Disclaimer: Kuroko no Basuke©Fujimaki Tadatoshi

Warning! Typo(s), a lot miss

'five better than 2' by AumyMitsu

.

.

.

Ada saat dimana hanya duduk berdua diatas sofa dekat perapian menjadi sebuah peraturan tak tertulis selama musim dingin. Disaat intensitas butiran salju yang sudah memenuhi halaman rumah, mereka seolah tak peduli dan memilih menonton televisi dengan segelas cokelat panas dibandingkan mengeruk berjuta-juta butiran salju yang membumbung setengah kaki.

Duduk dengan dikelilingi aroma Daiki adalah hal favorit Satsuki. Maka dari itu, berada didalam pelukan Daiki adalah hal terbaik untuk mengusir minus dua derajat yang berbaur pada udara. Menyandar pada dada bidang suaminya itu, diiringi nafas Daiki yang menyentuh hangat telinganya, tangan kekar Daiki yang dari belakang masuk melalui celah bajunya, melingkarkannya disana, kecup-kecup hangan dipuncakkepala, permainan tangan Daiki pada rambutnya. Ini adalah posisi terbaik untuk menonton Tv.

Mereka sepakat untuk menonton sebuah drama akhir pekan. Setelah sedikit berdebat, siapa yang menguasai remote untuk minggu ini. Namun, mencari jalan tengah Daiki mengalah dan membiarkan Satsuki merajai televisi.

"Dai-chan, mengapa dua lebih baik? Padahal aku ingin tiga." Sebuah kalimat muncul beberapa saat setelah sebuah jeda pariwara menggantikan adegan drama. Daiki mengangkat alis sementara pelukannya semakin erat pada Satsuki, mencari kehangatan.

"mereka hanya membatasi, bukan berarti kau tak boleh punya tiga." Daiki berujar membalas Satsuki. Menurunkan kepalanya kepada lekukan leher Satsuki dan menghirup aromanya dalam.-dalam. Seperti favorit Daiki.

"untuk apa dibatasi?" Satsuki sedikit memiringkan kepalanya kekanan, membuat Daiki sedikit mendapat celah untuk menjelajahi leher Satsuki dengan kecupan-kecupan ringan.

"mereka tak menyukai kepadatan. Kurasa Jepang terlalu padat akhir-akhir ini." Daiki masih tetap mengecup, Satsuki tiba-tiba merinding. Entah karena suhu dua derajat, atau kecupan-kecupan Daiki, atau suara rendah Daiki, ataupun ketiganya.

"ah tidak! Kurasa aku ingin lima." Satsuki lalu menolehkan kepalanya kepada Daiki. Daiki mengangkat wajah walau masih pada leher Satsuki.

"mengapa?"

"agar mempunyai satu tim basket, tentu saja." Satsuki berujar riang. Daiki mendengus.

"sebelum lima, kau harus mempunyai satu dahulu" Daiki mengeram rendah. Dia memanfaatkan celah. Dan Satuki begitu memahaminya.

"kurasa langsung lima saja tidak masalah." Satsuki tak menyukai tarik-ulur,maka dia langsung bertindak cepat. Dia mencium Daiki cepat dan tersenyum. "bolehkah?"

Daiki membalas tersenyum tipis. Mengeratkan pelukannya pada Satsuki, kemudian mengecup Satsuki. Mengecupnya berkali-kali, lagi, lagi, dan lagi, Daiki tahu, untuk sebuah adiktif, bibir Satsuki tak cukup untuk kecupan. Namun, dia tahu Satsuki menyukainya.

"kalau begitu kau harus kuat, lima tidaklah mudah." Daiki masih sempat menyeringai. Namun karena itu, Satsuki bergerak memperteemukan kembali bibir mereka, memangutnya begitu lama dan begitu intens.

Nafas saling beradu, dan tangan saling memaut. Satsuki membalikkan tubuhnya dan duduk pada pangkuan Daiki. Pangutan tak terlepas, dan mata saling memandang dalam.

Dan Daiki tahu Satsuki tidak bercanda soal lima. Maka, dari sana mereka sudah sepakat, bahwa lima lebih baik daripada dua.

.

.

.

End(?)

.

A/n: owkey, menurut imajinasi liar saya yang tak tertuang disini, setelah dilihat-lihat saya yakin mereka dapat bikin tim basket. btw, disini dingin, dan saya lapar, hehe.