. Tapi, sejujurnya hari ini kamu harus mengerjakan tugas di kantor.
"Nggak, aku nggak peduli kalau soal yang begituan,"
"Kau yakin?" tanya dia. Kamu mengangguk.
"Aku harap, kau nggak keberatan mengantarku,"
Ia tertawa kecil, "Nggak banget, kok, malahan aku bebas dari orang-orang nggak jelas di kantorku,"
"Siapa?"
"Ada Rusia, Inggris, Amerika, dan Cina. Tapi yang paling parah hanyalah Amerika dan Inggris. Mereka selalu bertengkar…" ia tertawa lagi.
"Ooh…" sahut kamu.
Beberapa menit berlalu, kamu dan Prancis telah sampai di tempat tujuan. Ini hanya dating biasa, seperti mengantarkan pasangan ke suatu tempat, atau makan di rumah makan bersama. Kamu dan Prancis menuju sebuah kafe yang telah familiar disana. Prancis pernah berjanji kepadamu kalau hari ini ia tidak mentraktirmu untuk makan disana.
"Baiklah, kalau itu maumu," kamu mengancungkan jempol, ia mengangguk-angguk.
"Iya…maaf ya, maaf (y/n),"
"Tidak apa-apa, Tuan Prancis,"
Setelah itu, kamu memesan sesuatu seperti moccachino atau tiramisu, sedangkan Prancis memesan bir anggur dan tiramisu yang sama sepertimu.
Kalian duduk di bangunan paling atas agar bisa melihat pemandangan menara Eiffel disana. Lalu, tanpa sadar, ia memegang tanganmu yang lembut.
"(y/n),"
Pipimu merah merona. Ia mau mengatakan sesuatu?
"I-iya, Tuan Prancis?"
Ia mengelus tanganmu yang lembut, lalu ia menciumnya. "Tanganmu lembut sekali, (y/n),"
Kamu hanya bisa menunduk, tapi kamu menyukainya, "Terima kasih, Tuan Prancis,"
Prancis tersenyum padamu. "Sama-sama, sayang,"
Oh tidak! Kamu blushing lagi!
Ia memperlihatkan senyuman tampannya padamu, dan kamu hanya bisa menunduk malu.
"Kau…mau menikah denganku, (y/n)?"
Pertanyaan yang ia keluarkan membuat hatimu berdebar-debar. Kamu kaget mendengarnya.
Tapi, pikiranmu berubah setelah kau melirik dua pasangan yang tengah berpelukan.
"A-aku…aku…ak-ku…"
"Hm?"
"Aku mau, Prancis,"
Ia tersenyum lebar, tak disangka ia mencium pipimu. Kamu hanya tersenyum, lalu memegang pipimu.
"Aku mencintaimu,"
"I-iya…aku juga, Prancis. Aku mencintaimu,"
Setelah makan malam, Prancis mengantarmu pulang ke apartemenmu dimana kamu tinggal sendirian.
Ia tak lupa mencium keningmu sebelum pergi pulang.
"Sekali lagi, aku mencintaimu." ucapnya.
Kamu tersenyum.
