Hiden Chap Ayah? Ibu? by LYBP HiNa Sasa
Naruto by Masashi Kishimoto
M
Family, Hurt/Comfort
Naruto U x Ino Y
Warning : AU, Typo, OOC, Pasaran dll.
Summary: Naruto dan Ino adalah murid sekolah menengah atas yang memiliki kepribadian yang hampir sama. Berisik, cerewet, tukang pembuat onar namun bisa bersahabat dengan siapa saja. Tapi jika mereka berdua bersatu lain lagi ceritanya. Sama-sama berisik. Sama-sama cerewet. Sama-sama pembuat onar. Dan bila mereka bersatu yang ada hanyalah sebuah pertengkaran yang terjadi di antara mereka dan akan membuat orang disekitar mereka memilih untuk kabur. Tapi untuk pertengkaran kali ini lain dari pada yang biasa mereka lakukan.
Catatan : Fic ini merupakan kumpulan cerita tersembunyi dari fic "Ayah? Ibu?". jadi setiap chap summarynya berbeda.
.
.
Chap ini adalah cerita tersembunyi dari chap 4 "Ayah? Ibu?"
.
.
Flashback NaruIno 15 tahun lalu.
Naruto dan Ino adalah murid sekolah menengah atas yang memiliki kepribadian yang hampir sama. Berisik, cerewet, tukang pembuat onar namun bisa bersahabat dengan siapa saja. Tapi jika mereka berdua bersatu lain lagi ceritanya.
Sama-sama berisik.
Sama-sama cerewet.
Sama-sama pembuat onar.
Dan bila mereka bersatu yang ada hanyalah sebuah pertengkaran yang terjadi di antara mereka dan akan membuat orang disekitar mereka memilih untuk kabur. Tapi untuk pertengkaran kali ini lain dari pada yang biasa mereka lakukan. Bila biasanya mereka hanya akan melempar ejekan atau celaan, tapi tidak untuk saat ini. Kali ini perdebatan yang mereka lakukan lebih parah hingga membuat seisi kelas berantakan.
"INI SALAHMU! KENAPA AKU YANG HARUS KENA!?" Teriakan Ino menggema di ruang kelas, membuat murid lainnya hanya bisa melihat dari luar jendela. Sebenarnya jika mereka bertengkar seperti biasa semua murid bisa menerima karena memang sejak Naruto dan Ino bertemu mereka sudah ribut terus. Dimulai dari Naruto yang selalu menjahili, mengejek dan menghina Ino lalu Ino yang akan selalu meladenin keisengan Naruto dengan umpatan kesal dan murka. Tapi sepertinya pertengkaran ini lebih serius dibanding ejekkan atau hinaan yang Ino terima dari Naruto.
"Kenapa? Enggak terima?" Tanya Naruto santai.
"JELAS SAJA AKU TIDAK TERIMA! KAU YANG MEMBAWA MAJALAH PORNO ITU DAN MENITIPKANNYA PADAKU TAPI MALAH AKU YANG HARUS KENA HUKUM DAN DISKORS OLEH GURU KARENA SELAIN MAJALAH DI DALAM NYA JUGA ADA KASET."
"..."
"SEBENARNYA APA MAKSUDMU!?" Teriak Ino sambil mencengkram kerah seragam Naruto.
"..." Naruto tidak menjawab melainkan menyeringai.
"Ku pikir kau tidak akan mencari masalah denganku lagi, tapi rupanya kali ini kau benar-benar membuatku dalam masalah besar NARUTO!"
"..."
"Seharusnya aku sudah curiga saat kau meminta tolong padaku dengan lembut untuk membawa buku-bukumu yang ternyata terselip majalah nista itu."
"Kalau begitu kau bodoh." Ujar Naruto menggenggam tangan Ino yang masih bertengger dikerahnya. "Dan perlu kau tau kalau yang kulakukan ini sebagai hukuman untukmu karena sudah berani merebut posisi Sakura sebagai perwakilan sekolah dalam lomba IPA." Tambah Naruto sambil menghentakan tangan Ino.
"Jadi ini karena Sakura!? Jadi karena wanita itu kau menjebakku hingga aku harus diskors selama seminggu agar tidak bisa mengikuti perlombaan yang akan diadakan jumat nanti dan dengan begitu Sakura yang akan menggantikanku!?"
"Kau pintar." Jawab Naruto membuat Ino geram dan dengan segera Ino melempari Naruto dengan buku yang berada di atas meja tanpa perduli itu buku milik siapa.
"Kau keterlaluan Naruto!" Seru Ino dengan mata yang mulai berkaca-kaca karena kesal oleh Naruto. "Jika kau mau Sakura yang mengikuti lomba itu tinggal bilang saja padaku secara baik-baik dan aku akan dengan ikhlas mengundurkan diri."
"Kau pikir aku sudi untuk meminta padamu. Lagi pula itu juga sebagai balasan karena kau selalu bersikap sok cantik. Kau pikir kau itu lebih cantik dibanding Sakura!? Cih, jangan samakan wajahmu dengan wajah Sakura."
"Kau... brengsek Naruto! Aku benci padamu!"
"Aku juga." Ujar Naruto.
Tanpa membuang waktu Ino pun mengambil tasnya dan langsung berlari pulang.
"Kau keterlaluan Naruto." Ujar Sasuke yang memasuki ruang kelas yang cukup berantakan dan disusul oleh murid lainnya.
"Menurutku biasa saja."
"Bagaimana kalau ada yang mengadukan pada guru bahwa sebenarnya kau yang membawa majalah dan video itu lalu menitipkannya pada Ino?"
"Akan ku beri pelajaran mereka, termasuk jika itu kau Sasuke." Ujar Naruto menatap Sasuke tajam. "UNTUK KALIAN SEMUA YANG MELIHAT KEJADIAN TADI DAN MENGADUKANNYA PADA GURU, MAKA KALIAN AKAN BERHADAPAN LANGSUNG DENGANKU." Teriak Naruto di depan kelas membuat semua merasa takut dan tidak ingin ikut campur antara Ino dan Naruto. "BILANG JUGA PADA TEMAN KALIAN DI KELAS LAINNYA."
Melihat kelakuan Naruto, Sasuke hanya menggeleng dan menghela nafas lalu duduk kembali kebangkunya.
"Minta maaflah pada Ino, Naruto." Ujar Sasuke saat Naruto sudah duduk di sampingnya.
"Tidak akan."
"Kau itu jangan terlalu membencinya, bagaimana kalau ternyata dia adalah orang yang akan menjadi bagian dari hidupmu."
"Maksudmu?" Tanya Naruto tidak mengerti.
"Bagaimana kalau ternyata dia adalah wanita yang akan menjadi istrimu bukan Sakura."
"Hahahahaha..." respon Naruto mendengar perkataan Sasuke. "Aku tidak akan sudi melamarnya Sasuke."
"Tapi bisa saja kan, lagi pula tidak ada yang tau dengan pasti siapa jodoh kita."
"Sudahlah. Kalau aku menikah dengan wanita itu, maka pernikahanku dan dia terjadi karena kesalahan." Ujar Naruto membuat Sasuke terdiam. Detik berikutnya sosok wanita berambut pink yang tidak lain adalah Sakura masuk dan berlari menuju Naruto.
"Sayang! Aku akhirnya bisa menjadi perwakilan lomba dari sekolah kita." Ujar Sakura sambil merangkul leher Naruto.
"Benarkah? Selamat."
"Terima kasih. Ini juga berkat dirimu." Ujar Sakura semakin memeluk erat leher Naruto.
"Kalau begitu beri aku hadiah."
"Kamu mau apa?"
"Cium mungkin." Ujar asal Naruto. Tapi Sakura langsung memberikan keinginan Naruto sehingga membuat Naruto kaget dan senang sekaligus.
"Cih, ingat tiga bulan lagi kita sudah dihadapkan oleh ujian-ujian untuk kelulusan. Kalian jangan pacaran terus." Ucap Sasuke mengingatkan.
"Iya, iya yang jomblo sejati."
"Cih."
.
Menjelang hari kelulusan siswa menengah atas.
"Ino." Panggil lembut suara Hinata yang menjadi teman sekelas dan sebangku dari Ino Yamanaka.
"Ada apa Hinata?"
"Naruto mengadakan acara kelulusan khusus untuk angkatan kita. Apa kau mau datang?"
"Sepertinya aku tidak bisa." Jawab Ino tanpa berpikir lama.
"Owh, begitu ya. Kalau begitu aku juga tidak ikut."
"Loh, kok?" Pekik Ino kaget. "Kalau kau mau datang silahkan saja. Aku malas berurusan dengan pemuda itu. Kau pasti tidak lupa saat aku kena hukum guru gara-gara ulahnya kan?"
"Aku tau. Tapi aku juga sepertinya tidak akan ikut."
"Kenapa?"
"Naruto menyewa club malam untuk merayakan kelulusan angkatan kita. Walau pun disana nanti hanya ada murid dari sekolah kita tapi entah kenapa aku takut untuk menginjak tempat itu." Ucap Hinata.
"Kalau tempatnya seperti itu aku juga tidak sudi-"
"Kau takut nona?" Ledek Naruto yang kebetulan duduk tidak jauh dari Ino. Ini jam istrahat seharusnya Naruto tidak di kelas, tapi kenapa dia bisa disini?
"..." Ino diam tidak menggubris perkataan Naruto. Dirinya masih kesal karena ulah yang diperbuat Naruto beberapa bulan lalu hingga dirinya mendapat hukuman dari sekolah.
"Hinata bisa kau tinggalkan kami berdua?" Tidak ingin membantah Hinata pun segera pergi. Melihat sahabatnya pergi Ino segera beranjak dari kursinya untuk mengejar Hinata, namun Naruto menahan tangan Ino agar tidak bisa pergi.
"Lepas." Ujar Ino membuat murid yang berada di kelas memilih keluar.
"Tidak akan."
"Heh, aku tidak menyangka kalau Naruto Namikaze tidak akan pernah melepaskanku. Aku tersanjung." Ucapan Ino, Naruto segera melepaskannya. "Mau apa kau!?"
"Kau harus datang ke acara kelulusan yang sudah ku adakan."
"Tidak akan."
"Kalau begitu siap-siap menerima kabar pacarmu ku permalukan." Ino menatap Naruto bingung.
"Pacar?"
"Sai." Ino membulatkan matanya. "Akan ku buat dia jadi bahan ejekan satu angkatan jika aku tidak melihatmu datang."
"Kau tidak ingin kekasihmu malu sendirian kan?" Ino menggigit bibir bawahnya. Kalau boleh jujur Sai bukanlah pacar atau kekasihnya. Sai hanya sahabatnya sejak kecil, dan tentunya Ino tidak akan membiarkan Sai dipermalukan oleh Naruto. Cukup dirinya yang sudah sering dipermalukan oleh rubah pirang itu.
"Oke aku akan datang." Naruto menyeringai.
"Buktikan. Dan ku harap kau punya pakaian yang seksi." Ujar nakal Naruto sambil memperhatikan tubuh Ino dari atas sampai bawah.
Melihat tatapan Naruto, Ino langsung melayangkan pukulan pada wajah Naruto namun dengan cekatan langsung ditangkis oleh Naruto dan langsung berbalik menyerang Ino dengan memutar tubuh Ino dan melingkarkan tangan kanannya dileher gadis pirang itu.
"Gerakanmu kurang lincah Yamanaka." Ujar Naruto sambil menghembuskan nafas pada leher Ino. Sebelum melepaskan kurungnnya Naruto sempat menyentuh bongkahan pantat Ino.
"Brengsek!" Umpat Ino saat melihat pemuda itu menjauh.
.
Malam acara kelulusan yang Naruto adakan.
Muda mudi yang merupakan satu angkatan Naruto kini sedang menikmati acara yang sudah disiapkan oleh Naruto demi merayakan kelulusan mereka. Tidak terkecuali Naruto pun kini sedang menikmati minuman yang memiliki kadar alkohol cukup rendah.
"Bagaimana? Sudah ada yang melihatnya?" Tanya Naruto pada Sasuke. Sasuke menggeleng. "Cih."
"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan padanya?"
"Eemmm... tidak tau. Mungkin sedikit mempermalukannya lagi tidak apa."
"Ku pikir kau benar-benar ingin mengerjai Sai jika Ino tidak datang."
"Aku hanya bercanda Sasuke. Aku hanya ingin tau apa dia peduli pada Sai."
"Lalu jika dia peduli atau tidaknya dengan Sai, apa urusanmu?" Tanya Sasuke heran dengan kelakuan Naruto ke Ino.
"Emmm... mengisi kebosanan mungkin. Toh kalau dia datang kesini aku ingin mengerjainya, kalau tidak ya... tidak apa-apa." Ujar Naruto sambil mengedarkan pandangannya dan detik berikutnya dia melihat sosok Ino dengan penampilan yang jauh dari tema pesta malam yang Naruto adakan.
"Apa-apaan dia berpakaian seperti itu!?" Geram Naruto membuat Sasuke menatap objeck yang membuat Naruto kesal.
Disana ada Ino dengan pakaian lengan panjang dipadu dengan rok panjang semata kaki serta rambut yang dikepang. Kalau Sasuke perhatikan Ino terlihat anggun dengan pakaian itu. Tapi di pesta kelulusan ini mungkin pakaian Ino adalah pakaian yang jauh dari kata cocok untuk pesta kali ini. Pakaian rumah dan pesta malam? Jauh sekali. Melihat Naruto bangkit dan menghampiri Ino, Sasuke lebih memilih tetap duduk dan tidak ikut campur jika tidak ingin kepalanya pusing akibat pertengkaran Naruto dan Ino.
"Cih, tidak ku sangka kau menghadiri pesta seperti ini dengan baju rumah." Ejek Naruto setelah berhadapan dengan Ino.
"Masalah buatmu? Memangnya kau mengharapkan aku memakai apa? Baju kurang bahan seperti kekasihmu itu?" Ujar Ino saat melihat Sakura datang dengan pakaian minim. "Cih jangan harap. Aku datang kesini hanya ingin membuktikan ucapanku tuan Namikaze. Sekarang dimana Sai?"
"Ya, ya, ya. Tapi tidak semudah itu kau menemuinya." Ujar Naruto bohong, padahal Naruto melihat kalau Sai kini sedang berada di lantai dansa bersama teman wanita Sai. Namun agar Ino tidak menyadarinya Naruto segera menyeret Ino untuk ikut bersamanya.
"Aku pergi dulu ya Sakura."
"Beritahu aku apa hukumannya ya nanti."
"Oke."
.
Naruto dengan keadaan sadar menarik Ino menuju lantai dua. Lantai dimana terdapat beberapa kamar yang biasanya digunakan oleh tamu klub ini. Namun karena klub ini sedang disewa Naruto maka tidak ada satu orang pun yang menggunakan kamar tersebut.
"Apa yang kau lakukan!?"
"Kau ingin menemui Sai kan?"
"Dimana dia?"
"Ikut aku." Ucap Naruto dan membawa Ino ke dalam sebuah kamar. Sesampainya di dalam kamar Ino langsung mencari keberadaan Sai di setiap ruangan itu dan bersamaan itu juga Naruto langsung mengunci kamar tersebut.
"Dimana Sai?" Tanya Ino yang melihat Naruto duduk disofa.
"Dia sedang berdansa bersama teman wanitanya." Ujar Naruto santai. Mendengar hal itu Ino langsung bersiap untuk keluar dari kamar ini, namun sayang pintu terkunci dan pasti ini ulah Naruto.
"Berikan kuncinya padaku."
"Boleh. Asal kau mau menuruti keinginanku." Ujar Naruto menilai Ino dari atas ke bawah.
"Apa!?"
"Santailah." Ujar Naruto berjalan mendekati Ino. "Kau tau pestaku ini adalah pesta malam. Semua perempuan angkatan kita memakai pakaian seksi, tapi kau dengan lancangnya memakai pakaian rumah ke acaraku ini. Sebagai hukuman karena kau salah memakai pakaian aku ingin kau melepas seluruh pakaianmu..." Ino menganga. "... dan itu syarat agar kau juga bisa keluar dari sini."
"Kau pikir aku sudi." Ujar Ino sambil menjauh dari Naruto.
"Kalau kau tidak mau ya sudah. Jangan minta keluar dari sini sebelum kau melakukan apa yang aku inginkan."
"Tidak masalah. Mati bersamamu disini juga tidak apa dari pada aku harus telanjang di depanmu hanya untuk keluar dari tempat ini." Ujar Ino duduk disudut ruangan yang jauh dari tempat Naruto berdiri.
Naruto geram namun dirinya tetap mencoba menahan emosi akibat penolakan Ino.
"Seterah kau sajalah. Kau mau keluar atau tidak itu seterahmu. Bukan masalah bagiku karena kunci kamar ini ada denganku. Jika aku mau keluar tinggal aku buka dan ku kunci kau setelahnya." Ujar Naruto berbaring disofa dan memejamkan matanya.
.
Drrrt... drrrt... drrrt
Getar ponsel yang menandakan sebuah pesan masuk membuat Naruto terbangun dari tidurnya dan langsung membaca pesan itu.
From : Sasuke Uchiha.
Subjek : -
Dobe kau dimana? Pesta sudah selesai dari tadi. Ayahmu mencarimu.
Mengahlikan kembali pandangannya Naruto dapat melihat bahwa saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dan dapat Naruto lihat pula Ino yang sedang duduk dipojok sambil memeluk lututnya serta menenggelamkam wajahnya. Sepertinya Ino tertidur.
Beranjak dari tidurnya Naruto berjalan menuju Ino dan berjongkok di depan Ino. Mengingat sesuatu Naruto segera mengangkat gadis itu menuju ranjang dan menaruhnya secara perlahan. Boleh dikatakan kalau untuk saat ini Naruto bersikap lembut. Namun dibalik itu ada niat tersembunyi yang Naruto rencanakan.
Secara perlahan-lahan Naruto menarik turun rok yang digunakan Ino dan melepas seluruh pakaian gadis itu hingga benar-benar polos. Naruto terdiam dan tidak menyangka kalau tubuh milik seorang Ino Yamanaka sangat sempurna dan indah dimatanya. Dan karena itu lah niat Naruto yang awalnya hanya ingin mengambil foto telanjang Ino untuk dipermalukannya kini malah mengubah jalan pikirannya saat mata Naruto berubah menggelap dan diselimuti kabut nafsu. Hingga tanpa berpikir lagi Naruto lebih memilih menurunkan resleting celananya dan menggesekan benda itu pada milik Ino.
Mengasikan dan menyenangkan. Itu yang Naruto rasakan saat kedua alat intim mereka bertemu. Tidak ingin membuang waktu dan berlama-lama Naruto segera memosisikan bendanya di depan liang Ino dan langsung menghentakannya tanpa melakukan forplay terlebih dahulu. Karena tindakan Naruto, Ino terbangun sambil berteriak kesakitan karena ada sesuatu yang menusuknya dengan sangat dalam dan keras. Tanpa memberi kesempatan untuk Ino bernafas Naruto segera menggoyangkan miliknya dengan cepat.
"Sa-sakit!" Rintih Ino tapi Naruto tidak peduli dan terus menggenjot Ino dengan liar.
"Lepaskan aku." Ucap Ino mendorong bahu Naruto namun dengan mudah ditangkap dan ditahan oleh Naruto di sisi kepala Ino.
"Tidak ku sangka kau punya tubuh yang indah Yamanaka. Kalau tau seperti ini mungkin aku akan merencanakan sesuatu lebih awal agar bisa melihatmu seperti ini." Ujar Naruto sedangkan Ino hanya menggeleng mendengar ucapan kurang ajar Naruto.
"Sakit. Lepaskan aku."
"Kau bilang apa?" Tanya Naruto pura-pura. "Nikmat, dan kau ingin lebih cepat? Tidak masalah."
"KYYAAKK!..." Jerit Ino saat Naruto menambah kecepatannya dan tidak lama kemudian memuntahkan sesuatu di dalam tubuhnya bersamaan dengan keluarnya cairan milik Ino.
"Cukup hebat kau Yamanaka. Kita satu sama. Tapi aku tidak akan mungkin mengalah padamu, jadi lebih baik kita lanjutkan permainan ini."
"Tidak. TIDAAAKK!..." Teriak Ino saat Naruto membalik tubuhnya dan memasukannya kembali lewat belakang. Kejadian itu pun berlangsung cukup lama.
.
Disebuah kamar salah satu klub malam kini terdengar suara isak tangis seorang gadis berambut pirang yang tergeletak di atas kasur dengan tubuh meringkuk dan terselimut kain putih menutupi tubuh polosnya. Tidak jauh darinya kini Naruto keluar dari kamar mandi dan langsung memakai pakaiannya kembali. Setelah dirasa cukup rapi Naruto menatap sosok wanita menyedikan yang kini hanya menangis karena sudah diperkosa olehnya.
"Sampai kapan kau akan seperti itu heh?"
"..." Ino diam.
"Cepat bangun dan bersihkan dirimu lalu pergi dari sini." Ujar Naruto dengan nada memerintah namun Ino tetap diam.
"Kau tidak mendengarku! Apa kau mau kita bersenang-senang seperti semalam?" Ino tetap diam dan itu membuat Naruto kesal dan bersiap mendekati wanita itu. Namun langkahnya terhenti saat ada suara ketukan yang di dengarnya. Saat membuka pintu kamar rupanya Sasuke sudah berdiri di depan dengan tatapan malasnya.
"Kau menginap disini tapi tidak bilang orang tuamu? Ibumu khawatir dan aya- Ino?" Ucapan Sasuke terhenti saat mendengar isakan dari Ino di dalam kamar itu. "Kau... Ino..."
"Apa? Kami sama-sama mabuk dan tidak sengaja melakukannya. Lebih baik kita pulang." Ujar Naruto dan langsung pergi bersama Sasuke meninggalkan Ino yang semakin terisak sendirian saat mendengar perkataan Naruto.
'Sama-sama mabuk? Bahkan kau melakukannya dengan sadar Naruto. Dan kau memaksaku, tapi kenapa kau berkata seperti itu?' Batin Ino miris.
'Setidaknya aku tidak dituduh memperkosanya.' Batin Naruto meniggalkan klub itu.
.
2 bulan kemudian.
Dua bulan sudah sejak kejadian itu terjadi kini baik Ino mau pun Naruto sudah tidak bertemu lagi. Ya, tidak bertemu lagi karena mereka berdua sudah melanjutkan sekolah di kampus yang berbeda. Berpisah dengan sikap cuek dan acuh tanpa saling berbicara atau mengungkit kejadian yang mereka lakukan, bahkan saat mereka berpapasan di sekolah lama mereka untuk mengambil ijazah kelulusan, mereka berdua terkesan seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain.
Namun setelah dua bulan tidak bertemu kini keduanya dipertemukan kembali dalam rangka festival yang diadakan Kampus Kirigakure yang mengundang siswa/ siswi kampus lain untuk menghadiri dan memeriahkan festival itu.
Pertemuan mereka berdua tidak jauh berbeda dengan yang dulu. Diwarnai dengan tatapan tajam dan umpatan kesal Naruto, namun kali ini Ino tidak meladeni Naruto dan memilih diam karena tidak ingin mencari masalah lagi dengan Naruto. Selain itu kondisi tubuhnya yang tidak enak membuatnya cepat capek dan lelah.
"Ino kau tidak apa?" Tanya pemuda yang nyaris mirip dengannya. Itu Deidara, kakak Ino yang datang bersamanya.
"Aku tidak apa. Mungkin masuk angin saja." Ucap Ino menahan mual.
"Lebih baik kau istirahat dulu."
"Iya. Aku tunggu kakak dibangku itu ya." Ujar Ino melangkah, namun baru beberapa langkah Ino pun limbrung dan membuat semua orang menatapnya. Beruntung Deidara langsung sigap dengan adiknya. Tanpa buang waktu Deidara membawa Ino menuju ruang kesehatan milik Kirigakure tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatap kepergiannya.
.
"Kau sudah sadar?" Tanya Deidara yang melihat adiknya mengerjap mata beberapa kali.
"Dimana aku?"
"Diruang kesehatan Kirigakure." Ino terdiam untuk menghilangkan pusing dikepalanya.
"Dengan siapa kau pernah tidur?" Pertanyaan Deidara sukses membuat Ino menatap sang kakak.
"Maksudnya?" Tanya Ino sedikit gugup.
"Kau pernah tidur dengan lelaki kan?" Ino menggeleng. "Kalau begitu bisa jelaskan bagaimana kau bisa HAMIL?" Tanya Deidara membuat Ino membulatkan matanya.
"Ha... mil..."
"Sekarang katakan siapa lelaki itu!?" Tanya Deidara tidak sabar. Ino menunduk.
"Katakan siapa dia?"
"Hiks... hikss..."
"Aku butuh jawabanmu Ino! Bukannya tangisanmu! Katakan siapa lelaki itu!?" Tanya Deidara lagi membuat Ino takut.
"SIAPA DIA INO!?"
"Na-Naruto... Namikaze..."
.
"Apa?" Kushina syok saat mendengar seorang ibu dating kerumahnya dengan membawa anak perempuan dan berkata bahwa anaknya telah dihamili oleh Naruto. "Tidak mungkin."
"Apa kau pikir anakku berbohong!?" Ujar Shion selaku ibu Ino.
"Tapi-"
"Permisi." Suara Sasuke membuat ucapan Kushina terhenti dan membuatnya menatap sosok yang membawa anaknya.
"Sasuke, Naruto kenapa?" Tanya Khawatir Kushina melihat wajah Naruto babak belur.
"Dia berkelahi lagi dengan orang."
"Kalau begitu tolong bawa dia ke ka-"
"Tidurkan dia disofa." Suara Minato memotong perkataan Kushina. Sasuke menurutinya. Setelah Naruto ditidurkan di sofa Minato pun mengambil segelas air dan menyiramkan air tersebut pada wajah Naruto. Reflek Naruto terbangun dengan rasa nyeri di wajah.
"Ayah apa-apaan sih!?"
"Aku yang harusnya bertanya, kenapa kau bertengkar!?" Tanya Minato tidak suka.
"Bersenang-senang." Jawab Naruto lalu pandangannya mendapati banyak orang asing baginya. "Ada apa ini? Dan kenapa kau disini!?" Tanya Naruto saat melihat Ino.
"Cih, ternyata anak berandal." Koment Inoichi saat melihat Naruto.
"Sasuke kau mau kemana?" Tanya Minato yang melihat Sasuke menjauh.
"Sepertinya ada masalah dengan kalian, jadi lebih baik aku pulang." Jawab Sasuke.
"Sebelum pulang aku ingin bertanya. Apa kau pernah melihat mereka berdua masuk kamar yang sama diluar lingkungan rumah? Jawab jujur." Pertanyaan Minato membuat Sasuke dan Naruto bingung.
"Ayah kenapa bertanya seperti itu pada orang lain!? Kenapa tidak menanyakan aku saja. Dan apa hubungannya dengan wanita itu!?"
"Diam. Aku ingin mendengar jawaban dari Sasuke. Bagaimana Sasuke?"
"Aku tidak pernah melihat mereka masuk dalam satu kamar, tapi aku pernah melihat Naruto keluar dari kamar yang sama dengan Ino dan berkata-" Sasuke menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu.
"Berkata apa Sasuke?"
"..."
"Sasuke?"
"Dia berkata...
'Kami sama-sama mabuk dan tidak sengaja melakukannya. Lebih baik kita pulang.'
... begitu."
"Jadi benar kau yang menghamili dia." Ujar Minato menatap Naruto.
"Hamil?" Naruto menatap Ino.
"Tidak mungkin. Aku... bukan aku yang menghamilinya, bisa saja orang lain." Elak Naruto. "Hei katakan kalau kau tidak hamil karenaku."
"Kau memang yang melakukannya, dan aku tidak pernah melakukannya selain dengan-"
"BOHONG!"
BUAAAG...
Deidara menonjok wajah Naruto dengan kencang.
"Pengecut. Kalau seperti ini lebih baik aku tidak mengizinkan adikku menikah denganmu." Ujar Deidara kesal.
"Aku juga tidak sudi." Deidara geram.
"Ayah! Ibu! Kita pulang sekarang. Aku tidak akan membiarkan Ino menikah dengannya." Ucap Deidara pada orang tuanya. "Dan kau Ino, kita langsung ke rumah sakit."
"Mau apa?" Tanya Ino takut.
"Aku tidak sudi punya keponakan dari lelaki pengecut dan berandal seperti dia."
"Jangan!" Cegah Kushina. "Kalau kau melakukan itu kau sama saja membunuh cucu kami."
"Aku tidak peduli."
"Biarkan kami ikut bertanggung jawab atas kesalahan anak kami." Ujar Minato. "Minggu depan adalah pernikahan mereka dan tidak akan ada yang bisa membatalkannya." Keputusan sepihak sudah dibuat oleh Minato.
"Aku tidak mau." Tolak Naruto.
"Aku juga tidak mengizinkan mereka menikah." Ucap Deidara.
"Mau tidak mau, suka tidak suka pernikahan akan tetap dilaksanakan." Putus Minato dan Inoichi pun menyetujuinya.
"Kak biarkan aku menikah dengannya, aku tidak mau kalau anakku tidak memiliki ayah." Ucap lirih Ino sambil membelai perutnya yang masih rata.
"Baiklah. Aku izinkan. Tapi jika dia bertindak tidak menyenangkan kau bilang padaku ya."
"Iya."
Sedangkan sisi Naruto kini dia mengumpat kesal. "Sial!"
End flashback.
.
.
.
.
.
Maaf jika jelek, Kira-kira apa masih ada flashback yang lainnya lagi gak ya? Atau apakah akan ada scenes tersembunyi lagi? Mending ikuti saja terus fic yang aslinya agar tau bagaimana alurnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih untuk pembaca "Ayah? Ibu?" dan "Hiden Chap Ayah? Ibu?". Thanks for all.
