Love, Death and Reincarnation
Pair:SasuSaku
Genre: Romance, Drama.
Rate: T
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Summary:
Haruno Sakura seorang penerus tunggal perusahaan Haruno corp. yang tidak pernah menyerah untuk lari dari takdir yang ditentukan oleh almarhum ayah dan ibunya. "Menggapai impian dan membuat kisah cintaku sendiri adalah hal terindah," kata Sakura bersemangat sambil mengepalkan tangan. Kisah perjuangan hidup seorang Sakura dengan kondisi tubuh yang lemah bersama Ino dan Deidara yang selalu mendukung Sakura sampai akhir hidupnya.
Chapter 1: "My Little Family"
"Sakura hime-sama, bergegaslah. Nanti anda bisa terlambat…" kata seorang maid dari balik pintu.
"Urusai! (berisik!) Aku tahu itu!"
"Biar aku saja yang mengurus hime-sama…" kata seorang gadis dari balik pintu.
.
.
.
Perkenalkan namaku Haruno Sakura. Siswi SMA di Konoha Gakuen berumur 18 tahun. Di awal musim semi ini, aku baru saja pindah sekolah ke tempat aku dilahirkan, yaitu di Jepang di kota Tokyo. Aku tinggal di Mansion yang cukup besar dan megah juga bersekolah di tempat yang elit bersama dengan Ino, sahabatku atau lebih tepatnya aku menganggap dia sebagai salah satu saudaraku.
.
.
.
"Sakura…"
.
.
.
Aku mendengar suara yang sudah tidak lain adalah suara Ino. Ino adalah seorang gadis berambut pirang dengan ciri khas poninya yang menutupi mata kanannya. Dia adalah gadis yang sangat mengerti aku. Hanya dia dan kakaknya yang tidak memanggilku dengan sebutan hime-sama. Hime-sama jika diartikan ke bahasa inggris artinya adalah Tuan Puteri dan aku sangat membenci julukan itu. Bagiku itu sangat memalukan. Aku hanyalah seorang Sakura dan aku tidak mau dipandang hanya karena marga Haruno yang terkenal di seluruh Jepang.
.
.
.
"Sakura, aku masuk ya…" kata Ino dari balik pintu.
.
.
.
Pintu kamarku yang awalnya tetutup rapat kemudian terbuka dan inilah aku dengan penampilanku yang biasa kubilang 'rapi' tapi tidak cukup rapi untuk Ino.
"Ya ampun, Sakura. Kau ini…" kata Ino sambil menggelengkan kepalanya melihat aku yang berantakan.
"Kerah kemejamu belum terlipat sempurna, lalu kau belum memasukkan ujung kemejamu ke dalam rokmu. Pita pelengkap kemeja belum terikat rapi." kata Ino sambil melihat aku dari atas ke bawah.
"Setengah jam kau berada di dalam kamar, tapi yang terlihat rapi hanya rambut soft pink milikmu." lanjutnya.
.
.
.
"bla.. bla.. bla…"
.
.
.
Semenjak orangtuaku telah tiada, hanya Ino yang berani mengomeliku setiap hari dan setiap saat ketika ada yang tidak beres denganku. Hanya dia yang semakin hari terlihat semakin dewasa. Aku senang saat dia selalu melihatku apa adanya tanpa melihat margaku. Aku bersyukur dia menjadi bagian dari cerita hidupku.
.
.
.
"Selamat pagi Sakura…"
"Selamat pagi, onii-chan(kakak laki-laki)…" balasku pada kakaknya Ino.
"Ehm, Onii-chan…"
"Oh, selamat pagi Ino."
.
.
.
Pagi ini, laki-laki yang berada di depan pintu utama Mansionku adalah Deidara. Umurnya 22 tahun dan dia kakaknya Ino yang bertugas menjadi supir pribadiku serta menjaga kami berdua. Mereka berdua bekerja dan tinggal di Mansion milik orangtuaku yang sekarang menjadi Mansion milikku. Aku sering sekali melihat mereka berdua bertengkar dihadapanku. Satunya pecemburu dan satunya lagi suka menggodaku hingga mukaku menjadi merah seperti buah Strawberry yang manis dan terlihat enak untuk dimakan.
.
.
.
"Onii-chan. Sudah kubilang berapa kali untuk selalu menyapaku duluan…" kata Ino sambil mengerucutkan bibirnya.
"Habis, yang bersinar di mataku hanya Sakura sih… Kamu mah gelap gulita…" balas Deidara santai.
"Sudahlah Ino… Dia kan hanya sedikit bercanda…" kataku sambil berusaha meredam pertengkaran diantara mereka.
"Aku kan juga ingin dilihat Onii-chan. Jangan kau monopoli sendiri, Sakura…"kata Ino sambil memukul bahuku lembut dengan kepalan tangannya.
"Onii-chan, sebaiknya kita bergegas ke sekolah…" kataku sambil melihat ke arah jam tanganku.
"Memangnya harus terburu-buru?" tanya Ino.
"Aku hanya ingin tahu saja seperti apa hari pertama sekolah di Jepang,"
"Khawatir dengan hari pertama, eh?" tanya Deidara.
"Hahahaha… Bukankah Sakura selalu seperti ini, Onii-chan?" tawa Ino hambar.
.
.
.
Tidak ada lagi percakapan diantara kami setelah mendengar tawanya Ino dan seperti biasa sebelum kami berangkat ke sekolah, Deidara selalu mengelus kepala kami berdua, namun pada akhirnya hanya rambutku yang selalu dibuat berantakan olehnya. Deidara selalu tertawa dan selalu tersenyum bersamaku dan juga Ino. Dia itu Onii-chan yang hebat yang selalu bisa diandalkan.
.
.
.
"Onii-chan! Lihat apa yang sudah kau perbuat pada Sakura!" bentak Ino.
"Seperti biasa, kan?" balas Deidara.
"Sudahlah Ino. Kau ini seperti baru mengenalnya…"
.
.
.
Terkadang kedua bersaudara ini sangat misterius bagiku. Saat aku membela Onii-chan, mukanya sedikit memerah. Baru saja aku membelanya untuk kesekian kalinya, dan untuk kesekian kalinya muka Ino memerah dengan sempurna. Ya, sudahlah aku tidak ingin membahas masalah mereka berdua lebih jauh lagi.
.
.
.
"Umm… Ino. Sepertinya aku lupa memasukkan sisir pink milikku ke dalam tas," kataku sambil mengaduk-aduk isi tas sekolahku.
"Aaah dasar Sakura ceroboh. Pakai saja milikku untuk merapikan rambutmu yang berantakan." balas Ino seraya memberikan sisirnya kepadaku.
"Jangan kau berikan, Ino!" potong Onii-chan.
"Itu 'kan barang berharga yang menjadi hadiah ulang tahunmu tahun lalu. Bukankah kau sendiri yang bilang? Jadi aku juga tidak mau barang berharga yang aku berikan padamu harus dipakai Sakura."
.
.
.
Kalau dipikir-pikir memang benar apa yang dilarang oleh Onii-chan kepada Ino. Tidak seharusnya aku memakai sisir berharganya yang berwarna ungu. Tak apalah, biar aku sendiri yang mengambil sisirku di kamar.
.
.
.
"Mau kemana, Sakura?" tanya Onii-chan.
"Jelas mengambil sisir pink milikku yang lucu." balasku sambil berlalu di depan mereka berdua.
"Tunggu di sini saja. Biar Ino yang ambilkan untukmu." kata Onii-chan sambil memegang pergelangan tanganku erat.
.
.
.
Aku sama sekali tidak merasa kaget. Memang setiap kali aku lupa memasukkan barang berharga di dalam tasku, Onii-chan tidak pernah membiarkan aku mengambilnya sendiri dan selalu meminta Ino untuk mengambilkannya untukku. Tapi kali ini sedikit terasa aura yang berbeda darinya. Hari ini cara Onii-chan menatapku sangat tidak biasa. Seperti ada hal penting yang ingin dibicarakan. Maka kini hanya tinggal aku dan Onii-chan di sini.
.
.
.
"Umm… Apa ada yang ingin dibicarakan, Onii-chan?"tanyaku ragu-ragu.
"Ah tidak, tidak ada yang penting. Hanya aku ingin minta maaf soal rambutmu."
"Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Malah aku senang dapat sambutan hangat seperti itu." kataku sambil tersenyum.
"Baguslah kalau kau senang, Sakura. Aku jadi ikut senang. Tapi…"
"Tapi?" tanyaku dalam hati.
"Tapi bukan hal itu yang aku ingin katakan…" kata Onii-chan sambil tersenyum kearahku.
"Lalu apa?" tanyaku lagi penasaran.
"Tak ada apa-apa, Sakura."
.
.
.
Berkali-kali Onii-chan meminta maaf padaku dan berkali-kali pula percakapan diantara aku dan dia selalu berakhir dengan jawaban yang sama. Sepertinya ada sesuatu hal yang ingin dia bicarakan, namun sepertinya sulit dikatakan. Wajahnya terpancar aura yang tidak aku mengerti setiap kali Ino menghilang diantara kami untuk beberapa saat.
Setiap kali dia tersenyum dan tertawa kecil setiap berada di dekatku. Hal ini sudah terjadi berulang kali selama kurang lebih 3 bulan yang lalu sebelum kepindahanku kemari. Entah apa yang dibayangkannya, tapi aku tidak mau mengganggunya lebih jauh. Cukup melihat orang-orang yang ada di sekitarku terlihat bahagia, maka akupun juga ikut bahagia.
.
.
.
"Umm… Sakura…"
.
.
.
"Sakura… Sakura…"
.
.
.
Oh sial, aku terlalu lama terhanyut dalam lamunanku dan pertanyaan kecilku tetang Onii-chan sampai-sampai aku tidak mendengar panggilan Ino. Aku jadi malu sendiri dan jantungku bergdegub kencang karena kaget.
.
.
.
"Sakura, kau ini jangan melamun terus," kata Ino sambil menepuk pundakku.
"Ah, maaf…" balasku.
"Ini sisir milikmu."
"Oh terima kasih…"
.
.
.
Huh? Baru saja aku ingin mengambil sisir pink milikku, namun disambar oleh Onii-chan. Sebenarnya apa sih yang dipikirannya? Aku jadi penasaran. Semenjak kedatangan mereka ke hidupku, banyak hal yang aku tidak mengerti dari sosok seorang Deidara.
.
.
.
"Biar aku yang rapikan untukmu, Sakura…" kata Onii-chan.
"Tidak usah, Onii-chan…" tolakku ramah.
"Untuk kali ini biarkan aku menebus kesalahanku, Sakura…"
"Tapi… Tapi…"
.
.
.
Semua perkataanku tidak didengarkan Onii-chan. Aku jadi sedikit merasa risih dengan perlakuannya. Disisirnya rambutku hingga rapi seperti sedia kala. Namun di saat yang sama, aura Ino mendadak berubah. Menjadi sedikit lebih mengerikan. Entah aura apa ini aku tidak mengerti. Padahal dari dulu aku menganggap mereka seperti saudaraku. Yah tapi aku percaya pada akhirnya semua akan baik-baik saja begitupun dengan Ino.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
BaCotan Author:
Para reader yang saya hormati, mohon maaf untuk cerita Love and Death yang dulu pernah saya publish. Jadi saya menggantinya dengan yang satu ini. Saya hanya author picisan dan meminta saran lebih pada kalian kalau story saya kurang greget di mata kalian.
Jadi saya meminta PM dan review yang sopan dan bermanfaat untuk saya. Dan kalau saya berkenan, maka saya akan memasukkan saran ataupun ide yang menarik untuk saya.
Sekian dan terimah kasih.
