Hai semuaaaaaa~~ Author kembali lagiiiii *wink*
Ini Sequel dari Shin's Basketball. Jadi mohon petunjuknya.
Ini tentang masa Kuroko-kun tercinta milikku *Digeplak reader* pacaran dengan OC milik Author di cerita kurobas sebelumnya.
Oh, ya, ini full romance. nggak ada pertandingan. kalaupun ada bakal langsung di skip!
.
"Azuna Shin" ucap Kuroko. Shin menatapnya heran.
"Ada apa, Kuroko-kun?" tanya Shin balik tersenyum manis.
"Aku suka padamu"
.
- Chapter 1 : "Valentine" -
.
Azuna Shin menutup pintu apartemennya. Di depan pintu itu sudah berdiri seorang pemuda berambut serta beriris babyblue, yang tampak menunggunya. "Ah, ohayou, Kuroko-kun!" seru Shin sambil mengunci pintu. Kuroko Tetsuya, mengangguk dan tersenyum kecil pada ehehmpacarnyaehem. "Ohayou, Azuna-san" balasnya. Shin menuruni tangga, diikuti Kuroko. "Gomen, Kuroko-kun, aku lama..." ucap Shin tersenyum kecut. Kuroko menggeleng. "Tak apa, kok" balasnya. Shin tersneyum dan bergegas menuju sekolahnya.
SMA Swasta SEIRIN tampak ramai. Murid murid baru berdatangan dengan berisik. Shin menatap ratusan siswa-siswi yang bergulat melihat kelas baru mereka. Shin hanya bisa diam atau dirinya penyet di gencet sana sini. Ia kini mendoakan keselamatan Kuroko, yang dengan sukarela mencarikan kelasnya. "Azuna-san" panggil Kuroko setelah keluar dari kepungan siswa-siswi. Wajahnya yang datar entah kenapa tampak lebih berseri seri. "Aku dan kamu satu kelas. Kelas 2-A" ucap Kuroko tersenyum. Shin pertamanya melongo. Tapi kemudian ia reflek menarik tangan Kuroko sambil berkata "Betulkah? Kamu serius, Kuroko-kun?!" Kuroko mengangguk. "hum!" Senyuman Shin merekah lebar, dan kemudian memerah setelah menyadari tangannya kini menggandeng tangan Kuroko. "K-Kuroko-kun, kekelas, yuk" ucap Shin. Kuroko mengangguk.
"Suit, suit! Kalian berdua sudah mesra saja!" seru gadis berambut oranye yang segera merangkul Shin. Kuroko Hinako nyengir lebar menyadari dua anak SMA itu melongo menatapnya. "nee-san, kenapa bisa disini?" Tanya Kuroko heran. Hinako membentuk tangannya menjadi peace. "Aku di terima sebagai pelatih klub basket. Selama kalian belajar, aku bantu-bantu para sensei" terang Hinako riang.
BAAK
Tas milik Kagami Taiga terjatuh secara tidak elite. Matanya terbelalak melihat sosok gadis preman yang kini berada di lingkup sekolahnya. "HINAKO!" kaget pemuda itu. Hinako mengangkat salah satu tangannya, tanda menyapa. "Yo, Taiga!" serunya tidak kalah riang. Kuroko menutup mulutnya, menahan tawa. Shin tersenyum penuh arti. "Ngomong-ngomong, Hinako-san, Kagami-kun, sejak kapan kalian saling panggil nama dengan nama kecil?" Tanya Shin. Wajah Hinako memerah. Sementara Kagami menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"etto... UAH! Sudahlah! Lebih baik kalian semua masuk ke dalam kelas! Aku mau kerja dulu!" Seru Hinako segera pergi ke ruang guru. Kuroko menyikut cahayanya itu. "Apa yang terjadi antaramu dengan nee-san?" Tanya Kuroko. Kagami mengambil tasnya, dan menjawabnya sambil berjalan. "Yah... Bukan apa apa. Dia hanya melatihku secara privat dan makan bersama. Hanya itu, sungguh!" aku Kagami. Shin tersenyum mengejek. "Makan bersama? Maksudmu dinner romantis? Tak kusangka cahayamu ini berani merebut Hinako-san..." ucap Shin agak mengejek. Wajah Kagami makin merah. "BERISIK! AKU MAU KE KELAS!" omelnya segera ke kelasnya sendiri. Shin dan Kuroko saling pandang, dan nyengir, membuat kesimpulan bahwa dua orang yang itu memiliki perasaan satu sama lain.
KRUYUUK
Oke, itu bukan ayam yang terlambat bangun. Tapi suara perut seorang Kuroko Hinako yang kelaparan tingkat atas. Ia sedang sibuk. Yap. Sibuk tidur tiduran di atap. Ia sudah menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebagai asisten guru, dan kini ia merasa lapar sekaligus bosan. Jam istirahat adiknya masih 2 jam lagi. Sementara itu, seorang pemuda tampak terkekeh mendengar suara perut Hinako yang keroncongan. "Heh... Jam segini sudah lapar?" Tanya sosok pemuda itu. Hinako lantas bangun dari tidur-tidurannya itu dan menatap lawan bicaranya. "Ah, Taiga! Kamu bolos?" Tanya Hinako heran. Kagami duduk di damping Hinako, melemparkan gadis itu sebungkus roti. "Makan saja. Aku tidak bolos. Guru yang mengajar nggak masuk. Daripada bosan, aku kesini saja" ucap Kagami.
Hinako dengan segera membuka bungkus roti itu dan melahapnya. "Oh, iya... kamu 2-C, ya?" Tanya Hinako yang dibalas anggukan dari Kagami. "Kamu sudah selesai kerja, eh?" Tanya balik Kagami yang dibalas anggukan pula dari Hinako yang selesai makan. "Arrigatou makanannya, Taiga! Aku sedang bosan tingkat atas. Kamu mau menemaniku?" Kagami membalasnya dengan gumaman "hn" malas.
"Oi, Taiga, apa menurutmu valentine besok aku perlu membuat cokelat?" Tanya Hinako lugas. Kagami tersentak kaget. "Hah? Untuk siapa?" tanyanya agak penasaran. Hinako menunjuk dirinya sendiri dengan polos. "Tentu saja untukku makan. Jangan terlalu percaya diri aku akan memberikannya padamu. Kalaupun sisa paling aku berikan pada Tetsuya atau Shin" ucap Hinako nyengir. Kagami menatapnya dan berkata lugas. "Dasar cewek preman rakus" dan berakhir dengan dua tendangan ala Hinako
.
Begitulah kejadiannya hingga kini, Hinako berguru pada pacar adiknya. "Ano... Hinako-san, kamu membuat cokelat itu untuk siapa?" Tanya Shin ketika malam malam Hinako muncul di depan pintu apartemennya sambil membawa bahan bahan cokelat. Hinako nyengir sejenak, membuat Shin makin heran. "Ehem... T-tentu untukku sendiri! Aku tidak biasa masak makanan manis" ucap Hinako dan kemudian menyambungnya dengan pertanyaan. "Kamu mau memberi Tetsuya cokelat juga, kan?" Wajah Shin memerah. "... Mungkin saja" ucap Shin agak ragu sambil memakai celemek.
"Apa boleh buat. Hinako-san, cepat pakai celemekmu. Aku akan mengajarimu membuat cokelat yang mudah" ucap Shin yang akhirnya mau membantu kakak dari Kuroko Tetsuya itu. Wajah Hinako berseri seri. "Serius, nih? Asyik!" Seru Hinako segera memakai celemek yang dibawanya dari rumah. Shin membongkar barang bawaan yang dibawa Hinako. Ada Dark Chocolate, Cream cair, susu cair, cetakan cokelat, dan bahkan ada resepnya pula. "Hinako-san, kamu yakin ini bukan untuk orang lain?" Tanya Shin melihat bahan bahan Hinako yang Super-Niat itu. Hinako tersenyum santai seperti biasa. "Tentu! Nah, ayo ajari aku, Shin!" seru Hinako riang. Shin menghela nafas pendek dan mulai mengajari murid barunya dalam kelas memasak. Shin membuka bungkusan cokelat dan mengambil pisau.
"Pertama tama, potong cokelat kecil kecil. Potongannya harus sama. Nggak boleh ada serpihan besar" terang Shin sambil memotong cokelat batangan kecil kecil dan rapi. Hinako mengangguk dan melakukan intruksi Shin. Shin kemudian memanaskan air dan menunggunya hingga mendidih. "Lalu, yang kedua. Lelehkan potongan cokelat kecil kecil itu dengan uap panas dari air panas ini. Hati hati ketika mengaduknya" terang Shin mengaduk cokelat yang ia buat sementara Hinako berusaha mengikuti gerakan Shin yang sudah pro. "Setelah cokelat seluruhnya merata, tambahkan cream dan susu cair sesuai selera. Lalu aduk kembali hingga menyatu dengan baik." ucap Shin menambahkan susu dan cream di cokelat buatannya. Hinako mangut-mangut mengerti sambil menuangkan susu cair dan cream menurut takarannya yang asal jadi. "Lalu terakhir, cetak cokelat ini dengan cetakan yang kamu miliki itu, Hinako-san" ucap Shin membantu Hinako menuangkan cokelat buatannya Hinako ke dalam cetakan berbentuk lingkaran dan bintang. Hinako memandang hasil kerja kerasnya itu dengan bangga.
"Akhrinya jadi juga~~~ Kukira akan makan waktu puluhan jam!" Seru Hinako riang memutar mutar hasil cokelat itu dengan riang. Shin kemudian menyelesaikan cokelatnya sendiri, membuat bulatan bulatan, yang di dalamnya ia isi vanilla. "Naaaah... Shin, boleh minta sisa vanilla yang tidak kamu pakai?" Tanya Hinako yang dibalas anggukan dari Shin. "Tentu. Kamu mau menghiasnya, ya?" Tanya Shin tersenyum. Hinako mengangguk semangat.
Hinako menghias kedua cokelat cetakannya dengan seluruh kemampuannya. di cokelat berbentuk lingkaran, Hinako menambahkan garis garis seperti bola basket. Sementara di cokelat berbentuk bintangnya, ia menuliskan tulisan BAKAGAMI. Shin mengeluarkan senyuman isengnya. Dengan cepat ia mengambil ponsel dan memotret Hinako yang sibuk menghias cokelat.
- (_) -
.
- Kediaman Kuroko -
Dering ponsel terdengar. Pemuda berambut babyblue segera meraihnya dan menjawabnya. "Moshi-moshi?" yang di jawab oleh suara yang familiar di telinganya. Suara milik gadis berkuncir dua yang sudah resmi menjadi kekasihnya.
"Ah... Maaf mangganggumu malam malam menelepon, Kuroko-kun."
"Tidak apa apa, kok. Ada apa, Azuna-san?"
"Apa Hinako-san sudah sampai di rumah? Setengah jam yang lalu ia baru pulang dari rumahku. Aku takut sesuatu terjadi pada Hinako-san"
"Ya. Dia sudah ada dirumah. Maaf kalau tadi ia sudah menghancurkan salah satu bagian apartemenmu"
"Bu-bukan begitu... Hinako-san tidak menghancurkan apapun, kok! Sungguh!"
"... Lalu ada apa lagi?"
"... Aku belum pernah punya pengalaman berpacaran. Mohon bantuannya, Kuroko-kun"
Wajah Kuroko tetap flat. Tapi, semburat merah tipis menghiasi pipinya. Senyuman kecil mengembang di wajahnya.
"Begitukah? Baiklah. Mohon bantuannya juga, Azuna-san. Ngomong ngomong, bagaimana kamu tahu nomor ponselku?"
"Aku di beritahu oleh Hinako-san."
"Sesuai yang aku duga"
"Baiklah. Oyasumi, Kuroko-kun. Matta ne"
"Oyasumi"
PIK
Kuroko menutup poselnya. Mata babybluenya segera beredar ke seluruh ruangan itu. Nee-sannya tersenyum penuh arti pada Kuroko.
"Aih, aih! Telepon dari pacar tercinta, ya?" senyum Hinako. Kuroko terdiam dan bertanya pada nee-sannya itu. "Nee-san, apa Azuna-san juga membuat cokelat?" Hinako terdiam sejenak dan menyeringai iseng. "Kenapa memangnya, Tetsuya? Kamu mengharapkan cokelat Shin?" Tanya Hinako. Kuroko diam saja sambil membolak balik novel.
"Kurasa"
.
.
Kagami mengadah menatap langit yang mulai malam. Di sampingnya ada Hinako yang kebetulan juga mau pulang. "Yo, Bakagami! Kamu baru pulang?" Tanya Hinako dengan riang. Kagami mengangguk. "Aku baru selesai makan. kamu sendiri?" "Baru selesai beres beres sekolah" jawabnya riang. Kagami mengangguk mengerti. "Hei, ini valentine. Kenapa wajahmu suram seperti itu?" Tanya Hinako penasaran atas wajah Kagami yang bad mood. "Che... Kuroko sibuk pacaran. Aku tak punya teman makan" ucap Kagami. Hinako tertawa tawa.
"Kamu cemburu? Dasar anak kecil yang payah, ingusan, kekanakkan" ucap Hinako mengata-ngatai Kagami seenaknya."Walaupun kamu perempuan, aku tak takut meninjumu, Hinako" ucap Kagami malas. Hinako berjalan duluan dan tersenyum manis pada Kagami. "Kalau kamu butuh teman makan, panggil saja aku. Kamu punya nomor ponselku, kan?" ucap Hinako riang. "Aku tak keberatan menemani bocah raksasa yang ingusan sepertimu untuk makan" Kagami menunjukkan cengirannya. "Baiklah..."
Hinako berdiri di depan Kagami dan melemparkannya sebuah bungkusan berisi dua buah cokelat. "Itu untukmu. Makan saja. Sisaan, kok. Happy Valentine!" Seru Hinako buru buru masuk, meninggalkan Kagami yang terdiam sambil memandangi cokelat bertuliskan BAKAGAMI itu. Kagami terkekeh kecil. "Sisaan apanya? Ada jelas jelas nama Bakagami" ucap Kagami menggigit cokelat itu pelan. "OI, HINAKO!" teriaknya sekeras kerasnya, membuat sesosok gadis yang baru melepas sepatunya lantas segera keluar lagi. "Kamu kenapa, Taiga?!" omel balik Hinako. Kagami menunjukkan cokelat yang sudah dimakannya itu dengan cengiran.
"Cokelatnya enak. Makasih, ya"
.
.
"Tetsuya, bagaimana cara Shin memberimu cokelat?" Tanya Hinako yang melihat bungkusan cokelat yang Shin berikan ada di atas meja belajar Kuroko. Kuroko tersenyum pelan. "Seperti biasa, kok. Ketika pulang dari sekolah" jawab Kuroko tenang, tampak berseri seri, walau wajahnya tetap flat seperti biasa. "Katakan pada nee-sanmu ini! Bagaimana cara Shin memberimu cokelat?" Tanya Hinako penasaran tingkat tinggi. KUroko tersenyum misterius dan menolak dengan sopan. "Tidak nee-san. Ini rahasia"
.
.
- Flashback -
.
.
Shin menatap sekitarnya. malam sudah menyelimuti mereka. dan Kuroko mengantarnya pulang. Betapa gentlenya dia... (Author blush akut). Shin merogoh kantung jaketnya, berusaha yakin bungkusan cokelat miliknya masih ada. Shin segera memberikannya pada Kuroko. "Kuroko-kun, ini... maaf baru memberinya sekarang. Aku tidak yakin apa cokelat ini enak atau tidak... tapi semoga kamu menyukainya" ucapnya takut takut. Kuroko tersenyum lembut dan menerimanya. "Arrigatou, Azuna-san. Tapi aku memang mengharapkannya, sih..." senyum Kuroko menerima cokelat buatan Shin. Shin mengeryit aneh. "Mengharapkannya? Bukankah ini harus?" Tanya balik Shin. Kuroko pun menjawabnya dengan polos. "Waktu aku menembakmu, kamu kan belum menjawab apapun, Azuna-san" ucap Kuroko. Shin terdiam sejenak, dan kemudian memeluk lengan Kuroko.
"Dasar The Phantom baka. Sudah jelas jawabanku 'ya' waktu itu, bukan?" seru Shin dengan wajah memerah. Kuroko tersenyum dan menggenggam jemari mungil Shin. "Azuna-san, Arrigatou" Tangan Kuroko memeluk pinggang Shin. Kepala Kuroko di sandarkan ke bahu mungil Shin. Wajah Shin memerah total. beberapa detik kemudian Kuroko melepasnya. "Gomen, Azuna-san. Kamu terlalu manis" ucapnya tersenyum innocent. Shin menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, menutupi wajahnya yang merah.
"Kuroko-kun, dari siapa kamu menjadi romantis seperti ini?" "Eh? Bukankah dari dulu aku seperti ini?" "Ah... betul juga! sejak pertama bertemu kamu selalu mengusap usap rambutku. memangnya kenapa, Kuroko-kun?" Tanya Shin penasaran dengan pandangan mata berbinar binar. Kuroko menjawabnya dengan senyuman polos. "Ternyata mengusap usap kepala orang yang lebih pendek dariku itu menyenangkan"
"KUROKO-KUN KAU KEJAM!"
.
.
END OR TBC
Pokoknya tergantung mood Author deh sama review dari readers sekalian.
Yare, yare... kenapa jadinya kayak begini, yak?
Kuroko sama Kagami OOC banget. Author sendiri lagi fokus ke Kagami sama Hinako.
Mohon reviewnya tentang Ini dilanjutkan atau tidak. Author seteres tingkat atas, oke?
Please REVIEW! *bungkuk dalem dalem*
-PRISCALLDAIYA-
