Warning!:
Yaoi Area, Boys Love, Cerita dengan tema pasaran, perhatikan tiap kejadian di dalam cerita agar kalian paham maksud yang terselip. Banyak kode. Typo bertebaran.
..
The Young Koors
.
Original Story by
Manusiabertopeng98 and Izahina98
.
"Hidup dipenuhi dengan panggung sandiwara. Membuatmu akan sulit menemukan yang benar dan mana yang salah. Siapa yang jujur dan siapa yang tidak"
Don't Like? Don't Read!
.
Langit biru dengan kilasan awan membentuk banyangan tipis di atas lapangan SMA Josei, Sekolah elit yang terletak di kota Busan. Seluruh murid berseragam lengkap terlihat berkumpul di tengah lapangan.
"Aku tidak menyangka dia berbuat itu!" pekik gadis berambut pirang.
"Benar. Kukira dia anak yang pendiam.." gadis lain menimpali.
Yang lain kemudian ikut berbisik satu sama lain, menambah bising keadaan saat itu. Suasana bertambah tegang saat dua orang asing berbadan tegap bergabung dengan mereka diikuti dengan 2 orang lain berseragam sekolah dibagian belakang. Pria mungil berwajah manis itu berjalan mendekati pria yang lebih tinggi, menatap si tinggi yang terlihat tengah mengamati sekitarnya dalam diam. Alisnya berkerut, bibirnya bergetar. Ia semakin merapatkan tubuhnya, lalu berbisik, "Chanyeol, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"
Chanyeol—pria bertubuh jenjang itu menyisir rambut kecokelatannya kebelakang dengan jemari lalu beralih menatap si mungil. "Tenanglah. Mereka hanya ingin meminta kesaksianmu saja." Ucapnya menyakinkan.
Pria mungil itu menatap gusar sekelilingnya. Chanyeol menggaruk pelipisnya sesaat kemudian menghela nafas berat. "Baekhyuna, dengar! Kau tidak perlu takut, oke? Aku ada disini." Tangan besarnya bergerak untuk mengelus punggung sempitnya, mencoba menyalurkan keberanian.
"I—iya aku tahu. Hanya saja.." Baekhyun memainkan bibir bagian bawahnya. Terlihat jelas raut wajahnya yang berubah gelisah. "A—aku benar – benar takut Chanyeol! Bagaimana jika mere—"
"Hei, Kau!" Suara bernada berat mengitrupsi mereka. Mengejutkan Chanyeol dan membuat Baekhyun kehilangan kalimatnya.
Chanyeol berdecih. "Ada apa, Pak Kim? Aku ini sedang tidak berulah." Chanyeol menatap pria tambun itu sambil bertolak pinggang. Dia mengangkat sebelah alisnya dengan sudut bibir terangkat membentuk seringaian.
"Aku tidak berbicara denganmu, Tuan Park." Pak Kim melirik Chanyeol sekilas lalu beralih menatap Baekhyun di sampingnya. "Byun, kau harus menyelesaikan masalah ini segera! Katakan dengan jujur apa yang terjadi."
Pak Kim segera menggiring Baekhyun masuk kedalam area gedung sekolah, menuju ruang Kepala Sekolah lebih tepatnya. Chanyeol hendak menyusul namun Pak Lee—Guru olahraga menghadangnya, "Kembali ke barisanmu, Park!"
Chanyeol merengut kesal. Ia hanya bisa menatap punggung kedua pria itu semakin lama semakin menjauh dimakan jarak. Dan disini lah dia, harus terjebak dengan ratusan siswa dan siswi yang mungkin saja mempunyai pertanyaan yang sama 'Ada apa sebenarnya ini?'. Kaki kanannya terhentak – hentak, mencoba menghilangkan perasaan tidak enak yang muncul dalam hatinya.
30menit berlalu dan pria mungilnya belum juga menampakkan batang hidungnya. Ia mulai gusar. Dengan langkah pasti Chanyeol berjalan kedapan, mencoba mencari cara mendekati ruang Kepala Sekolah dan menghiraukan empat pria dewasa dengan seragam beratribut lengkap yang menatap curiga kearahnya.
"Hei, nak! Mau kemana kau?" Tanya seorang diantara mereka.
"Toilet." Jawabnya singkat. Dia tidak menoleh apalagi menatap lawan bicaranya, hanya berjalan santai dengan wajah yang seolah mengatakan 'Bukan urusanmu. Pergi dan jangan ajak aku bicara'.
Semua murid menatapnya dan tidak berniat untuk menyuruhnya kembali masuk kedalam barisan. Semua mengenal dia. Makhluk berwatak dingin dan menyebalkan yang suka sekali membuat onar di sekolah. Namun akan berubah 180 derajat bila berhubungan dengan Makhluk pendiam yang bersama Pak Kim diawal. Byun Baekhyun—kekasihnya.
Seorang pria beratribut yang lain berjalan dan mencekal tangannya, menarik paksa agar ia kembali kekumpulan murid lainnya. "Kau tidak dengar pengumuman tadi? Tidak ada yang diijinkan masuk area gedung sekolah, kecuali yang bersangkutan."
Dahinya berkerut, membuat ekspresi bingung dibuat – buat. "Pengumuman? Haha—Maaf, aku tidak dengar! Dan…Tidak peduli" Chanyeol menepis tangan pria tersebut sambil menatap remeh penampilan pria didepannya. "Hm, Polisi ya? Jangan mentang – mentang kau polisi kau bisa mengaturku seenaknya." Ujarnya ketus.
"Nak, bisakah kau bersikap sopan?" Polisi yang lain menimpali.
Chanyeol mengangkat bahunya acuh. "Well—No!" Dia menggeser tubuhnya dan menerobos pria dihadapannya barusan. Namun sekali lagi, kerah belakang bajunya langsung ditarik paksa oleh pria sebelumnya. "Ck. Bisakah kau tidak menarik – narik? Itu sakit!" Seru Chanyeol dengan nada tinggi.
"Yakk! Park Chanyeol!" Teriak seseorang. Oh lihat? Pak Kim sudah kembali ternyata. Dia berjalan kearahnya dengan ekspresi wajah memerah padam menahan amarah dan mata yang berkerut.
Chanyeol menatap pria tambun itu dengan senyum kecil di bibirnya. "Apa lagi?" Sebelah alisnya terangkat.
"Apa yang kau lakukan disini?" Pria itu mengepalkan tangannya. Wah—dia terlihat sangat marah sekarang. "Tidak bisakah kau tidak membuat onar sehari saja? Kembali ketempatmu!"
Pria itu terkekeh, "Oh! Pak Kim, kau melupakan sesuatu.." Chanyeol tersenyum miring. "Aku tidak sedang berbuat onar, asal kau tau."
"Bagaimana kau sebut ini tidak berbuat onar?!" Seru Pak Kim dengan urat – urat leher yang menyembul keluar. "Kau mengganggu aktivitas!"
"Mana bisa ke toilet di anggap mengganggu aktivitas, Pak Kim! Yang benar saja."
"Cukup! Kembali ketempat mu, sekarang!" Bentak Pak Kim sambil menunjuk wajah Chanyeol geram. Wajahnya semakin memerah dengan bola mata yang hampir keluar dari tempatnya.
Chanyeol tertawa. "Baiklah, Pak Kim. Jangan terlalu sering marah nanti kau cepat tua lagi." Cibir Chanyeol, ia berbalik dan melangkah memasuki kerumunan—menyatu dengan murid lainnya. Dia berjalan membelah barisan, berdiri di bagian paling belakang. Ia merogoh saku celananya, menarik keluar sesuatu dari sana. Secarik kertas. Ia menatapnya…
"Kau pasti bercanda."
…Lantas menggenggam kertas itu kuat.
.
-The Young Koors-
.
Seseorang berlari dengan terengah. Matanya bergulir ke sisi kanan dan kiri, seperti mencari sesuatu. Suara protes beberapa orang yang di tabraknya bahkan tak menghentikan aksinya. Hingga ia berhenti di salah satu kelas di lantai 2. Nafasnya tersenggal dengan badan membungkuk, kelelahan.
"Kris? Mau apa kau kesini?" Ujar pria berambut cokelat didepannya.
Yang di panggil menenggakkan badannya kembali, menghirup nafas dalam sebelum akhirnya bicara. "Ap—apa yang terjadi? Apa yang mereka bicarakan itu benar? Dimana Baekhyun?" Rentetan pertanyaan ia layangkan tanpa jeda.
Dahinya berkerut. "Kurasa ini cuma salah paham. Baekhyun tidak mungkin melakukan itu."
Kris menarik kursi didepan pria berambut cokelat itu lalu memutarnya kebelakang—menghadap si pria. "Lalu dimana Baekhyun? Aku tidak menemukannya di kelas."
"Aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di asrama sementara waktu sampai keadaannya sedikit tenang, sekaligus aku juga harus mencari tau yang sebenarnya terjadi."
"Kuharap itu tidak benar.." Pria bermata bulat tiba – tiba datang dari arah pintu membawa 2 botol air mineral lalu meletakkannya di meja Chanyeol—pria berambut cokelat.
Kris melirik pria bermata bulat itu sesaat lalu kembali fokus pada Chanyeol. "Kau mau menyelidikinya?"
Pertanyaan itu pun dijawab oleh sebuah anggukan dari pria didepannya. Buku tebal berjudul "Sherlock Holmes" ditangannya ia tutup lalu diletakkannya dimeja.
"Kusarankan agar kau tidak bertindak, Chanyeol! Bukankah polisi sudah menyatakan kalau itu murni kasus percobaan bunuh diri?" Pria bermata bulat itu menyilangkan kedua tangan didepan dada.
"Kyungsoo, kau bercanda? Aku tidak mungkin membiarkan orang – orang terus menyalahkan Baekhyun! Lagipula aku merasa ada yang janggal dibalik kasus ini." kata Chanyeol.
"Kalau begitu aku akan membantumu! Aku juga tidak ingin Baekhyun tertekan karena masalah ini." Mata Chanyeol memicing dengan alis saling bertautan namun ekspresinya kembali datar setelahnya.
-Chanyeol POV-
Mungkin kalian bertanya – tanya dalam hati 'sebenarnya apa yang terjadi sih?' begitu kan? Oke. Aku akan menjelaskannya. Sebenarnya aku sendiri tidak tau pasti jika yang dikatakan oleh mereka itu benar atau salah. Aku hanya merasa jika ada sesuatu yang tidak beres, apalagi setelah menemukan sesuatu di lokasi kejadian yang diam – diam aku sambangi tempo hari. Ya. Aku ini memang memiliki rasa ingin tau yang besar, mungkin pengaruh buku 'Sherlock Holmes' yang sering aku baca. Sebagai penikmat cerita misteri, aku tentu harus mencari tau kebenerannya.
Malam itu. Kyungsoo mendatangi kamarku. Dia menggedor pintu keras sekali, kurasa para murid di kelas lain mendengarnya juga. Dia menangis sesenggukan sambil berteriak ketakutan. "Lu—han..dia.."
Tanpa pikir panjang aku segera beranjak pergi. Perasaanku berubah tidak enak, apalagi setelah mengingat jika beberapa hari ini kelakuan Luhan agak aneh, menurutku. Ia selalu mencoba mengatakkan sesuatu padaku dan dia juga jadi lebih dekat dengan Baekhyun—padahal awalnya mereka itu tidak dekat sama sekali.
Setelah sampai disana, di kamar Luhan lebih tepatnya. Aku sudah mendapati pria mungilku disana. Menangis kencang sambil memeluk seseorang. Tangisannya semakin menjadi ketika dia melihat kedatanganku. Langsung saja tubuh mungilnya itu kupeluk sambil terus membisikkan kalimat penenang.
Malam itu asrama pria berubah gaduh. Suara sirine ambulan bergema di area asrama, mengundang para siswi berkumpul di sekitar. Para petugas menggiring tubuh Luhan kedalam ambulan bersama seorang guru sebagai pendampingnya.
Aku masih memeluk Baekhyun saat mobil ambulan bergerak pergi. Wajahnya masih pucat dengan tangan yang berlumuran darah. Dan ya, seorang guru menemukan sebuah surat yang katanya berisi surat yang ditulis oleh Luhan. Aku tidak tau pasti apa isinya, karena pihak sekolah tidak memberitahu nya—katanya untuk bukti. Sejak saat itu, para penghuni sekolah mulai mengambil spekulasi yang menurutku konyol. Mereka berpikir jika Baekhyun yang sudah mencelakakan Luhan. Apalagi saat itu Baekhyun berada di tempat kejadian. Sebenarnya aku juga sedikit bingung, bagaimana mungkin mereka bisa berpikir jika pria mungilku yang melakukannya? Hell—lagipula sejak kapan mereka bertengkar? Yang kutahu mereka itu sedang dekat akhir – akhir ini, bahkan terkadang aku merasa cemburu karena diabaikan kekasihku sendiri.
Well. Pria bertubuh mungil dengan senyum bulan sabit itulah kekasih ku, Byun Baekhyun namanya. Kurasa semua penghuni sekolah sudah tau itu.
Singkat cerita mereka jadi mulai memusuhi Baekhyun bahkan aku sempat memergoki mereka sedang membullynya habis – habisan di halaman belakang sekolah. Untung saja aku tiba tepat waktu kalau tidak ya aku tidak tahu bagaimana nasibnya nanti. Membayangkannya saja aku tidak mau.
"Apa yang mau kau lakukan?" Tanya Kris panik.
"Mencari surat yang ditulis oleh Luhan. Pihak sekolah pasti masih menyimpannya." Tanpa menoleh aku mengobrak – abrik laci di ruang kepala sekolah.
Jika ingin tau kebenarannya, tentu aku harus mencaritahu apa isi surat itu. Sudah seminggu Baekhyun berubah murung dan jarang sekali mau menjawab pertanyaanku. Sesekali ia meminta di temani kerumah sakit untuk menjenguk Luhan yang sedang dirawat disana. Polisi belum bisa memintainya keterangan karena sampai saat ini Luhan belum sadar.
"Bisakah kau cepat sedikit? Aku takut ada guru yang datang!" Kyungsoo berteriak pelan.
Aku berpindah tempat menuju laci di meja lainnya. Tumpukan map berwarna – warni aku singkirkan satu persatu. Hingga aku menemukan satu map dengan lebel 'kasus murid' di depannya. Mungkin suratnya ada didalam? Dan saat ku buka memang ada di sana.
"Cepat foto surat itu!" Seru Kris di belakang ku.
Aku mengangguk lalu dengan cepat meraih ponsel berwarna putih dari saku celana seragamku. Terdengar suara 'click' beberapa kali hingga aku mendapat kan sekitar 5 foto dari sudut yang berbeda. Ya, mengantisipasi tulisan yang tanpa sengaja tak terbawa atau tak terbaca nantinya. Setelah mendapatkannya, kami membereskan barang – barang ke tempat semula lalu keluar dari ruangan dengan tenang. Selang beberapa menit kami berpapasan dengan Kepala Sekolah di ujung tangga. Syukur lah, tepat waktu.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Pria dengan wajah penuh kerutan itu menatap kami tajam, membuat dua orang pria di sebelahku saling bertautan mata lalu kembali menatapku.
Aku memutar bola mataku, menghela nafasku kesal. "Mengantarku ke toilet." Jawabku dengan nada rendah dan malas.
Pak Kepala Sekolah itu mengarahkan pandangannya padaku. Dia mengerutkan alisnya yang memiliki bulu putih seolah memberiku tatapan intens. "Park Chanyeol." Dia memanggilku, namun aku tak menyahut. "Kau yang beberapa waktu lalu terlibat perkelahian, bukan?" Tanyannya.
Ia memandangi penampilanku dari ujung bawah hingga keatas. "Jangan membuat masalah, aku berharap banyak padamu." Pak tua itu langsung melewati tubuh kami dan meninggalkan kami untuk memasuki ruangannya.
Aku menatap pintu yang perlahan menutup itu. Pak tua itu, memang apa yang dia harapkan dari orang yang hampir di keluarkan dari sekolah ini? Mungkin dia berharap aku tidak macam – macam dan jadi anak kutu buku yang sering keluar masuk perpustakaan. Heh—yang benar saja.
"Chanyeol, bergegaslah!" Pria dengan tubuh menjulang tinggi melebihiku itu berjalan mendahului. Di belakangnya, Kyungsoo mengikuti. Wajahnya terlihat datar, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Mungkin dia masih shock atau apa. Entahlah, aku tidak peduli, lagipula memang seperti itulah sifatnya.
"Kris, bisa pinjam kamarmu untu melihat ini?" Aku lambaikan ponselku, menunjuk – nunjuk benda itu dengan tanganku yang lain.
Kris menoleh sedikit kearahku kemudian mengangguk "Boleh saja."
Great. Tempat Kris adalah lokasi terdekat dari sini, jadi kami bisa menghemat waktu daripada harus menyusuri lorong – lorong panjang untuk mencapai kamar asramaku yang terletak diujung lorong.
Setelah memutar kunci. Kris berjalan terlebih dahulu memasuki kamarnya di ikuti oleh Kyungsoo dan aku setelahnya. Aku menatap pemandangan kamar Kris yang tidak jauh berbeda dari kamarku, beberapa poster band terkenal tertempel di dindingnya yang di poles cat berwarna abu - abu gelap.
"Cepat baca isinya." Kyungsoo yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi meja belajar Kris itu menatapku. Dia mendorong tubuhnya kearahku dan alisnya terangkat menandakan jika dia sedang menunjukkan sikap antusias terhadapku.
Aku lantas membuka ponsel, membuka galeri fotoku dan menunjuk salah satu foto yang tadi ku ambil. Terdapat tulisan disana, seperti huruf tak tersusun dengan rentetan huruf konsonan didalamnya.
"Ufncocvmcp Dcfmjavp! 'Do' Kunci tangga nada pertama."
Dahiku mengkerut bingung . Aku menolehkan kepalaku menatap kedua pria di hadapanku secara bergantian. Tatapan mereka sama bingungnya denganku.
"Apa maksudnya?" Pria bermata bulat itu menatapku.
Kris mendesah frustasi. "Jadi kita hanya mendapatkan coretan tidak jelas seperti ini? Astaga!" Tubuhnya ia hempaskan diatas kasur.
Aku menggeleng masih dengan mata yang terpaku pada tulisan itu.
"Tidak. Ini bukan sekedar coretan. Aku tahu ini."
To Be Countine…
.
.
Halo..
Aku datang bawa ff hasil collab bareng temenku nih. Masukin unsur detective di dalamnya.
Penasaran siapa pelakunya? Beneran Baekhyun atau bukan? Atau penasaran sama maksud surat itu? Tunggu Chapt selanjutnya ya^^
mungkin ada yang bisa mecahin kode itu? dan untuk arti judul akan aku kasih tahu di chapt depan.
Kritik dan Saran? Silahkann…
Harap tinggalkan sesuatu di kotak Review untuk menghargai yang nulis^^
Oke deh. Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya~~
#ChanbaekIsReal!
