Halooo, ini fic pertamaku yang berbahasa Indonesia, hehehehehehe XD

Kalu misalnya agak aneh, mohon maklum, otak saya sudah terkontaminasi oleh...yaaaah... begitulah...

Summary: Gokudera sangat mengagumi Tsuna yang telah menyelamatkannya dari suatu kejadian, tanpa mengetahui bahwa orang yang dikaguminya bukanlah orang polos yang seperti ia bayangkan.

Warning : Karena OTP-ku adalah Tsuna + Gokudera, jadi Tsuna-lah yang paling mendominasi, terus juga karena ini adalah yaoi, kalau yang belum cukup umur ataupun ngga suka yaoi atau juga ngga suka Tsuna jadi seme... ngga dibaca jg ngga apa-apa... Mungkin jg Tsuna bakal OOC, bayangin aja Tsuna lagi di Hyper Mode, m'kay?

Katekyo Hitman Reborn bukan punyaku! Karakternya juga bukan! KHR punya Akira Amano, fic ini cuma buat hiburan semata ^^;

Italic = pikiran

Normal =normal

underline = masa lalu


Chapter 1

Namimori adalah sebuah kota kecil yang damai dan setiap penduduknya adalah orang yang ramah. Walaupun kecil, namun semua kebutuhan yang dibutuhkan selalu tersedia di kota ini. Setiap penduduknya pun memiliki kegiatan yang rutin untuk dilakukan setiap harinya sesuai dengan peran mereka di dalam masyarakat, tidak terkecuali bagi Gokudera Hayato.

Hari ini merupakan hari pertamanya masuk sekolah, sebagai murid kelas 1 SMA. Di mana sekolahnya? Tentu saja di Namimori. Ia bertaruh dengan ayah dan kakaknya, kalau ia berhasil melalui hidupnya selama 3 tahun di Jepang tanpa surat peringatan, surat panggilan, atau apapunlah, maka ayah dan kakaknya tidak boleh lagi mencampuri urusannya. Yah, karena, selama sejarah hidupnya di Italia, Gokudera mungkin sudah membuat orang-orang di sana menjadi musuhnya, tidak lupa berapa banyak perkelahian yang telah ia hadapi di sana.

Untuk menjaga image-nya sebagai anak yang baik, Gokudera sudah memutuskan untuk memakai kacamatanya setiap hari dan juga mengikat rambutnya (seperti buntut kuda) setiap hari juga. Pokoknya ia harus memiliki catatan yang bersih di sekolah. Hidup mandiri merupakan dambaannya, ia tidak ingin diganggu oleh ayahnya yang cerewet, dan kakaknya yang... hobi meracuninya. Saat dalam perjalannya menuju sekolah, Gokudera dicegat oleh segerombolan mahasiswa, yang tampangnya sama sekali tidak ada baik-baiknya, bajunya pun, uhhh... lebih terlihat seperti preman daripada mahasiswa. Makanya aku benci orang yang lebih tua dariku.

"Hei! Mana dompetmu!" Salah satu dari mahasiswa itu meneriakinya sambil mengulurkan tangannya. Karena kebetulan hari itu masih pagi, masih belum banyak orang yang beraktivitas di pinggiran jalan, masih sepi lebih tepatnya. Gokudera tetap diam, dia pikir enak saja. Dia pun memutuskan untuk tetap melangkah dan tidak menghiraukan gerombolan mahasiswa tersebut.

"Mau kemana kamu!" Lagi-lagi, salah satu mahasiswa tersebut memeganng pundaknya dan menariknya kembali ke posisi semula. Tapi berbeda kali ini, mahasiswa tersebut mengeluarkan pisau lipat dan mengancamnya.

"Tuli ya? Mana dompetmu!"
"Tidak ada" Gokudera dengan cepat membalasnya, sambil memelototi mahasiswa tersebut melalui kacamatanya yang tanpa bingkai. Gawat, kalau ada yang melihatku disini. Dalam hati, Gokudera sebenarnya takut, tapi bukan takut terhadap para mahasiswa tersebut, ia takut apabila ada orang yang tidak sengaja melihatnya dan melaporkannya ke sekolah, wajar saja, ia 'kan sedang memakai seragam SMA-nya, otomatis orang-orang akan tau kalau ia sekolah di sana. Kalau begitu, harapannya untuk mendapat catatan yang bersih...

Ketika anak berambut perak itu sedang tenggelam dalam lamunannya, mahasiswa tersebut mengambil kesempatan untuk melukainya. Gokudera terbelalak, saat ia menyadari ada pisau yang diarahkan kewajahnya, tinggal beberapa senti lagi, wajahnya akan-

"HUWAAA!" Sebuah tangan yang kecil memegangi pergelangan tangan mahasiswa tersebut, mencegahnya untuk menusuk korbannya di saat yang tepat. Otomatis, pisau tersebut lepas dari tangannya dan ia pun meringis kesakitan. Teman-temannya yang lain merasa sangat terkejut, mereka tidak menyadari adanya kehadiran pria tersebut. Gokudera memandang kagum pria tersebut, kalau dilihat-lihat, tinggi tubuh pria tersebut tidak jauh berbeda dengannya, mungkin lebih pendek sekitar 2 atau 3 senti, rambutnya bermodel spiky dengan warna cokelat. Dan satu hal yang sangat mengejutkan, ia memakai seragam yang sama dengannya.

"Senpai, tidak baik lho, mengganggu orang yang lebih muda darimu"

"Diam ka-AAAAAAAAAH!" Pria tersebut dengan mudahnya memelintir tangannya, sampai-sampai terdengar bunyi seperti ada yang sesuatu yang dipatahkan.

"J-Jangan takut! Ayo, dia cuma sendiri, apa yang bi-"

BUG

Ada seseorang lagi yang memukul salah satu mahasiswa tersebut dari belakang. Kali ini, adalah seorang pria yang sangat tinggi, dengan potongan rambut pendek berwarna hitam.

"Hahahahaha, maaf, maaf! Tapi satu lawan empat 'kan tidak adil"

Karena saking takutnya, mereka pun lari terbiit-birit, pria berambut cokelat itupun melepaskan mangsanya dan membiarkannya lari seperti pengecut.

"Kamu tidak apa-apa?" Suara pria berambut cokelat itu ternyata sangat lembut, matanya pun memiliki warna yang tidak wajar, seperti ketika langit sore hari. Gokudera terus memandangi wajah orang tersebut, ia tidak mendengar pertanyaannya.

"Hahahahaha, seragammu itu, Namimori High juga 'kan?" Kali ini pria berambut hitam itu yang bertanya.

"A-ap-... Ohh, iya, ini hari pertamaku"

"Hahahahaha, namaku Yamamoto Takeshi, senang berkenalan denganmu!" Pria yang menyebut dirinya sebagai Yamamoto itu pun mengulurkan tangannya, namun Gokudera tidak suka dengan perlakuannya yang sok ramah itu. Ia pun membuang mukanya. Pria berambut cokelat itu hanya tertawa melihat Yamamoto gagal melakukan perkenalan dengannya.

"Namaku Sawada Tsunayoshi, namamu?"
"G-Gokudera Hayato... ...Ooh, ya! Tadi... kamu keren sekali!"
"H-Haaa?"

"Orang-orang berandalan itu, kamu hebat sekali bisa menghentikannya! Hanya dengan tanganmu, kamu bisa membuat orang-orang *bla bla bla*" Gokudera memuji Tsuna dengan mata yang berbinar-binar, mengapa ia mengaguminya? Gokudera pun tidak tahu, tapi aura yang dipancarkannya sangat ... sulit dijelaskan dengan kata-kata, belum lagi, ini pertama kalinya ada orang yang mau menolongnya. Apakah karena kacamatanya ia terlihat seperti lemah? Tidak tahu juga sih.

"Emm, bagaimana kalau sebaiknya kita pergi sekarang bersama-sama, hampir waktunya untuk masuk"

"Dengan senang hati! Sawada-san!"
Mendengar namanya dipanggil seperti itu, Tsuna hanya bisa tersenyum lembut untuk membalasnya. Gokudera pun membalasnya lagi dengan senyum lebarnya, ia sangat senang, di hari pertamanya ia sudah bisa bertemu orang hebat seperti dia, walaupun ia tidak tahu, bahwa di balik senyum lembutnya itu, ia menyembunyikan sifat aslinya.

.

.

.

(*O*)

Sesudah acara penyambutan selesai, para siswa diijinkan untuk istirahat di kelas masing-masing sebelum wali kelas mereka masuk. Gokudera tidak menyangka kalau ia akan sekelas dengan orang pujaannya, Tsuna, walaupun ternyata Yamamoto juga sekelas dengannya. Saat ia berbincang-bincang dengan Yamamoto, ternyata pria tinggi itu sangat menyukai baseball, dalam setiap pembicaraanya ia selalu memasukkan topik baseball, dan Gokudera pun merasa iri dengannya karena Yamamoto ternyata sudah berteman dengan Tsuna sejak kecil. Sedangkan mengenai Tsuna, Gokudera tidak terlalu banyak mengetahui masa lalunya, namun ia tidak keberatan. Misteri membuatnya lebih misterius dan juga, lebih keren! Menurutnya...

"Tapi benar, lho! Tsuna itu populer karena wajah manisnya!"
"Yamamoto... Jangan sebut aku manis" Tsuna hanya bisa tertawa lemah mendengar pernyataan teman baiknya itu.

"Betul, Yakyuu Baka! Sawada-san adalah orang yang gagah!" Gokudera dengan sigap mendukung Tsuna, walaupun bukan itu yang diinginkan Tsuna. Tapi memang, tubuhnya memang sedikit lebih pendek dari Gokudera, laki-laki banyak yang menganggapnya manis, sedangkan perempuan menggguminya sebagai pria bermata seksi. Siapa juga yang memiliki mata berwarna oranye seperti Tsuna.

"Gokudera-kun... Kamu selalu mengikat rambutmu seperti itu?"
"Eh? Ooh,... uuum, yaaah..." Gokudera kebingungan untuk menjawab pertanyaan Tsuna, ia hanya ingin memberikan kesan baik dan memiliki catatan yang bersih... tapi kalau ia memberitahukan alasannya, akan terdengar sangat konyol sepertinya.

"Itu manis kok"

"... u-ummm, a-aku ijin ke t-toilet dulu" Dengan langkah yang aneh dan terkesan buru-buru, Gokudera dengan cepat meninggalkan meja Tsuna dan keluar ruangan. Mendengar Tsuna mengatakan bahwa ia manis, rasanya semua darahnya sudah berada di kepalanya. Wajahnya mungkin sekarang sudah sangat merah seperti buah tomat. D-Dia bilang aku... m-m-m-m-manissssss?

Saat Gokudera sudah pergi dari kelas, Tsuna menyeringai dan menyender ke kursinya. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu orang sepolos Gokudera.

"Tsuna, aku tidak tahu kamu bisa menyebut seorang pria itu manis"
"Hmm? Benar kok, ia manis... terutama saat wajahnya memerah"
"Haaah, selalu saja..."

Saat ia sedang berbicara dengan Yamamoto, seorang gadis menghampiri Tsuna dan dengan malu-malu mengajaknya untuk berbicara sejenak di luar kelas. Tsuna hanya berkata kepada Yamamoto untuk menunggunya hingga ia kembali. Yamamoto mengangguk, dan ia berpikir, mungkin Tsuna akan mendapat 'hiburan' lagi malam ini.

.

.

.

(*O*)
"Dari dulu?"

"I-Iya, kita pernah sekelas waktu SMP"

"Oooh"

Gadis itu ternayata bernama Ayane, tapi Tsuna tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Ia tidak pernah memperhatikan hal yang tidak menarik perhatiannya ataupun tidak berhubungan dengan 'pekerjaannya'. Tsuna sedang mendengar pengakuan gadis tersebut terhadapnya di koridor yang lumayan sepi.

"Kalau kamu suka aku... Kamu bisa memberi apa kepadaku"

"Mmmm... Apapun... aku juga bisa memberimu... kenikmatan"

Tsuna hanya menyeringai tajam kepadanya, seperti biasa, para perempuan seperti ini belum mengerti apa arti suka sesungguhnya, mereka hanya ingin memenuhi kepuasan mereka secara pribadi. Tapi toh, Tsuna tidak peduli, dia adalah orang yang baik, dia akan selalu menolong orang yang memang membutuhkannya, dan juga menolong orang-orang lemah. Itu lah yang diajarkan kakek buyutnya untuk menjadi Boss Mafia yang baik...
"Baiklah, kalau memang itu yang bisa kamu berikan, aku tidak keberatan"

"Ini alamat rumahku, ummm, kamu mau datang... besok?"
"Yep" Tsuna mengangguk sambil mengambil secarik kertas yang bertuliskan alamat si gadis itu. Sesudah itu ia kembali tersenyum manis kepadanya dan melangkah pergi dari koridor. Saat ia akan memasuki kelas, ia berpapasan dengan Gokudera yang baru saja kembali dari toilet, mukanya sudah tidak merah, namun ujung-ujung rambut depannya masih meneteskan air, sepertinya Gokudera baru saja mencuci mukanya. Kacamatanya pun sedang ia lepas dan gosok dengan blazernya.

Itulah pertama kalinya Tsuna melihat matanya tanpa melalui kacamatanya. Gokudera yang kebetulan menyadari kehadiran Tsuna, langsung menatapnya dan tersenyum lebar kepadanya.

"Sawada-san! Lho, kenapa sendirian, yakyuu baka tidak ikut?"
"Haha, masalah pribadi, seperti biasa"

"?"
Tsuna pun melanjutkan perjalannya ke kelas sambil diikuti Gokudera dari belakang. Ia berpikir, mungkin tahun ini akan menjadi tahun yang menarik baginya.

.

.

.

End of Chapter 1