My Optimus Dan!

"Sincerely, surely, falling in love"

OngNiel Couple

Seongwoo Ong x Daniel Kang

! Don't try to take other people's work without permission

! Budayakan meninggalkan jejak setelah membaca

! Rated T

! Want to request ff? DM me

Enjoy it

.

.

"Okasan!" Bocah laki-laki itu tergesa. Menggenggam erat sebuah robot kecil dalam pelukkannya. "Okasan! Okasan!" Mencoba menarik perhatian sang ibu, bocah itu meremat ujung dari celemek yang menggantung pada tubuh si wanita.

"Oh, Seongwoo. Ada apa, sayang?" Sedikit merunduk, mencoba mensejajarkan dirinya dengan sang anak. Wanita itu menghapus jejak coklat yang tampak masih tertinggal pada sudut bibir Seongwoo. "Okasan, apakah kamu tahu dimana otosan berada? Dia tidak ada dimana pun." Menunggu dengan tatapan polosnya, sang ibu menarik kurva pada ujung bibirnya. Sesaat menepuk puncak kepala sang anak gemas. "Kamu sudah mencarinya dibengkel belakang?" Bocah laki-laki itu terdiam sesaat, setelahnya berlari cepat tanpa menjawab pertanyaan sang ibu terlebih dulu.

"Otosan." Menarik langkahnya enggan untuk memasukki sebuah bengkel kecil yang berjarak 5 meter dari rumah utama. Kedua bilah matanya tampak berbinar saat mendapati sang ayah yang dicarinya sejak tadi berada disana. "Otosan!" Ia memekik cukup keras, hendak memberikan pelukkan beruang pada sang ayah, namun keinginannya terhenti tepat saat sang ayah melarangnya.

"Shoo! Shoo! Pergi main ditempat lain. Jangan ganggu ayah." Garis lengkung miliknya berubah menjadi turun kebawah mendapati penolakkan telak dari sang ayah. "Otosan." Cicitnya, berfikir hal itu akan meluluhkan sang ayah. "Seongwoo-ya, jangan ganggu ayah! Mengerti?" Dialeknya keluar dan Seongwoo paham bahwa ia harus menuruti sang ayah.

Bocah itu melangkah mundur dengan slow motion, setelahnya berbalik arah dan menjauh dengan kepala tertunduk. Seongwoo tidak menangis, terlalu pantang baginya menangis karena hal sepele. Sedikit kesulitan melepaskan sepatu miliknya, Seongwoo mulai mengambil tempatnya diruang tengah kembali. Duduk dengan wajah muram diatas tatami.

"Uh, kamu sudah bertemu dengan otosan?" Sesaat menoleh dengan wajah murungnya. Ia hanya mengangguk lemas, membawa sepercik kekhawatiran tertinggal dalam diri sang ibu. "Kenapa wajah anak ibu yang tampan ini kelihatan muram? Ada yang salah?" Memberikan belaian lembut pada pipi berisi Seongwoo. Bocah itu sedikit mencebik, masih merematkan pelukkannya pada robot kesayangannya. "Otosan mengusir ku." Ia jengkel terlihat kontras diwajahnya. Dialeknya yang sangat mirip dengan sang ayah keluar, membawa tawa renyah dari bibir wanita dihadapannya. "Ah, mungkin sedang benar-benar sibuk. Kamu tidak boleh egois seperti ini." Melemparkan senyuman hangatnya, mencoba memberikan pengertian pada sang anak.

"Iya, aku tahu." Masih enggan sebenarnya untuk mengalah, tapi Seongwoo kecil selalu diajarkan untuk tidak memenangkan rasa egoisnya. Ia hanya menuruti saat sang ibu memintanya untuk sibuk bermain dengan robotnya saja. Dan bocah laki-laki itu tenggelam pada dunianya, khayalannya akan seorang teman yang dapat diajak bermain.

Seongwoo kesepian? Tidak juga karena kedua orang tuanya selalu berada disana walau hanya sekedar memperhatikannya berimajinasi dengan robot yang diberikan ayahnya 2 tahun lalu. Namun satu hal yang tidak dapat ditampik bahwa nyatanya bocah itu memang sedikit merasa kesepian. Lingkungan tempatnya tinggal adalah pedesaan dengan jarak rumah yang begitu jauh sehingga bocah itu suka atau tidak suka benar-benar tidak memiliki teman bermain. Satu-satunya hanya robot berukuran 30 centi yang selalu dipeluknya.

Seongwoo tidak pernah memiliki teman karena kedua orang tuanya pindah saat ia masih belum muncul kedunia. Saat ia masih sibuk bermain didalam rahim sang ibu, tempat paling hangat, nyaman dan amat diseluruh dunia mungkin.

.

.

Langit kota Sayama menyemburatkan warna keabuan terang saat itu. Seongwoo sudah terlihat sibuk dengan sang ibu. Membantu wanita itu mencuci. "Ayo lakukan lebih semangat lagi!" Pekik sang ibu. Seongwoo kecil dengan robot dalam pelukkannya menambah kekuatannya untuk meninjak-injak selimut miliknya. Cara orang-orang desa dalam mencuci pakaian.

Peluh tampak mengucur deras dari pelipisnya, namun tidak menyurutkan dirinya untuk tetap menginjak-injak tumpukkan kain basah itu. Membuat busa memenuhi kakinya. Tawanya lepas, Seongwoo begitu menyukai saat mencuci.

"Sekarang kita gantung dan selesai." Ia mengadah, mengikuti arah dari bambu berisi pakaian yang sudah dicuci diangkat keatas oleh sang ayah untuk disangkutkan pada pancang bambu yang sengaja dibuat pria itu. Bersorak gembira saat sang ayah memberikan jempol besar untuk kerja kerasnya.

.

"Oh, hari ini Seongwoo berulang tahun ya?" Sang ayah menyesap air dari semangka yang tengah digigitnya beberapa menit lalu. Memenuhi mulutnya dengan rasa manis dan segar. Seongwoo bersorak, membuat beberapa tetes dari air semangka berjatuhan disekitarnya. "Hey, hey jangan mengotori tatami ingat?" Sang ayah memperingatkan, membuat bocah laki-laki itu berhenti dari loncatannya dan kembali duduk dengan tenang. Menikmati segarnya buah semangka saat musim panas. "Setelah ini kita ke kuil untuk berdoa ya." Seongwoo mengangguk girang.

.

"Yang sampai lebih dulu adalah pemenangnya!" Pria itu beralari, meninggalkan Seongwoo yang tergopoh-gopoh mencoba mengejarnya. "Otosan curang!" Nyaris terjatuh saat salah satu kakinya menyandung kaki lainnya. Namun sang ayah tanggap, menangkap tubuh kecilnya sebelum menyentuh tanah. Pria itu tertawa renyah. "Baiklah, ayah minta maaf. Kalau begitu pilot Ong akan berada dikursi pengemudi." Mengangkat sang anak untuk diletakkan diatas bahunya. Seongwoo memekik girang, memegang cukup erat kedua tangan sang ayah yang membentang.

"Pesawat akan segera lepas landas. Pilot Ong akan mengendalikan, mohon menggunakan sabuk pengaman." Sang ayah menirukan suara dari penerbangan yang akan lepas landas, setelahnya membawa dirinya berlari. Menaikki tangga yang akan membawa keduanya menuju kuil diatas sana.

"Otosan lelah?" Mengadah, menatap sang ayah setelah keduanya tiba ditempat tujuan. Pria dewasa itu melempar senyum dibalik peluhnya. "Sedikit. Kamu semakin berat." Menepuk lembut kepala sang anak. Ia beranjak, menggandeng tangan kecil Seongwoo menuju tempat doa. "Ayo berdoa untuk hari lahir mu." Keduanya mengapitkan tangan. Tampak khusyuk.

.

"Kamu berdoa tentang apa tadi?" Sang ayah masih menggandeng tangan Seongwoo. Hampir tiba, hanya 200 meter kedepan keduanya akan berada dirumah. Seongwoo terdiam sejenak, sedikit enggan mengatakkannya. Itu'kan permintaan kenapa harus diberi tahu?

"Aku ingin seorang teman." Akhirnya memutuskan untuk memberitahukan harapannya. Ia tersenyum begitu ceria, meremat sang robot dalam pelukkannya. "Supaya bisa main bola tanpa harus menunggu ayah kembali dari rumah sakit." Sedikit menggoyangkan tautan keduanya. Seongwoo begitu bahagia setiap kali hari lahirnya tiba, karena pasti akan ada kejutan dari dewa. Sang ayah tersenyum tipis, sedikit merasa bersalah atas ucapan Seongwoo. Ia tahu, Seongwoo kesepian meskipun ia dan istrinya sudah mencoba sebisa mungkin menemaninya namun tetap saja Seongwoo membutuhkan sosok seorang teman.

"Kami pulang!" Bocah laki-laki itu langsung menghambur menuju ruang dimana ketiganya biasa bersantai. Menikmati hangatnya musim panas dengan sepotong semangka segar. Ia terhenti tepat diujung pintu yang menghubungkan ruangan itu. Menatap sedikit bingung dengan kotak besar yang terletak ditengah ruangan. "Otosan! Ada benda aneh disini." Memekik keras.

Seongwoo enggan beranjak, sedikit khawatir akan isi kotak yang terbungkus itu. "Oh, kado untuk Seongwoo." Sang ayah berlari kecil, mengambil tempat tak jauh dari kado besar itu. "Kadonya besar." Ia beranjak, mendekat setelah tahu bahwa sang ayah tidak tampak khawatir. "Coba buka." Titahnya, meraih sepotong semangka dan menikmatinya. "Aku boleh buka?" tampak ragu, namun Seongwoo mendekati setelah sang ibu mengangguk yakin.

Ia melucuti kertas warna-warni yang membungkus kotak itu. Setelahnya dibantu dengan sang ayah mengeluarkan benda dari dalam kotak sana. Seongwoo terdiam sempurna. Seorang anak laki-laki sebaya dengannya tampak duduk dengan kepala tertunduk. Rambutnya berwarna pink pudar. "Okasan, ada anak laki-laki didalam kotaknya." Perlahan mengambil langkah mundur. Bersembunyi dibalik tubuh sang ibu. Seongwoo takut.

"Kamu tidak mau melihatnya?" Menarik tubuh Seongwoo untuk menjauh dari punggungnya, sang ibu tertawa geli mendapati anak laki-lakinya benar-benar ketakutan. "Apa dia baik-baik saja?" Menatap sang ibu dengan raut wajah khawatir. Seongwoo kembali menjatuhkan pandangannya pada anak laki-laki tadi. "Kenapa kamu tidak memastikannya sendiri?" Sang ayah masih berada dibelakang tubuh anak laki-laki tadi. Menunggu Seongwoo yang mulai kembali mendekat hanya untuk melihat wajah anak laki-laki yang tertunduk itu.

Ia nyaris terjungkal saat bocah berambut pink pudar dihadapannya perlahan mengangkat kepalanya. Mengerjap dengan mata monolidnya. "Konichiwa." Ujarnya. Seongwoo terdiam dengan mulut terbuka. "Kado dari dewa!" Sang ayah bersorak, memecah keheningan.

"Kamu menginginkan teman 'kan?" Sesaat menatap sang ayah tanpa menjawab, namun pandangannya kembali jatuh pada bocah laki-laki itu. Menatapnya lamat-lamat. "Dia bukan manusia, otosan." Ujarnya mencicit. Bocah laki-laki dihadapannya masih mengerjap. Hanya memandang Seongwoo. "Memang bukan. Ini yang disebut robot manusia, Seongwoo. Teman yang dikirimkan dewa untuk mu karena kamu sudah menjadi anak baik." Sang ayah mengelus sayang helai rambut Seongwoo.

Bocah itu terdiam cukup lama sebelum senyum merekah dibibirnya. "Seongwoo punya teman!" Ia meloncat-loncat. Terhenti sesaat dan memeluk robot hidup didepannya. "Aku Ong Seongwoo. Mulai sekarang kita bisa bermain sepak bola bersama."

Dan siang hari dimusim panas itu Seongwoo menerima teman pertamanya. Seorang robot manusia yang dikirim dewa untuknya. Dewa bukan dalam arti sebenarnya, itu adalah kado paling berkesan yang diberikan ayahnya untuk Seongwoo. Dan petualangnya bersama robot itu dimulai.

"Jadi ingin memberinya nama siapa?" Sang ayah menatap lama Seongwoo. Bocah itu beranjak, berlari cepat pada tumpukkan buku cerita miliknya. Membuka sebuah halaman dimana seokor anak anjing putih kecil tampak jelas disana. "Aku ingin menamainya Kang Daniel. Sama sepeti nama anak anjing kecil si tokoh utama cerita dibuku ini, otosan." Ujarnya riang yang membawa senyum ceria diwajah kedua orang tuanya. "Baiklah, mulai sekarang kita panggil dia Kang Daniel. Daniel! Daniel!" Pekik pria dewasa disisinya. Seongwoo tersenyum cerah pada Daniel, begitu cerah hingga mungkin membuat matahari merasa iri diatas sana. "Daniel, mari berteman selamanya."


Pt. 1 - End


*Halo! bawa ff baru masih dengan cast OngNiel couple yang ganteng-ganteng ehe xD. Note sedikit kalo ff ini adalah ff bersambung. disini Daniel dibuat jadi robot entah kenapa tapi keliatan lucu aja kalo dia jadi robot. Note lagi ya disini mungkin akan lebih terasa ke friendship dan brothership dibanding romance karena emang tujuannya lebih ke friendship dan brothership. Note tambahan, orang tua Seongwoo itu campuran Jepang dan Korea ya so kenapa Seongwoo manggil ibu dan ayahnya pake bahasa jepang karena dia campuran xD. Latarnya akan disetting di jepang sementara, tepatnya desa Sayama.

*FF-nya akan dilanjut based on review serta tanggapan yang diberikan juga, dan akan update setiap hari sabtu buat nemenin jomblo dimalam minggunya xD (bercanda loh). So, don't forget to leave your review after reading this fanfic. Last but not least, thank you and see ya!