Room 112

Casts :: Do Kyungsoo, Kim Jongin, Byun Baekhyun and other casts.

Rate :: T

Genres :: Romance, hurt.

Disc. :: this plot absolutely mine. May be the title similar with Room 1214 by aiRINsoo. But the plot absolutely diff.

Warn(s) :: my wild imagination. Switch age. YAOI. DLDR.

..

..

I receive some critic. But I don't receive any plagiarism.

The story line belong to coffebreakespresso©

..

[Chapter 1] – Kyungsoo's lifestory.

..

Rabu pagi diakhir bulan Mei terasa lebih basah dari sebelumnya. Rintikan hujan mengembun diujung-ujung daun dan bau tanah basah yang menyengat hidung. Pukul tiga pagi hujan mengguyur kota yang tak pernah mati itu, Seoul.

Disebuah apartemen sedang seorang pria mungil terlihat sedang membuka korden kamarnya. Membiarkan cahaya matahari menembus celah jendela. Ia menghirup aroma tanah basah seraya menutup matanya, dan membukanya lagi. Pemandangan yang terlihat dari jendelanya memang bukan hamparan rerumputan hijau dengan banyak pohon, hanya gedung-gedung pencakar langit dan jalanan kota yang mulai memadat.

Ia mengambil setengah jam dari jadualnya untuk membersihkan tubuhnya dan berpakaian. Kuliahnya memang selalu menuntutnya untuk bangun pagi, setidaknya pukul tujuh.

Sebuah celana jins dan kaus v-neck putih garis-garis telah ia pilih. Menyempatkan untuk menghabiskan setelungkup roti keju yang ada dimeja makan dan pergi ke kampus. Ia masuk kedalam lift dan bertemu dengan seorang pria tinggi dengan kulit kecoklatan.

"Hai, kau penghuni nomor 112 ya?"ucapnya memulai.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya ke pria itu dan mengangguk kecil. Pria itu tersenyum lebar, "Aku Kim Jongin. 114, kita tetangga"

XXXXXX

Gedung fakultasnya terlihat ramai saat ia datang. Orang yang berlalu-lalang entah kemana dan juga sepasang pria yang terlihat menyolok diantara kerumunan.

"Oi, Kyungsoo-ya!"pekik seorang pria dengan rambut hitam dan tubuh sedang. Kyungsoo memandang pria itu dengan segaris senyum dibibirnya. Tak buruk memulai hari dengan sebuah senyuman, walau hanya senyum segaris.

Kedua pria itu berjalan kearahnya, menepuk bahunya lalu berjalan beriringan dengannya.

"Kau tampak muram. Oh ayolah, ini hari Rabu"ucap pria tinggi dengan rambut hitam. Kyungsoo mengerutkan dahinya, "Memang kenapa? Ini memang Rabu, bukan akhir pekan Chanyeol"

Baekhyun terkekeh, "Biarkan pria itu berbicara dengan kepalanya. Ucapanya terlalu kelas atas"ucapnya sambil menatap Chanyeol dan Kyungsoo bergantian.

Chanyeol menggerutu dan berkata, "Hei Park Baekhyun. Ucapanku memang mencerminkan kalau aku berintelektual tinggi"

Baekhyun memasang wajah ingin muntahnya, "Apa yang baru saja kau katakan? Intelektual tinggi? Kalkulusmu bahkan hanya C"ucapnya dengan nada mengejek.

"Sudahlah. Kalian saudara kenapa sering bertengkar sih? Jelas saja Nyonya Park selalu mengeluh sakit kepala"

XXXXXX

Kelas biologi tak lagi menjadi kelas tersepi setelah mereka mendengar tentang adanya dosen baru yang menggantikan dosen lama yang telah tua. Kyungsoo tak terlalu peduli tentang siapa dan bagaimana dosen baru itu, ia hanya berharap kalau dosen baru itu tak se-brengsek dosen sebelumnya.

"Kau pikir bagaimana rupa dosen baru itu?"tanya Baekhyun sambil memijit telapak tangannya. Dengan wajah malas.

"Aku tak sepenuhnya tertarik. Kelas kalkulus lebih kupikirkan"jawab Kyungsoo seraya memainkan pulpen ditangannya.

Sepuluh menit lalu mereka sudah tiba dan sampai sekarang sosok dosen baru itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Seluruh mahasiswa duduk ditempatnya saat sosok maskulin dengan kulit kecoklatan masuk kedalam kelas dan duduk dikursi dosen. Senyuman tak pernah luntur dari wajahnya dan rambut hitam legamnya membuatnya terlihat bersinar tertimpa cahaya lampu.

"Annyeong Haseyo, Kim Jongin imnida. Aku menggantikan dosen Kim yang sudah tak mengajar lagi. Lulusanku dari Universitas Seoul"ucapnya memulai. Berkenalan dengan anak remaja yang usianya hanya terpaut tiga tahun darinya membuatnya merasa berkenalan dengan teman baru.

Seorang gadis dipojok ruangan mengangkat tangannya dan berbicara, "Berapa usia seongsaenim?"

Jongin terkekeh, "Tidak terlalu jauh dan anda bisa memanggil saya oppa saat kita bertemu dijalan"jawabnya dengan senyuman.

Selanjutnya acara pengenalan itu hanya diteruskan dengan beberapa pertanyaan awam, dan dilanjutkan dengan pelajaran biologi yang sempat tertunda.

XXXXXX

Pukul tiga sore kelas Kyungsoo telah selesai. Ia berjalan pelan seraya menghela nafasnya pelan. Pekerjaannya telah menunggu. Lima tahun hidup sendiri dikota semengerikan Seoul membuatnya harus melakukan apapun untuk bertahan hidup. Pada awalnya, ia memutuskan untuk bekerja disebuah toko kue yang bersebelahan dengan gedung apartemennya. Namun, setelah melewati beberapa kali pemikiran kafe memang tidak buruk.

Ia berjalan lewat pintu belakang dengan diameter yang cukup lebar. Pintu ini biasanya digunakan untuk memasukkan bahan baku yang diantar. Kakinya berjalan melewati beberapa lorong dengan penerangan minim dan rasa pengap yang mencekat jalur nafasnya. Ia berhenti didepan loker miliknya dan mengambil pakaian kerjanya.

Ia hanya bertugas menulis pesanan dan mengantarnya, bayarannya memang tak seberapa namun cukup untuk menghidupinya. Ia berjalan menghampiri seorang pengunjung dan meminta pesanannya.

"Selamat datang tuan. Silahkan memesan"ucapnya seraya memberikan daftar menu pada pria itu.

"Uhm.. aku pikira secangkir Americano dan sepiring wafel"ujarnya lalu memberikan daftar menunya kembali pada Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum sekilas, "Baik tuan. Silahkan menunggu pesanan anda"ucapnya lalu meninggalkan pria itu.

Pekerjaannya selesai berkisar pukul sepuluh malam, atau saat ramai bisa mencapai pukul sebelas malam. Setelah kafe tutup, ia berganti pakaiannya dan berjalan pulang.

Ia berusaha untuk menahan kelopak matanya yang terasa ingin terpejam saat ia sedang berjalan keapartemennya. Kakinya terasa seperti jeli dan seakan-akan ia dapat jatuh kalau saja ia tak bisa menjaga kesadarannya lebih lama.

Ia menguap lebar saat lift telah membawa tubuhnya naik kelantai apartemennya. Kelopak matanya terasa lebih berat saja saat ia memutar kenop dan menguncinya kembali. Tanpa babibu lagi ia segera meletakkan tasnya diatas sofa bututnya lalu menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang.

XXXXX

Ia memilik jadual kuliah hanya empat hari dari seminggu. Dan selama tiga hari tersisa itu, ia akan berusaha menghabiskan waktunya dengan baik hingga waktu kerjanya tiba.

Ucapan Chanyeol memang ada benarnya. Ia seharusnya tak muram kemarin, pasalnya hari ini ia bisa tidur hingga pukul sepuluh pagi. Sepuluh jam cukup untuk menggantikan rasa lelahnya kemarin.

Ia membuat omelet dan segelas besar susu untuk makan paginya. Ia memang malas untuk sekedar memasak nasi ataupun memasak banyak makanan. Bila siang dan malam ia merasa lapar, ia hanya akan pergi ke toko ayam tepi jalan ataupun memesan semangkuk jjajjangmyeon.

Bel apaertemen berbunyi saat ia sedang duduk dibelakang jendela lebar seraya melihat kegedung-gedung pencakar langit dan jalan. Kakinya berjalan dengan beralaskan sandal rumahan putih. Ia memutar kunci lalu memutar kenopnya. Seorang pria jangkung yang ditemuinya kemarin ada dibalik pintu.

"Halo tetangga"ucapnya dengan senyum lebar diwajahnya. Kyungsoo mengerutkan dahinya lalu berdiri tepat didepan pria itu dan menutup pintunya.

"Apa yang anda lakukan disini seongsaenim? –oh benar kita tetangga"ucapnya lalu menatap sebuah pintu dengan nomor 114 yang tertempel didaun pintu.

Pria itu memberi Kyungsoo sebuah paper bag berisikan berbagai camilan. Kyungsoo meliriknya sekilas lalu tersenyum kecil. "Uhmm…terimakasih seongsaenim. Perkenalan tetangga yang baik"

Jongin menatap Kyungsoo dengan senyum lebar diwajahnya. "Kau bisa panggil aku Jongin-hyung. Dan kau?"tanyanya seraya menatap Kyungsoo.

Kyungsoo memperlihatkan wajah tak sukanya. "Kyungsoo. Do Kyungsoo. Hanya itu yang boleh kau tahu"ucapnya dengan nada dingin. Jongin mengerutkan dahinya, "Apa yang terjadi padamu?"

Kyungsoo menghela nafasnya. "Mood-ku memburuk. Maafkan aku hyung, kau bisa pergi sekarang"katanya lalu menutup pintu dan menimbulkan suara debuman keras. Dibalik pintu, Jongin tengah menatap pintu kamar Kyungsoo dengan helaan nafas dan genggaman pada dada kirinya semakin mengerat.

"Apa yang terjadi padamu Kyungsoo-ya? Kenapa kau berubah"lirih Jongin.

Sesungguhnya, dibelakang pintunya, Kyungsoo masih dapat mendengar suara lirih Jongin yang berkata tentangnya. Hatinya perih, sangat.

XXXXXX

Tiga hari setelah hari dimana Jongin berkunjung Kyungsoo baru memulai kembali aktivitasnya. Ia tak keluar rumah selama tiga hari, tak bekerja, dan bahkan tak pergi kuliah. Ia bahkan tak memperdulikan Baekhyun yang tempo hari berdiri dibalik pintunya sambil membujuknya untuk keluar kamar.

Tapi siapa yang peduli itu? Ia bahkan tak peduli. Hadirnya Jongin kembali dengan senyum lebar merekah membuatnya mau tak mau harus menggali kembali luka masa lalu yang sudah tertutup dengan serpihan kebohongan dan ketidakpedulian. Seolah, sekarang ia hanya mengenal kesendiriannya. Tanpa cinta, tanpa kasih sayang.

..

Pukul empat sore, suara bel apartemennya kembali berbunyi, dan kali ini ia akan menatap layar interkom terlebih dulu. Ia tak mau menemukan Jongin dibalik pintu apartemennya.

Tapi seakan Tuhan mendengar do'anya. Sosok Baekhyun'lah yang berdiri dibalik pintu apartemennya. Dengan helaan nafas, Kyungsoo memutar kunci dan memutar kenopnya.

"Hai Baekhyun"ucap Kyungsoo tidak dengan menatap Baekhyun. Baekhyun menghela nafas kasar, "Apa yang kau lakukan tiga hari ini, eoh? Kau mengabaikan ketukan pintumu dan bahkan aku tak yakin kau menyentuh makanan"ucap Baekhyun dengan kerutan didahinya.

Wajah Kyungsoo memerah, dan ia seakan merasa menciut saat berhadapan dengan sosok Baekhyun yang sedang murka.

"Maafkan aku"cicitnya. Baekhyun menghela nafas, "Maafkan aku. Biarkan aku masuk, Kyung"

Kyungsoo menyerongkan tubuhnya, memberi jalan pada Baekhyun untuk masuk lalu berjalan mengekori pria itu.

Baekhyun duduk disebuah sofa butut milik Kyungsoo. Ia menghela nafas kembali, seraya memijat keningnya.

"Memang apa yang kau lakukan tiga hari ini Kyungsoo. Kau tahu bagaimana cemasnya aku"ucap Baekhyun masih memijat keningnya.

Kyungsoo duduk disamping Baekhyun, menundukkan kepalanya seraya memilin jarinya. "Maafkan aku hyung"cicitnya.

Baekhyun berpaling dan membawa Kyungsoo dalam rengkuhannya. Mengelus punggung sempit pria itu, dan membisikkan kata-kata manis ditelinga Kyungsoo. Dan tanpa sadar air mata Kyungsoo mulai mengalir.

Baekhyun melepaskan pelukan mereka, meraih dagu Kyungsoo agar pria itu mendongak dan menghapus airmata Kyungsoo dengan ibu jarinya.

"Jangan menangis Kyungsoo"lirihnya semakin membuat mata Kyungsoo memerah.

"Jangan menangis lagi atau aku akan membawamu pergi darinya"

To be continue…

My first fanfic. Hope u like it guys, I'm not enough good to describe my imagination. My past acc Channie10_. If u know that acc, it blocked. I forget the pass. So I make the new one named coffebreakespresso.

Last, mind to review?

Coffebreakespresso.