.

Naruto milik om Mashashi Kishimoto

Pairing: Sasuke x Sakura

Warning: OOC, Typo(s) alur pasaran, abal-abal.

.

Happy Reading

.


TING!

Lift itu berdenting ketika mencapai lantai terbawah. Aku berjalan keluar dan mengabaikan berbagai macam sapaan dari pegawai yang kebetulan berpapasan denganku seperti biasanya.

"Hari ini ada rapat dengan tuan Deidara di BPC." Kakashi membacakan scedule hari ini. "Setelah itu ada pertemuan dengan para investor asing mengenai proyek kita yang sedang berjalan di Kiri."

"Hn, sepertinya jadwal hari ini akan sangat padat." Aku mengeluh. "Ada lagi?" tanyanku pada Kakashi yang menjadi kaki tanganku sejak 5 tahun lalu.

"Malam nanti anda diundang makan malam oleh tuan Jiraiya untuk membicarakan kerjasama yang anda tawarkan bulan lalu."

Aku mengangguk mengerti, "Sudah kau selidiki kenapa perusahaan milik si tua bangka itu bisa jatuh?"

"Sudah, dari data yang saya dapat, perusahaan itu hancur karena lilitan hutang pada Bank, tuan Jiraiya tergolong orang yang gila judi, dia bisa menghabiskan puluhan juta untuk sekali main, sebab itu perusahaanya kini terancam bangkrut."

Aku menyeringai, ini adalah santapan yang lezat. Aku memang suka merampas perusahaan-perusahaan kecil yang sedang dililit hutang, awalnya kutawarkan uang pinjaman untuk membenahi perusahaan mereka yang hampir hancur, namun jika mereka tetep tidak bisa bangkit dan tidak bisa membayar uang pinjaman maka perusahaan merekalah sebagai gantinya, dengan begitu aku semakin mengepakaan sayapku di dunia bisnis. Bukan mafia, setidaknya aku jauh lebih mempunyai hati dari pada para mafia hutang.

"Beri pinjaman sebanyak yang ia minta, tunggu sampai dia tidak bisa membayar dan kita akan ambil alih perusahaan itu." ujarku.


Black Paper Cafe, seperti yang sudah dijadwalkan jika siang ini ada pertemuan dengan Deidara. Ku edarkan pandanganku, mencari sosok pria bersurai kuning. "Di sana rupanya," aku menggumam seraya melangkah mendekat. "Sudah lama? Maaf sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan," ujarku pada pria asing di depanku.

Pria asing itu terkekeh, dia mengibaskan tangannya beberapa kali tanda tak masalah. Sedikit merinding dengan tingkahnya yang seperti tadi, aku takut jika dia memiliki kelainan seksual, bisa-bisa dia naksir padaku.

"Pelayan, bawakan sebotol soda." Serunya.

"Kita mulai saja, aku tidak suka berlama-lama." Kataku lantas membuka berbagai berkas yang kubawa, menjelaskannya secara detail pada pria asing yang kutahu bernama Deidara ini.

"Ini pesanan anda tuan,"

DEG!

Aku merasakan pukulan kecil di dadaku saat mendengar suara selirih terpaan angin di samping kiriku. Seketika kepalaku menoleh untuk melihat sosok itu dan betapa terkejutnya aku sekarang. "Sakura?" bibirku menggumamkan namanya, wanita dengan pakaian pelayan itu menoleh padaku, namun bedanya tidak ada keterkejutan di wajahnya seperti yang aku lakukan tadi. Sial! Masih marah kah padaku?

Apa perlu kuceritakan? Hn, wanita itu Haruno Sakura, mantan istriku. Kami menikah 7 tahun lalu, hanya bertahan selama 6 bulan, aku menceraikannya. Saat itu usiaku masih 23 tahun, aku menjalin hubungan dengan teman semasa kuliahku dulu dibelakang Sakura. Asal kalian tahu, keluarga kelas atas seperti kami sering melakukan pernikahan yang didasari bisnis keluarga. Aku mengutuki peraturan konyol itu. Aku punya kehidupan, punya duniaku sendiri lantas kenapa orang lain harus mengatur hidup dan duniaku? Seenaknya saja menyuruhku menikah dengan orang yang tidak kukenal sama sekali.

Sakura sering melihatku jalan bersama Karin, namun dia diam saja. Mungkin dia pun sama denganku, tidak suka pada suatu hubungan yang mengikat seperti nikah muda pada saat itu. Namun alasan terbesarku menceraikannya bukanlah soal siapa yang kucintai, aku memiliki alasan lain dibalik semua kebrengsekanku saat itu. Setelah perceraian, tidak kudengar lagi kabar mengenai keluarga Haruno, tidak juga dengan putri semata wayang mereka. Namun hari ini, untuk pertama kali setelah sekian lama aku melihatnya kembali.

Sakura tidak menggubrisku, dia kembali ke tempatnya untuk melayani pelanggan yang kian membeludak mengingat sekarang adalah jam makan siang. Kupandangi dirinya dari tempatku, dia terlihat berbeda dari 7 tahun lalu. Tubuh kurusnya kini terlihat berisi dibeberapa tempat tertentu namun tidak mengubah tinggi badannya yang terbilang mungil, wajahnya yang dulu terlihat polos sekarang telihat begitu tegas. Bibirnya... sial, apa yang sedang aku pikirkan! Kufokuskan kembali perhatianku pada dokumen yang akan kupresentasikan, hasil akhirnya kami melakukan tandatangan kontrak untuk pembangunan resort di Highland Kiri.


Satu minggu, tak kusangka sudah satu minggu berlalu pasca pertemuan tak terduga dengan Sakura. Lagi, darahku berdesir ngilu saat terbayang wajah mantan istriku yang tak bisa kupungkiri kalau dia sangat cantik. Brengsek, kenapa aku baru sadar sekarang? Memangnya kemana saja aku ini!

Di sinilah aku terpekur, di dalam mobil Ferrari hitam kesayanganku. Menatap bangunan cafe terkenal di depan sana, berharap sosok yang menghantuiku seminggu ini memunculkan diri. Setidaknya aku bisa melihatnya berlalu-lalang di dalam sana, mengantarkan pesanan pelanggan.

"Halo, Kakashi. Bisa kau selidiki seseorang untukku? Kukirim fotonya sekarang, aku mau nanti hasilnya dikirim malam ini juga."

Ya begitulah, aku tidak suka menunggu terlalu lama untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, lebih tepatnya aku tidak suka dibuat penasaran. Errr.. oke, aku sedang dibuat penasaran oleh sosok mantan istriku itu. Setahuku keluarganya sangat kaya, lantas kenapa dia bekerja di cafe? Menjadi pelayan? Damn! Aku tidak bisa membayangkan seburuk apa hidupnya.

Apa yang aku lakukan?! Uchiha tolol, kenapa bisa kakiku berjalan tanpa perintah dari otakku huh?

"Ada yang bisa saya bantu?" tegur sosok itu padaku.

Glek!

Brengsek, kenapa suaraku tiba-tiba hilang begini? Tenang Sasuke, dia bukan Shion si model celana dalam, dia hanya mantan istri yang kau campakkan demi ke-egoisanmu. "Ekhm..." aku berdehem untuk mengembalikan wibawaku yang sempat tercecer.

"Kopi hitam dengan dicampur creamer?" dia mendahuluiku namun apa yang diucapkannya sangat tepat. Tunggu, bukankah itu menandakan kalau dia hapal apa yang aku suka-

"Aku juga pesan-"

"Satu sandwich tanpa sayuran?" ia kembali menginterupsi, aku mengangguk kecil, sebuah seringai terbit begitu saja dibibirku. "Pesanan anda akan datang dalam waktu 10 menit." katanya kemudian melenggang pergi.

-dan dia hapal apa yang tidak kusuka? Sejauh mana dia mengenalku, bahkan aku saja tidak ingat kapan aku pernah menghabiskan waktu berdua dengannya kecuali saat tidur. Itupun karena kami saat itu tinggal di rumah orang tuaku, bisa dipenggal jika Ibuku tahu kalau aku dan dia tidur di kamar terpisah.

Ada debaran yang tak normal saat mataku menangkap tubuh Sakura yang sedang wara-wiri mengantarkan pesanan. Padahal Sakura memakai seragam kebesaran, lihat saja lengannya yang tenggelam begitu. Ada apa denganmu, Sasuke?

"Bagaimana kabarmu?" aku bertanya padanya yang sibuk meletakkan secangkir kopi dan sandwich pesananku tadi.

Emerald-nya menatapku tajam, namun bibir sensual itu bergerak pelan, "Seperti yang kau lihat, aku baik."

Sial! Apa aku sedang tertarik pada mantan istriku sendiri? Kutahan tangan Sakura saat ia hendak pergi, "Bisa kita bicara?"

"Tidak."

Astaga... manis sekali penolakannya, aku jadi ingin menyeretnya kepelukanku. Ayolah, seorang Uchiha tidak menerima penolakan, jika tidak dengan cara halus maka dengan sangat terpaksa menggunakan cara kasar, maksudku dengan memaksanya.

"Kaa-chan..."

Konsentrasiku buyar saat seorang anak laki-laki berlari ke arah Sakura, memeluk kakinya dengan erat. Wanita itu menunduk dan segera mengangkat tubuh anak lelaki itu kemudian mencium kedua pipinya gemas. Bisakah aku saja yang menggantikan pipi anak itu?

"Kenapa datang ke sini? Kaa-chan sedang bekerja!" hardik Sakura pada bocah itu.

Jadi itu benar-benar putranya? Apa dia sudah menikah lagi setelah bercerai denganku? Kenapa aku harus merasa kecewa? Kenapa ada rasa ngilu yang tiba-tiba saja merayapi dadaku?

"Aku yang mengajaknya ke sini, kebetulan aku sedang menjemput kakakku di dekat sekolahnya, jadi sekalian mampir dan mengajaknya kemari." Seorang pria berambut merah yang kutebak seusia dengan Sakura baru saja menyela dan mendekat ke arah Sakura yang sedang menggendong anak lelaki itu.

Cih, alasan paling klise yang selalu dikarang oleh para laki-laki yang sedang kasmaran. Cenderung mereka akan melakukan hal-hal yang bisa menarik simpati si wanita dengan magic word sebuah "Kebetulan". Brengsek, memikirkan motif laki-laki itu entah kenapa membuat dadaku semakin berdenyut nyeri.


A/n: ini karya kedua aku, moga banyak yang suka yah... review pleaseee :)