Naruto by Masashi Khisimoto
Kau Tetap Anakku by choco conaru
Main Chara
-Sasuke Uchiha X Hinata Hyuuga X Itachi Uchiha
Warning : AU, typo, pasaran, gaje, jelek.
Summary : memiliki seorang anak yang normal baik fisik mau pun mental adalah hal yang didambakan setiap orang tua. Baik itu dari kalangan bawah atau pun kalangan atas. Tapi bagaimana bila kalian seperti Sasuke Uchiha yang telah mendapatkan anak yang kurang normal?
.
.
Pemberitahuan : ini fic bukan punya saya, tapi saya sudah dapat izin dari yang buat untuk mengupdate kembali. Dulu pernah diupdate, sekarang sudah dihapus.
.
.
Hinata POV
Perkenalkan namaku Hinata Hyuuga (27 tahun) atau mungkin bisa dipanggil Hinata Uchiha. Ya nama margaku telah berganti dari keluarga Hyuuga menjadi Uchiha karena aku telah menikah dengan putra bungsu dari keluarga Uchiha, yaitu Sasuke Uchiha (29 tahun).
Sasuke menikahiku karena kami saling mencintai dan keluarganya pun setuju bila Sasuke menikah denganku. Sasuke memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Itachi Uchiha yang telah memiliki seorang istri bernama Konan.
Kadang aku iri melihat kebersamaan yang ditunjukan oleh Itachi dan Konan apa lagi dengan kehadiran anak mereka. Bukannya aku iri karena aku belum mempunyai anak, aku punya kok anak, bahkan saat melahirkan anakku bertepatan dengan kelahiran anak Itachi dan Konan. Jadi bisa dibilang aku dan Konan memiliki anak yang lahir pada jam dan waktu yang sama.
Kalian pasti berpikir kalau aku sudah punya anak kenapa aku harus iri dengan mereka. Jawabannya hanya ada 1 yaitu...
Aku iri melihat kedekatan Itachi dan anaknya yang selalu bisa meluangkan waktu bersama. Sedangkan Sasuke, dia selalu bersikap dingin pada anak kami, walau pun tidak denganku.
(Kenapa memangnya?)
Mungkin dia kecewa dengan keadaan anak yang aku lahirkan. Mungkin bukan hanya dia saja yang kecewa tapi orang tuaku dan mertuaku juga kecewa.
Baiklah aku akan bercerita sedikit kepada kalian. Tolong simak baik-baik curhatanku.
Memiliki seorang anak merupakan keinginan terbesar bagi sebuah keluarga. Apa lagi jika kita memiliki seorang anak yang terlahir normal baik fisik dan mentalnya. Dulu sebelum aku menikah dengan Sasuke aku juga selalu bermimpi memiliki seorang anak yang cantik atau tampan, dan juga normal. Tapi sepertinya Tuhan tidak mengizinkan aku memiliki seorang anak yang normal.
7 tahun lalu saat kehamilanku sudah memasuki tahap akhir dan akan segera melahirkan seorang bayi semua orang senang dan bahagia. Apa lagi dari keluarga suamiku yang akan mendapatkan 2 cucu sekaligus. Yaitu cucu dariku dan Konan.
.
Flashback 7 tahun lalu
Saat itu aku bersama dengan Konan berada di dalam ruang persalinan. Yang menandakan aku dan Konan sebentar lagi akan melakukan proses melahirkan. Aku dan Konan melakukan persalinan di ruang yang sama. Kata ayah mertuaku agar saat bayiku dan bayi Konan lahir bersamaan mereka bisa langsung melihat kedua cucu mereka.
Waktu persalinan terus berjalan antara aku dan Konan. Konan jauh lebih enak, di saat seperti ini Itachi masih bisa menemaninya. sedangkan aku, aku sendirian. Sasuke masih dalam perjalanan dari kota Suna ke kota Konoha, mungkin dia akan sampai saat aku selesai melahirkan. Persalinan kami dilakukan dengan dua dokter yang berbeda. Saat itu juga aku harus bertarung antara hidup dan matiku untuk melahirkan buah hatiku dan Sasuke.
"Ayo terus Nyonya Hinata kepala bayi anda sudah mulai terlihat." Ucap dokter yang menanganiku. Tidak lupa juga aku bisa mendengar suara dokter yang menangani Konan. "Terus Nyonya Konan, sedikit lagi."
Dan bersamaan dengan aba-aba dari kedua dokter yang menangani kami akhirnya bayi kami berdua lahir secara bersamaan. Setelah berhasil melahirkan bayiku tiba-tiba pandangan ku gelap dan saat itu aku jatuh pingsan karena kelelahan. Tapi sebelumnya aku sempat mendengar suara bayiku.
.
Setelah beberapa lama pingsan akhirnya aku sadar dari pingsanku. Saat sadar aku bisa melihat ada ayahku (ibuku sudah tidak ada), mertuaku, Itachi dan Sasuke di dalam ruangan ini. Rupanya saat aku pingsan aku sudah di pindahkan keruangan lain bersamaan dengan Konan. Ku lihat Konan yang berada di sebelahku sedang menyusui bayinya. Melihat itu aku jadi ingin menyusui bayiku sendiri.
"Sasuke dimana anak kita?" Itu lah kalimat pertama yang aku keluarkan sesaat setelah aku selesai melakukan operasi.
Hening. Tidak ada yang menjawab. Bahkan saat ku lihat Konan dia seperti menatapku dengan pandangan iba. 'Hei apa yang perlu kau kasihani dariku?' Begitulah saat aku melihat wajah Konan.
"Sasuke dimana anak kita?" Ulang ku sekali lagi. Tapi lagi-lagi tidak ada yang menjawab, bahkan orang tuaku, mertuaku, kakak iparku, dan suamiku.
KLAK...
Saat ingin menanyakannya sekali lagi tiba-tiba suara pintu terbuka dan menampakan sosok suster yang membawa makhluk mungil ditangannya. Aku tersenyum saat melihat suster itu membawa anakku.
"Nyonya ini bayi anda, silahkan beri ASI pada bayi anda." Ujar suster tersebut sambil memberikan bayi itu padaku.
Setelah memberikannya padaku suster itu pergi dari ruangan ini. Akhirnya aku bisa melihat bayiku. Tapi entah mengapa semua yang ada di situ memandang bayiku dengan tatapan tidak suka. Ada apa ini?
'Bayiku tampan sekali ya.' Pikirku saat melihat wajah bayi itu. Tapi saat sedang membelai bayiku ada sesuatu yang membuatku merasa ganjil saat meraba bagian kaki bayiku. Merasa penasaran aku buka selimut yang membungkus bayiku.
Bagai disambar petir saat ku lihat keadaan bayiku. Pantas saja mereka tidak suka melihat bayiku ini. Bayiku cacat, Bayiku memiliki kaki yang pendek sebelah. Melihat hal ini membuatku sedih sekali. Anak yang selama ini aku impikan ternyata cacat.
"Lebih baik kau taruh bayi itu di panti asuhan Hinata. Ayahmu setujuh untuk melakukannya." Ujar ayah mertuaku membuatku terkejut.
"Apa? Ditaruh di panti asuhan? Tidak. Aku tidak mau. Ini anakku." Tolakku sambil memeluk bayiku.
"Tapi dia cacat. Keturunan Uchiha tidak ada yang cacat." Ucap ayah mertuaku lagi dengan pedas.
"Biarpun dia cacat dia tetap anakku. Sasuke! Apa kau tidak bisa membela anak kita hah?" Ucapku emosi pada Sasuke.
"Ayah benar Hinata. Dia (bayi ini) bisa membuat malu keluarga kita." Ucap Sasuke. Aku tidak bisa percaya dengan ucapannya. Dia seorang ayah tapi kenapa tega bicara seperti itu.
"Bila kalian tidak mau menerimanya. Biar aku yang mengurus anak ini sendirian. Dan aku akan pergi dari kehidupan kalian semua." Ucapku sambil mencoba turun dari ranjang. Tapi tiba-tiba Sasuke menahanku, sedangkan yang lain tidak. Mereka tidak menahanku. Mungkin mereka memang tidak menginginkan bayi ini.
"Baik kalau kau masih mau mengusurnya tidak apa. Asalkan kau tidak pergi dariku. Aku masih mencintaimu" ucap Sasuke sambil memelukku.
"Baik. Asal kalian bisa menerimanya sebagai keluarga kalian juga." Ucapku sambil menatap mereka semua. Tanpa bicara mereka semua pergi meninggalkan ruangan ini. Kecuali Itachi dan Sasuke serta Konan dan anaknya.
Melihat tingkah mereka sepertinya mereka tidak akan pernah bisa menerima kehadiran bayiku. Tapi aku akan terus menjaga anakku dan aku tidak ingin anakku tumbuh tanpa mengenal siapa kakek, nenek, serta pamannya apalagi ayahnya.
End Flashback
.
Dari dulu hingga kini mereka tidak pernah bisa menerima kehadiran anakku. Bahkan sampai sekarang mereka semua terus membeda-bedakan antara Ryo (anak Konan) dan Daisuki (anakku). Mungkin hanya Itachi dan Konan yang sudah mulai menerima kehadiran anakku.
Tapi aku tetap tidak suka dengan sikap pilih kasih mereka. Mereka terlalu pilih kasih, apa lagi ketika Ryo dan Daisuki berulang tahun. Setiap mereka ulang tahun Ryo selalu merayakan pesta besar bersama mertuaku, orang tuanya, tamu undangan bahkan Sasuke pun lebih memilih merayakan ulang tahun Ryo. Sedangkan Daisuki selalu berada dikamar saat dihari ulang tahunnya, bukannya karena Daisuki tidak mau merayakannya tapi karena omelan dan makian yang diterimanya dari ayah dan ibu mertuaku bila Daisuki ikut merayakannya bersama Ryo.
Pernah saat hari ulang tahunnya yang kelima aku melihatnya sedang menangis di atas kasur sambil memeluk guling. Saat aku masuk kedalam kamarnya, Daisuki langsung menghapus air matanya buru-buru dan langsung memasang senyum. Tapi aku tahu itu hanya topeng yang dia gunakan. Aku tidak akan pernah mengungkit kenapa dia menangis atau pun sedih. Karena bila aku menanyakan hal itu pasti dia akan lebih sakit lagi.
Saat hari ulang tahunnya pun aku pernah melihat dia sedang mengintip kamar Ryo saat tengah malam dan setelahnya dia pun kembali ke dalam kamar. Rasa penasaran ku datang. Ku coba mengintip kamar Ryo aku melihat banyak sekali tumpukan hadiah di dalam kamarnya. Perasaanku pun jadi tidak enak. Dan ku putuskan untuk mengintip keadaan Daisuki.
Di depan pintu kamarnya ku intip Daisuki yang sedang duduk di atas kasur sambil menimang tiga buah kado. Ya hanya tiga buah saja, tidak banyak seperti hadiah Ryo. Hadiah itu pun dari aku, Itachi, dan Naruto serta Sakura.
Ya, selain Itachi dan Konan. Naruto dan Sakura sebagai orang luar dari keluargaku bisa menyayangi anakku dengan tulus. Kadang aku heran Naruto yang bukan keluarga Daisuki saja bisa menyayangi dan memberikan kado pada Daisuki. Sedangkan Sasuke yang statusnya sebagai ayahnya saja malah acuh tak acuh.
Aku sedih bila melihat Daisuki seperti itu. Selalu diasingkan dengan keluarganya sendiri. Dan untuk itu aku akan terus berusaha untuk terus di sampingnya. Dan aku berharap semoga suatu hari nanti keluargaku bisa menerima kehadirannya sama seperti mereka menerima kehadiran Ryo.
End Hinata POV
.
.
.
.
Itachi POV
Hidup penuh dengan kebohongan merupakan suatu hal yang terus menghantuiku. Andai saja dia (Daisuki) terlahir menjadi normal mungkin saja nasibnya tidak akan seperti ini dan aku tidak harus menyimpan suatu kebohongan besar terhadap diriku sendiri dan orang lain.
Aku Itachi Uchiha mempunyai sebuah kebohongan terbesar dalam hidupku. Tidak ada yang tahu tentang kebohongan ini. Baik itu orang tuaku, istriku, adikku bahkan Hinata sekali pun. Hanya aku yang tahu rahasia ini.
Kebohonganku yang teramat besar dan membuatku selalu merasa bersalah adalah...
Aku sebagai seorang ayah telah tega menukar anakku sendiri dengan anak adikku. Ya, aku menukar anakku yang cacat dengan anak Sasuke yang terlahir dengan normal.
Daisuki sebenarnya adalah anakku dan Konan. Sedangkan Ryo merupakan anak dari Hinata dan Sasuke. Aku sengaja menukar anakku dan anak Sasuke. Alasannya hanya satu, yaitu...
Aku tidak mau melihat istriku sedih dan kecewa.
Bukannya apa-apa, usia pernikahanku dan Konan lebih tua 2 tahun dibanding dengan pernikahan Sasuke dan Hinata. Sebelum Sasuke menikah, Konan sudah pernah hamil 2 kali tapi sayangnya dia mengalami keguguran. Saat mengalami keguguran Konan syok menerima kenyataan itu sehingga dokter menyuruhku untuk tidak membuatnya syok lagi lain waktu.
Dan karena itu aku menukar bayiku dengan bayi Sasuke. Aku tidak mau membuat Konan syok atas keadaan bayi kami yang cacat. Maka setelah persalinan antara Konan dan Hinata selesai dan saat aku tahu bayiku cacat aku meminta pada dokter untuk menukar bayi ini.
Awalnya dokter tidak mau melakukannya tapi aku berusaha mengiming-imingkan mereka dengan uang yang banyak dan akhirnya mereka mau juga melakukannya. Dan untungnya bayi Sasuke dan Bayiku memiliki ciri-ciri yang sama. Rambut hitam serta mata hitam.
Saat melihat Konan yang senang dengan kehadiran bayi Sasuke (yang sekarang menjadi milikku) aku merasa senang sekali. Tapi melihat kesedihan Hinata membuatku merasa menyesal apa lagi saat dia bilang "Biarpun dia cacat dia tetap anakku."
Kalimat itulah yang membuatku menyesal dan tidak enak. Aku yang ayahnya tidak bisa menerimanya tapi Hinata yang hanya sekedar bibinya mau menerima dan mempertahankan bayiku (yang sekarang menjadi anaknya). Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.
Tahun terus berganti tahun karena Hinata dan Sasuke tinggal bersama ayah dan ibu sepertiku, aku jadi bisa melihat bagaimana perkembangan anak kandungku. Dia menjadi anak yang kuat walau pun fisiknya lemah. Aku menyesal karena telah menukar dia.
Dan hari ulang tahun Daisuki dan Ryo merupakan hari yang mereka nanti. Tapi sayang setiap hari perayaan mereka ibu dan ayah selalu menyuruh Daisuki untuk diam di dalam kamar sehingga ucapan itu langsung dituruti olehnya.
Daisuki dan Ryo memiliki kecerdasaan yang sama-sama besar. Tapi karena fisik Daisuki yang terbatas membuatnya selalu diasing di keluarga ini. Aku sedih bila saat bertemu dengannya dia seperti sedang mengintip Ryo yang sedang bercanda dengan kakek dan neneknya. Kadang saat mengintip kedekatan Ryo aku melihatnya meneteskan air mata tanpa isakan.
Ingin aku datang kepadanya, memeluk tubuh kecilnya dan berkata "Jangan menangis anakku." tapi penyesalanku membuat diriku takut untuk mendekatinya. Bukannya takut akan fisiknya. Tapi takut akan rasa bersalahku padanya yang sudah menukar dirinya dengan Ryo.
Tapi aku berterima kasih sekali pada Hinata karena dia sudah merawat anakku dengan kasih sayang yang tulus seperti seorang ibu pada anak kandungnya. Dan aku juga berterima kasih padanya karena Hinata masih mau berdiri di samping Daisuki saat tidak ada seorang pun yang menginginkannya.
Terima kasih Hinata kau mau merawat Daisuki. Dan maafkan ayah yang telah tega menukarmu karena memikirkan keegoisan ayah akan ibu aslimu Daisuki. Sekali lagi maafkan ayah Daisuki, putra kandungku. Ayah tidak tahu sampai kapan permainan yang telah ayah buat sendiri ini akan berakhir. Tapi intinya ayah akan selalu menjagamu dan melindungimu dari belakang.
I LOVE YOU DAISUKI. Kau Tetap Anakku.
End Itachi POV
.
.
.
.
.
Tbc...
