CENDRILLON

By Arin Tirta

Disclaimer : Naruto belongs Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Friendship

Rate : T + (?)

Warning : typo(s) ,gaje, OOC, AU

Apa salah jika aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri?

Meskipun aku tidak pantas untuknya?

Aku ingin perasaan ini menghilang bagaikan abu yang tersapu oleh angin.

Chapter 1

SAKURA POV

Lagi-lagi... ia tertunduk lesu di hadapanku. Helai rambut ravennya yang halus menutupi paras tampannya.

Aku menghela napas, tatapanku mengerling pada sosok lelaki yang sedang duduk termangu di hadapanku, iris onyxnya menatap lekat cairan hitam pekat beraroma harum yang belum tersentuh sedikit pun.

"Hei! Aku ada di depanmu, setidaknya tataplah aku! Apakah kopi itu lebih menarik dariku?!" Ingin sekali aku berteriak seperti itu, tapi apa daya. aku tidak memiliki keberanian untuk itu, cukup meneriakkannya di dalam hati saja.

"Saku..." Pemuda di hadapanku ini mulai bersuara, walaupun tatapan matanya masih mengarah pada kopi hitam itu.

"Hmm." Jawabku sekenanya, menatap intens pemuda di hadapanku.

"Dia selingkuh..." Lanjut pemuda itu lirih.

"Sudah kuduga." Sahutku tak acuh seraya membuang muka.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Terserah kamu."

"Saku!" Sasuke, pemuda di hadapanku ini membentakku dengan suara keras.

"APA?!" Aku menyahut dengan suara yang tak kalah keras. Kenapa sih? Apa dia tidak bisa bicara lebih lembut?

Kulihat Sasuke mendecak kesal, ia mengacak-acak rambut hitam miliknya.

"Aku membutuhkanmu... tidak, sangat membutuhkanmu, kumohon sahabatku. Aku sangat membutuhkan saranmu."

"Sahabatku tersayang?" Kuulangi ucapan Sasuke dalam hati.

Hahaha.

Sasu-Sasu, andaikan kamu mengetahuinya. Aku benar-benar sudah muak dengan panggilan "sahabat tersayang" yang kamu tunjukkan padaku. Seakan-akan kamu tidak memberiku kesempatan untuk jujur padamu.

"Lalu?" Aku menaikkan sebelah alisku. "Apa yang kamu inginkan hum?"

"Aku butuh saran darimu." Sasuke memegang cangkir kopinya dan menatapku lekat.

"Ino selingkuh... apa yang harus kulakukan?"

Aku melirik sekilas iris onyx Sasuke dengan manik emeraldku.

"Kamu mencintainya kan? Bersabarlah..." Sahutku asal. Tapi saranku cukup baik kan?

"Sampai kapan?"

Aku menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

"Sampai pada batas akhirmu."


Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang yang empuk, tatapan mataku mengarah pada langit-langit kamar. Ah, sarang laba-laba, sepertinya aku harus membersihkan kamarku lagi.

Aku melihat pantulan gadis berambut merah jambu yang dikepang dan berkacamata di cermin. Ya, gadis itu aku, gadis jelek di cermin itu adalah aku.

Kubandingkan diriku dengan dirinya.

Rambutku pink, aneh, tidak sebanding dengan surai pirang lurus dan lembut miliknya.

Wajahku cukup mulus... tapi ada sedikit flek hitam samar bekas jerawat. Tidak semulus wajahnya yang putih merona.

Aku memiliki manik mata serupa batu emerald, cukup indah, namun tidak seindah miliknya yang biru mempesona, sapphire.

Hahaha, dia cantik sekali bukan? Bagaikan lukisan yang tampak hidup. Bagaikan barbie yang bernyawa. Iya, dia yang kumaksud adalah Yamanaka Ino, kekasih sahabatku tersayang.

Kuakui mereka pasangan yang sangat serasi. Sasuke tampan dan Ino cantik. Mereka sama-sama pintar dan berasal dari keluarga berkasta tinggi.

Aku tidak heran kalau Sasuke begitu mencintai Ino yang sangat sempurna itu. Sasuke yang dingin, dan tidak pernah terbuka kecuali padaku dan kakaknya. Sasuke yang tidak pernah memikirkan apapun tentang cinta. Sasuke yang selalu mengikutiku ke mana pun.

Tapi sekarang tidak.

Sasuke yang itu telah "menghilang".

Tergantikan oleh Sasuke yang selalu mendambakan Ino.

Tergantikan oleh Sasuke yang hanya akan menemuiku jika ia membutuhkanku.

"Aku benar-benar sakit bakaaaa!" Ingin. Ingin sekali rasanya aku berteriak seperti itu tepat di depan Sasuke.

Ia yang selalu bersamaku membuatku besar kepala, Membuatku berpikir ia bersamaku karena ia menyukaiku.

Tapi itu semua salah.

Rasanya, aku akan hancur saat ia berkata di depanku dengan senyuman yang lebar, "Aku menjadi kekasih Ino!"

Ingin rasanya aku menghilang saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya.

Kutatap jepit rambut berbentuk bunga sakura pemberiannya saat ulang tahunku ke-18 yang lalu. Sangat manis. Kumasukkan jepit itu ke dalam kotak dan kusimpan dalam-dalam di lemariku.

"Aku harus melupakannya."


Haruno Sakura, itulah namaku. Beberapa orang yang sudah sangat dekat denganku memanggilku Saki.

Awalnya aku memiliki keluarga lengkap yang sangat bahagia. Kedua orang tuaku baik, dan juga kakak kembar yang senantiasa menyayangiku.

Sayang sekali mereka semua sudah tiada.

Aku tidak memiliki ingatan yang dapat menjelaskan insiden yang telah merenggut nyawa keluargaku. Yang kutahu hanya jasad kakakku belum ditemukan sampai sekarang. Itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Ah aku jadi teringat pada masa lalu, saat pertama kali aku bertemu Sasuke. Ia selalu memanggilku Saki, sungguh masa-masa yang manis.

Sejak saat itu, aku dirawat oleh keluarga yang telah menjadi sahabat karib kedua orang tuaku. Mereka berdua sangat baik padaku.

Tapi masalahnya ada pada putra mereka.

Sai, sepertinya ia sangat membenciku.

"Hoi anak numpang."

Langkah kakiku terhenti, aku menoleh ke belakang dan Sai yang sedang memegang gagang pel seraya menatapku rendah.

Aku ingin mencolok matanya...

"Ada apa?" Tanyaku sambil berjalan menuju ke arahnya.

Sai melemparkan gagang pel yang ia pegang ke arahku. Aku hanya bisa meringis pelan, tanganku mengambil gagang pel yang terjatuh itu.

"Bersihkan kamarku." Perintah pria yang usianya 2 tahun di atasku tersebut.

Aku hanya mengangguk lemah, menuruti perintahnya.

Saat ia hendak berjalan melewatiku, ia terdiam di sebelahku. Aku memejamkan mataku, takut.

"AKH!" Aku teriak tertahan, merasakan sakit yang merambat di kepalaku akibat Sai yang menjambak kuat rambutku.

"Jangan pernah berbicara yang aneh-aneh pada Ayah dan Ibu." Desisnya dengan suara pelan yang hanya bisa terdengar olehku. Untuk kesekian kalinya, aku hanya bisa mengangguk lemah. Menahan tubuhku yang bergetar hebat.

Akhirnya ia menghentakkan jambakannya hingga aku terjatuh di lantai. Ia pun berjalan pergi menuju pintu depan, aku menatap punggungnya yang semakin menjauh. Dan perlahan-lahan menghilang dari pandanganku.

Kuraih lagi gagang pel yang terjatuh dan segera berdiri. Kutatap gagang pel itu sejenak lalu beranjak menuju kamar Sai.

Kumasuki kamar yang memiliki nuansa abu-abu, kamar Sai. Kamarnya cukup rapi untuk ukuran lelaki sepertinya. Setelah kusapu lantainya, segera ku pel.

Seraya mengepel, pikiranku melayang pada saat pertama kali bertemu Sai. Rasanya aku ingin tertawa mengingat ia yang sejak dulu sangat membenciku. Tapi tawa itu tertahan mengingat usahanya yang selalu ingin membunuhku. Iya, membunuhku. Bahkan saat baru 2 hari di rumahnya itu aku langsung dilarikan ke rumah sakit akibat Sai yang mendorongku dari tangga.

Walaupun sudah dimarahi oleh paman dan bibi, Sai masih saja kerap menyiksaku. Tapi ia menyiksaku diam-diam dan mengancamku untuk tidak melaporkannya pada orang tuanya.

Karena takut, aku tidak memberitahukannya pada siapapun, bahkan pada Sasuke.

Hingga sekarang rasa takut itu masih tinggal di dalam hatiku. Bahkan menjadi trauma. Aku tidak akan mampu melawannya, tidak akan pernah bisa.

Sesungguhnya aku ingin ke luar dari rumah ini dan tinggal sendiri di rumahku yang lama.

Tapi aku tidak ada uang...

Huuuft, aku harus segera bekerja. Mungkin kerja sambilan cukup untuk membiayai kehidupanku sendiri.

Sekarang aku masih harus menahan hasratku untuk menjambak rambut hitam Sai. Dan tentu saja harus menjaga diriku untuk tidak terbunuh di tangan Sai.

Setidaknya aku ingin mati dengan cara yang elit dan keren. Bukan mati di tangan psikopat gila itu! Lagipula aku tidak ingin mati muda...

Walaupun sejak usianya menginjak 16 tahun Sai mulai jarang menyiksaku dan siksaannya tidak separah dulu, tapi tetap saja aku bisa mati kalau sembarangan bertindak!


NORMAL POV

Seorang lelaki tampan bersurai merah darah mengendarai mobil berwarna hitam metalik. Ia mengapit ponsel di antara bahu dan telinganya. Lelaki yang memakai kacamata hitam tersebut menyeringai.

"Yayaya, sabar Presdir. Beberapa hari lagi aku akan menjemputnya."

"..."

Seringai tersebut semakin melebar saat mendapat sahutan dari seseorang yang berada di seberang telepon.

"Ya, aku akan menjemput Haruno Sakura."

TBC

Ahaaaay, cerita ini berdasarkan isi hati dan pengalaman authoor X3

Semoga para pembaca menyukainya ^^

Maaf karena banyak typo ya XD

Sasori mungkin akan muncul chapter selanjutnya...

RnR?