–Foolish Love–
Hyosi
Kutatap gedung besar berwarna putih dihadapanku ini yang sudah hampir setahun selalu aku kunjungi setiap minggunya. Gedung yang berisikan dengan orang – orang yang berkebelakangan mental atau biasa dikatakan autis. Ya, gedung ini adalah gedung rehabiltasi. Dengan langkah malas kulangkahkan kakiku memasuki gedung ini. Kulihat penghuni di gedung ini dengan datar di umur mereka yang sudah lanjut tetapi tingkah seperti anak kecil. Ku buka pintu kamar yang bertulis KIM SEOK JIN. Terlihat lelaki yang sedang ku kunjungi dengan berpakaian serba putih sedang bermain dengan boneka mario kesayangannya di atas tempat tidurnya . Kalau tidak ada tujuan, aku mati – matian tidak mau mengunjunginya.
"Kau sedang apa ?"
Kuletakkan bekal makanan yang kubuat sendiri di meja samping tempat tidurnya. Kuhembuskan nafasku dengan kasar. Bukan sekali dua kali dia mengacuhkanku. Tak mau ambil pusing segera kusiapkan makan untuknya.
"Buka mulutmu" sahutku dingin.
"Sudah makan" jawabnya sambil memainkan boneka marionya. Tiba – tiba saja seorang perawat masuk kedalam.
"Oh nona Ryu, kau sudah datang" kulihat perawat tersebut membawa vitamin untuk disuntikkan. "Belakangan ini Seokjin tidak mau makan, jadi mau tidak mau kami memberinya vitamin lebih" papar perawat tersebut.
"Kau baru aku tinggal seminggu kau sudah mengulah tidak mau makan" tanyaku dengan nada sendikit tinggi. Kulihat dia menghentikan acara bermainnya dengan bonekanya dan memeluk bonekanya erat.
"Jangan terlalu keras nona, itu bisa menghambat penyembuhan mental Seokjin" sahut perawat itu dengan nada sedikit takut. Ku hembuskan nafasku kasar sambil melihatnya tajam.
"Maaf" ucapku kepada perawat disampingku ini.
"Seokjin, sekarang makan ya. Nona Ryu kan sudah datang. Kalau kau tidak makan kau bisa sakit" kulihat perawat itu membujuk Seokjin agar makan. Kemudian perawat ini tersenyum kepadaku lalu keluar dari kamar Seokjin.
Kuambil makanan di meja lalu kusodorkan nasi kemulut Seokjin "Makan cepat waktuku tak banyak"
Sial, dia menggeleng. "Makan atau kubuang bonekamu" kutatap dia dengan tajam. Dengan gerakan cepat dia menggambil makanan di tanganku lalu memakannya dengan asal seperti anak kecil. Dan lihat lah makananya banyak berjatuhan di atas selimutnya. Menambah kerjaan saja.
Aku tidak habis fikir bagaimana bisa aku dijodohkan dengan dia oleh orang tuaku. Hanya karena dia satu – satu nya penerus perusahaan MIK CORPORATION perusahan yang diperhintungkan keberadaannya di Korea dan itu artinya perusahaanya bisa mengangkat kembali perusahaan Ayah yang hampir dikatakan bangkrut. Ya, walaupun kata dokter dia bisa sembuh dari penyakit mentalnya. Tapi sama saja, saat ini dia dikatakan autis. Dengan umur 27 tahun tetapi sifat seperti anak kecil berumur 7 tahun. Aku tidak tau pasti kenapa dia bisa seperti ini. Yang ku tau ini tidak penyakit bawaanya dari lahir. Benar – benar menyebalkan. Apakah tidak ada lelaki lain yang cocok untukku ? Tidak harus dengan lelaki dihadapanku yang biasa disebut autis.
Ku bersihkan wajahnya yang berlepotan oleh makanan dengan tisu basah. Setelah itu ku bersihkan juga selimutnya. Tidak mungkin kubiarkan dia tidur dengan nasih yang bertumpahan di selimutnya. Aku tidak sejahat itu.
"Aku ada hal lain. Aku pergi dulu" ucapku setelah selesai membersihkan wajahnya selimutnya dan juga kamarnya.
"Kau mau pergi lagi ?" kulihat dia yang sekarang bertanya dengan mata memerah. Apa dia mau menangis lagi aku pergi. Benar – benar seperti anak kecil.
"Besok aku kembali lagi"
"Benarkah" tanyanya dengan cengiran konyolnya.
"Ya" jawabku singkat kemudian kulangkahkan kakiku keluar kamarnya. Sebelum kututup pintu kamarnya dapat kulihat dia melambai seperti orang bodoh.
–Foolish Love–
Hyosi menapaki tangga rumah satu persatu menuju rumahnya dengan langkah lemah.
"Kau sudah pulang ?" Hyosi menoleh ke sumber suara. Disana terdapat kakak nya yang kembar lagi membuat makan malam.
"Ayah, Ibu ?"
"Mereka pergi ke China" Hyosi mendengus mendengar jawaban kakaknya Hwayoung.
"Sebaiknya kau bersihkan dirimu lalu kita makan malam. Kau belum makan kan ?" tanya Hyoyoung dengan lembut. Dengan gerakan lemah Hyosi menggeleng kepalanya. Kemudian melangkahkan kakinya ke kamar sendiri.
Kini mereka makan malam dengan diiringi canda tawa. Hyosi sangat bersyukur mempunyai seorang kakak kembar yang sangat perhatian kepada dirinya. Tidak seperti orang tuanya, yang lebih mementingkan uang dan menelantarkan kasih sayang terhadap dirinya dan juga kakaknya. Nasib dia dan kakak kembarnya juga sama. Sama – sama dipaksa menikah dengan bukan pilihan mereka sendiri. Tapi setidaknya kakaknya Hyosi lebih beruntung karena tidak menjodohkan dengan lelaki berkebelakangan mental seperti Seokjin. Hyosi sempat protes kenapa harus dia, tapi protesnya itu tidak di gubris oleh kedua orang tuanya.
"Selama aku pergi Seokjin tidak mau makan" ujar Hyosi di sela – sela makan malamnya.
"Benarkah ? Bagaimana kesehatannya ?" Hwayoung menatap Hyosi dengan cemas, bagaimana pun juga Hwayoung kakak tertua jadi dia harus perhatian kepada adik – adiknya dan juga calon pendamping buat adik bungsunya ini.
"Kesehatannya tidak bermasalah. Dia hanya tidak banyak bergerak seperti biasanya karena lemas" dengan nada datar Hyosi menjawab.
Hyoyoung menatap adiknya satu – satunya "Kau baik – baik saja kan ?"
Hyosi diam menatap makanan dihadapannya "Aku baik – baik saja, kalau tidak di jodohkan dengannya" desisnya dingin.
"Hyo apa yang kau katakan" Hwayoung terbelalak kaget mendengar penuturan adiknya ini.
"Aku akan baik – baik saja kalau tidak dijodohkan dengan anak autis seperti dia" kini Hyosi menjerit di depan kedua kakaknya. Matanya yang memerah menahan tangis dan juga wajahnya menegang membuat kedua kakaknya tidak bisa mengatakan apa – apa. Kemudian Hyosi menangkup kedua tangannya. "Kenapa hidupku harus seperti ini" terdengar isakan dari mulut Hyosi yang tak kuat merasakan sesak didadanya.
Hwayoung dan Hyoyoung saling menatap satu sama lain. Kemudian mereka beranjak mendekati adiknya tersayang lalu memeluknya dengan sayang.
"Maaf " desis Hwayoung.
Hyoyoung yang memang tidak bisa melihat orang nangis apalagi adiknya nangis juga ikut merasakan kesedihan yang dirasakan adiknya.
–Foolish Love–
Hari senin adalah hari paling di benci oleh Hyosi. Hari dimana semua pekerjaan dimulai. Dan Hyosi juga merasakan hal itu. Semua pekerjaan menyambutnya. Dari tugas kuliah sampai tugas perusahaan yang di tangani sendiri. Hyosi menatap buku yang berisikan catatan tentang perusahaannya disela dosennya mengajar. Rasanya dia ingin mati menghadapi tugas tugas yang menghampirinya.
"Baiklah kita akhiri kuliah hari ini"
Hyosi menatap dengan senang melihat dosennya mulai beranjak pergi dari ruangan.
"Hyo ayo kita makan siang " temannya menepuk pundak Hyosi dan membuat Hyosi harus menoleh ketemannya.
"Ah tidak, aku ada kerjaan. Kalian saja ya" jawab Hyosi dengan senyuman.
"Yaampun kau ini. Pasti urusan perusahaanmu ya ? Sekali – kali kau harus ingat pacaran dong Hyo"
Dengan senyuman tipis Hyosi membalas pertanyaan temannya. Dan entah kenapa Hyosi mengingat Seokjin yang sudah lebih dari seminggu tidak di kunjunginya.
–Foolish Love–
Hyosi memarkirkan mobilnya di depan gedung putih yang biasa dia kunjungi. Rasanya Hyosi tidak akan lelah mengehela nafas kalau tiba di tempat ini.
Di tatapnya pintu kamar Seokjin, dengan ragu Hyosi membuka kenop pintu Seokjin. Kemudian Hyosi terdiam. Tidak ada seseorang yang di cari. Dengan cepat Hyosi melangkahkan kakinya kedalam kamar Seokjin. Mulai mencari dari dalam kamar mandi, balik lemari sampai dibawah tempat tidur. Tetapi tidak di dapatnya Seokjin. Kini raut wajah kekhawatiran mulai menghampiri Hyosi.
"Seokjin—"
"SEOKJIN KAU DIMANA ?" teriak Hyosi dengan kelimpungan.
"Seokjin !"
"KIM SEOKJIN !"
Tak merasa ada jawaban. Hyosi melangkahkan kakinya keluar untuk mencari Seokjin. Baru selangkah depan pintu Hyosi di kejutkan oleh perawat Shin. Perawat yang biasa menangani Seokjin.
"Ah nona Ryu. Kapan datang ?" perawat Shin dengan ramah menanya kepada Hyosi.
Dengan muka menegang Hyosi menatap perawat Shin kemudian menatap ke arah kamar Seokjin.
"Oh Seokjin. Seokjin sedang di ruang terapi psikologis " papar perawat Shin seakan mengerti apa yang ada di pikiran Hyosi.
"Ah— " kini Hyosi melepaskan nafas dengan tenang.
"Ah, ia ini laporan psikologis Seokjin nona, dan kami cukup terkejut dengan psikologinya yang meranjak ke titik normal " dengan binggung Hyosi mengambil lembaran yang diberikan perawat Shin. Sama seperti yang dikatakan perawat Shin, Hyosi juga kaget melihat grafik psikologis Seokjin dari bersifat anak – anak kini sudah mendekati pubertas. Seulas senyum di bibir Hyosi melihat grafik psikologis Seokjin.
"Saya dan juga dokter yang lain optimis Seokjin bisa normal seperti lelaki yang lain diluaran sana. Ah tidak bisa membayangkan betapa betapa kerennya Seokjin nanti apalagi dengan ketampanannya itu " perawat Shin tersenyum hangat ke arah Hyosi dan disambut senyuman simpul oleh Hyosi.
"Kalau begitu saya tinggal nona Ryu" perawat Shin pamit dari hadapan Hyosi.
Kini Hyosi mendudukan dirinya di tempat tidur Seokjin. Dilihatnya sekeliling ruangan kamar Seokjin. Hyosi cukup tertegun melihat kamar dengan aroma khas lelaki. Lalu dilihatnya kembali papan tulis disamping tempat tidur Seokjin yang berisikan gambar –gambar nya dengan mario boneka kesayangannya yang digambar oleh seperti anak kecil. Dan juga padangannya tidak lepas oleh vas – vas yang berisi bunga baby breath bunga kesukaan Seokjin yang sudah mulai kering. Apa dia tidak mengganti batin Hyosi. Kaki Hyosi tergerak mendekati papan itu di sentuhnya gambar – gambar itu dengan seulas senyuman. Lalu pandangannya beralih ke lemari berisi frame – frame nya masa kecil. Harus Hyosi akui. Seokjin itu tampan sudah sedari kecil kemudian Hyosi mengingat perkataan perawat Shin yang mengatakan Seokjin akan tampan seperti lelaki lain diluar sana. Mungkin itu keturanan ibu yang cantik. Dilihatnya frame yang beriskan Seokjin dengan Ibunya yang saling berpelukan. Senyuman Hyosi semakin tersenyum melihat frame Seokjin yang tersenyum memeluk ibunya. Ada segelintir rasa iri dirasakan Hyosi, melihat Seokjin begitu dekat dengan ibunya. Bukan seperti dia dengan ibunya. Gerakan tangan Hyosi tidak berhenti disitu ajah, tangannya bergerak menyusuri lemari frame sampai pandangan Hyosi terhenti melihat note di dalam laci yang sedikit terbuka. Pertama Hyosi diam melihat note tersebut tapi rasa penasaran yang melingkupi Hyosi akhirnya Hyosi mengulurkan tangannya mengambil note di dalam laci. Dibolak – balik note tersebut yang berwarna pink dengan gambar mario di depannya dan princess di belakangnya lalu dengan tulisan tangan Seokjin yang menuliskan namanya. Hyosi mencibir melihat warna note Seokjin yang seperti gadis kecil.
Dengan ragu Hyosi membuka lembar pertama. Sedikit tertawa Hyosi melihat biodata Seokjin. Lalu dibaliknya lagi lembaran berikutnya. Dan senyum kembali terukir di bibir Hyosi saat membaca curahan hatinya tentang dia dan ibunya. Hyosi terus membaca dan terus membalik note kepunyaan Seokjin sampai akhirnya gadis ini tertegun saat membaca ada namanya di note Seokjin
12 Juli
Bertemu dengan gadis cantik bernama Ryu Hyosi. Dia sangat cantik. Seokjin suka
23 Augutus
Kata Ayah aku akan dijodohkan dengan Ryu Hyosi. Seokjin tidak tau artinya. Apa artinya Ryu Hyosi akan seperti Ibu yang disamping Ayah ?
14 September
Dia biasa dipanggil Hyo. Seokjin juga ingin memanggilnya Hyo tapi Seokjin dimarahi olehnya. Seokjin sedih.
29 September
Hyosi mengatakan Seokjin cacat. Seokjin tidak cacat. Cacat itu apa ? Seokjin baik – baik saja.
10 Oktober
Kata Hyosi ia seminggu sekali datang mengunjungi Seokjin. Seokjin sangat senang.
4 November
Seokjin melihat Hyosi menangis. Seokjin sedih. Hyosi mengapa menangis ?Seokjin rela melakukan apa saja. Asalkan Hyosi tidak menangis.
Entah atas dasar apa kini air mata Hyosi mulai mengenang di pelupuk matanya
4 Desember
Hari ini ulang tahun Seokjin. Tapi Hyosi tidak datang. Seokjin sedih. Seokjin menangis. Seokjin mau Hyosi datang membawa kado boneka mario.
Disaat ulang tahun Seokjin dia tidak datang malah bersama dengan lelaki yang didekatinya ke pulau Jeju dan bersenang – senang dengan teman – temannya.
"Sial— kenapa aku merasa bersalah seperti ini. Masa bodoh, aku tak peduli dengannya" gumam Hyosi yang masih sekuat tenaga menahan air matanya.
11 Januari
Hyosi ulang tahun. Seokjin memberinya baju. Tapi Hyosi membuangnya. Katanya tidak suka. Ah, Seokjin salah pilih baju buat Hyosi. Maafkan Seokjin Hyosi
28 Januari
Kata perawat Shin. Calon istri adalah, calon buat pendamping hidup. Berarti Hyosi benar – benar akan seperti Ibu. Ah, senang sekali. Seokjin akan berbuat baik kepada Hyosi seperti Ayah kepada Ibu.
2 Februari
Tuhan. Seokjin tidak tau Seokjin ini kenapa. Bisa sembuhkan Seokjin. Hyosi tidak senang melihat Seokjin seperti ini. Seokjin mau sembuh.
Air mata yang Hyosi yang tak terbendung lagi dan kini airmatanya mengalir di pipi Hyosi. Membaca setiap kata – kata Seokjin untuknya. Apa note ini khusus buat dia. Dengan gerakan kasar Hyosi membalik – balik note nya Seokjin. Dan ternyata benar semua itu tentang dia.
"Hyosi sedang apa ?"
Terkejut mendengar suara Seokjin, Hyosi langsung memasukan note–nya ke dalam laci.
"Sudah selesai terapinya ?" sahut Hyosi yang sebelumnya menghapus air matanya secara kasar.
Seokjin mengganguk seperti anak kecil. Seokjin mendekati Hyosi.
"Hyosi menangis ? " tanya Seokjin dengan suara serak.
"Hyosi jangan menangis" kini air mata Seokjin dengan cepat keluar dari matanya.
"Tidak – tidak aku tidak menangis. Kau jangan menangis. Masa anak laki – laki menangis"
"Seokjin tidak menangis" dengan lengan bajunya Seokjin menghapus air matanya.
"Sudah makan ?" Seokjin menggeleng "Belum. Hyosi bawa makanan buat Seokjin ?" tanya dengan mata berbinar.
"Hum—ayo kita makan"
–Foolish Love–
Hyosi menghitung – hitung kelender didepannya ini. Sudah lebih dari setahun dia mengenal Seokjin dan mengunjungi Seokjin kalau waktunya senggang. Sejujurnya Hyosi bosan harus mengunjunginya terus. Hanya saja Hyosi tidak tega berbuat jahat kepada Seokjin dan melihat Seokjin yang seperti itu. Lagi pula itu adalah calon suami yang akan dinikahinya nanti kalau Seokjin dinyatakan normal. Harus Hyosi akui Seokjin itu tampan untuk anak autis seperti dia. Secara fisik Seokjin tidak ada cacat satu pun. Malah Hyosi mengatakan Seokjin itu lebih dari sempurna. Bukannya ada rasa untuk Seokjin. Tapi di balik sempurnanya fisik Seokjin. Seokjin memiliki kekurangan. Dengan perlahan Hyosi menghelah nafasnya kemudian menutup mata nya rapat – rapat.
–Foolish Love–
Hari minggu hari dimana Seokjin bisa dibawa keluar untuk jalan – jalan. Hari minggu adalah hari paling menyenangkan bagi Seokjin dan hari di tunggu – tunggu bagi Seokjin. Seokjin yang sudah siap dengan pakaian santainya kini sedang menatap toko bunga di samping gedung ini. Di depan toko ini ada sepetak tanah yang berisikan bunga baby breath.
"Hai bunga yang indah, kita bertemu lagi"
Seokjin menatap senang bunga baby breath yang masih dihiasi butir – butir embun.
"Wah— Seokjin kau pagi sekali datang" Sapa pemilik toko ini.
"Hai bibi Lee. Senang bertemu dengan mu lagi" Seokjin membungkuk kemudian tersenyum ke bibi Lee.
"Wah, wah lihat kau semakin tampan" terdengar kekehan kecil keluar dari bibi Lee.
"Benarkah ? Ah—Seokjin jadi malu" dengan kedua tangannya Seokjin menangkup wajahnya.
"Kau mau membantu ?"
Dengan antusias Seokjin menggangguk mengiyakan. Kemudian Seokjin mengikuti bibi Lee masuk kedalam dan mulai ikut membantu menempatkan bunga – bunga ke vasnya.
–Foolish Love–
"Hyo— ayo bangun "
"Eonni ini hari minggu, aku masih mengantuk" Hyosi menjawab dengan masih memejamkan matanya.
"Karena hari minggu lah kau harus bangun. Kau tidak mengajak Seokjin keluar ? Pasti Seokjin sudah lama menunggu"
"Ya —Eonni " protes Hyosi.
"Sudah cepat bangun mandi dan sarapan dibawah. Hwayoung eonni sudah menunggu"
Masih dengan mata terpejam Hyosi mendengus kesal.
"Sekali – kali kau ajak Seokjin ketempat keramaian. Agar psikisnya semakin membaik"
"Kalau dia normal semakin cepat aku menikah dengannya"
"Bukankah kau bilang kau sudah lelah menunggu Seokjin kembali normal ?" Hwayoung menatap adiknya ini.
"Tapi setelah menikah dengannya lalu perusahaan Ayah kembali normal kemudian aku meninggalkannya gitu ? " jawab Hyosi
"Eonni tau betapa jahatnya aku sebagai wanita" sambung Hyosi lagi yang lagi flashback kebelakang mengingat betapa jahatnya dia kepada Seokjin, tetapi Seokjin membalasnya dengan senyuman.
Kedua kakaknya mengelah nafas melihat adiknya ini. Ya, apa yang dikatakan adiknya memang benar. Hyosi di jodohkan dengan Seokjin hanya agar perusahaan kembali normal setelah normal Hyosi disuruh berpisah dengan Seokjin.
–Foolish Love–
Langkah santai mengawali Ryu Hyosi menulurusi koridor – koridor gedung rehabilitasi ini. Sesampainya di depan kamar Seokjin. Hyosi mengkerutkan keningnya membaca tulisan tangan Seokjin. Hyosi menatap keki tulisan tangan Seokjin yang rapi, lebih rapi dari dirinya.
[Seokjin berada di toko bunga samping. Hyosi menyusul Seokjin ya ]
Hyosi mencibir membaca pesan dari Seokjin.
Tidak menunggu lama Hyosi menuju toko bunga disamping gedung ini. Didapatnya Seokjin sedang membersihkan taman bunga baby breath dengan sedikit bersenandung. Hyosi terperangah mendengar suara Seokjin bernyanyi. Baru kali ini dia mendengar Seokjin bernyanyi. Suara Seokjin yang lembut sangat cocok dengan sifatnya yang polos. Sedikit berdehem Hyosi menghampiri Seokjin.
"Hyo—."
"—Hyosi datang" Seokjin segera mengekerjab – kerjab kan matanya karena dia tau dia salah memanggil nama Hyosi.
Biasanya Hyosi akan marah dia dipanggil Hyo oleh Seokjin. Tapi kali ini Hyosi diam. Malam tersenyum tipis ke Seokjin.
"Kau mau aku ajak pergi ?"
Seketika mata Seokjin berbinar mendengar dia diajak pergi.
"Hyosi mengajak Seokjin pergi ? Lagi ? Benarkah ?" Seokjin menatap Hyosi dengan mata lebar nya dan juga senyuman yang dianggap konyol oleh Hyosi.
"Ini aku membawakan baju untukmu. Segeralah ganti baju didalam. Aku tunggu"
Tanpa perintah Seokjin melesat kedalam dan meminta izin ke kamar mandi oleh bibi Lee untuk berganti baju.
Selagi menunggu Seokjin yang sedang berganti baju. Hyosi memperhatikan bunga baby breath yang baru saja di rawat Seokjin.
"Pantas saja si bodoh itu menyukainya. Bunga ini sangat indah" gumam Hyosi.
"Seokjin sudah siap, ayo pergi" Hyosi menolehkan wajahnya kearah Seokjin.
1 detik— 2 detik— 3 detik—
Hyosi diam melihat Seokjin. Lebih tepatnya terpesona. Dengan kemeja dengan warna belang, dibawah putih dan diatas warna biru laut lalu jeans kulit warna hitam. Dan warna rambutnya yang bagian poninya di sisir keatas. Pasti ini kerjaan bibi Lee pikir Hyosi. Seokjin sangat tampan. Hyosi tidak mempungkiri itu.
–Foolish Love–
"Hyosi " Seokjin melambai – lambaikan tangannya kemuka Hyosi. Hyosi mengkerjab – kerjabkan matanya yang tersadar.
"Bagaimana ? Seokjin tampan kan ?" Seokjin memutar – mutar badannya layaknya anak kecil di depan Hyosi. Hyosi menatapnya datar kemudian berdehem kecil.
"Ah— Hyosi sebentar ada yang ketinggalan, Seokjin ambil kedalam dulu" kemudian Seokjin berlari – lari kecil menuju kedalam gedung untuk mengambil sesuatu.
–Foolish Love–
"Disini " Hyosi sedikit berteriak kepada Seokjin yang sudah keluar dari gedung putih ini.
Seokjin menghampiri Hyosi dengan cepat. "Maaf lama" Seokjin merundukan badannya ke Hyosi.
"Ayo masuk kemobil"
–Foolish Love–
Hyosi memparkirkan mobil di sebuah taman. Bukan taman bermain. Melainkan taman bunga. Hyosi masih trauma membawa Seokjin ketaman bermain. Karena Hyosi harus mati – matian mengajak Seokjin pulang. Dan sampai harus menggeret – geret badan Seokjin untuk masuk kemobil. Tapi tetap saja Seokjin bersikukuh tak mau pulang malah menangis sambil mengehentak – hentakan kakinya seperti anak kecil.
–Foolish Love–
"Waaahhh tamaaaan bungaaa"
Seokjin menatap takjub taman dihadapannya ini.
"Kau suka ?" Hyosi melirik Seokjin dari ekor matanya. Yang sedang terperangah senang melihat taman ini.
"Ya— ya— Seokjin sangat suka. Terima kasih Ryu Hyosi"
Ujar Seokjin dengan senang dan juga tersenyum manis kearah Hyosi. Hyosi melihat senyuman Seokjin. Ah bisa – bisa senyuman Seokjin bisa menjadi kebutuhanku pikir Hyosi, tetapi dengan cepat Hyosi mengusir pemikirannya itu. Dengan senyuman miring Hyosi membalas senyuman hangat dari Seokjin.
Kemudian mereka berkeliling taman bunga ini.
Sudah lebih dari 30 menit mereka berjalan mengelilingi taman bunga yang luas ini. Hyosi menoleh kebelakang melihat Seokjin yang berjalan di belakang seperti mengekorinya. Hyosi sedikit kecewa karena Seokjin sedari tadi tidak mau berjalan di sampingnya. Dengan cepat Hyosi menarik lengan baju Seokjin. "Kau harus berada disampingku nanti kau bisa kehilangan arah" Hyosi beralasan karena dia melihat ekspresi penuh tanda tanya dari Seokjin. Ya, Hyosi baru saja ingat kalau dia pernah bilang jangan berjalan di sampingnya. Dan kini Hyosi merutuki dirinya sendiri karena mengucapkan hal itu. Ada rasa bersalah menjalar di hatinya karena memperlakukan Seokjin seperti itu.
"Mau duduk ?" tawar Hyosi.
Seokjin menoleh kearah Hyosi kemudian mengangguk seperti anak kecil. Lalu Hyosi membawa Seokjin duduk ke dekat sungai buatan di taman ini.
Keheningan melanda mereka berdua. Mereka saling lirik – lirikan satu sama lain tetapi tidak ada yang mau membuka suara. Hyosi mengelah nafasnya yang seperti Seokjin juga yang menghelah nafasnya kumudian mata Hyosi tertuju ke sebuah bungan di ujung sungai ini.
"Wah lily" sahut Hyosi kencang sepertinya dia tidak sadar.
Seokjin ikutan menoleh kearah tujuan mata Hyosi. "Hyosi suka lily ?" Seokjin menatap Hyosi dengan kening mengkerut.
"Mereka indah, ya aku menyukainya. Ah sayangnya bunga tersebut jauh disana. Kalau tidak sudah ku hampiri bunga itu"
Hyosi menekuk wajahnya sambil melipat tangannya.
Sedangkan Seokjin menatap Hyosi dengan diam tapi kemudian Seokjin menatap bunga lily di ujung sungai buatan ini.
"Mau minum ?"
"Seokjin Mau" cengir Seokjin kesenangan.
"Baiklah tunggu sebentar" Hyosi pun bangkit dari duduknya mencari minuman.
–Foolish Love–
Hyosi sedikit tersenyum melihat minuman ditangannya ini. Minuman kesukaan Seokjin. Coklat susu dengan taburan marsmallow kecil – kecil. Pasti Seokjin senang batin Hyosi.
Perjalan Hyosi hampir sampai, tapi Hyosi menatap heran bangku yang ditempatinya tadi. Seokjin tidak ada. Hyosi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman ini.
"SEOKJIN"
Teriak Hyosi kaget melihat Seokjin yang tanganya menggapai – gapai udara. Seokjin tenggelam.
"SEOKJIN"
Minuman yang di pegang jatuh begitu saja. Hyosi segera mendekat kearah sungai.
"Seokjin— kemari gapai tanganku" histeris Hyosi. Dia ingin menolong tetapi dia juga tidak bisa berenang.
"Seokjin— ayo gapai tanganku"
Sayangnya itu sia – sia karena Seokjin semakin masuk ke dalam sungai.
"SIAPA PUN TOLONG. TOLONG. ADA YANG TENGGELAM DISINI" teriak Hyosi kencang yang kini air matanya lolos begitu saja.
Tidak butuh waktu lama, beberapa penggunjung mulai berdatang dan masuk kedalam sungai ini membantun Seokjin.
–Foolish Love–
Hyosi duduk di depan pintu ruangan gawat darurat menunggu kabar dari dokter. Hyosi menggigit ibu jarinya yang gemetaran. Bukan hanya jarinya saja. Tubuhnya juga gemetaran. Hyosi semakin kuat menggigit ibu jarinya, sekuat tenaga Hyosi menahan airmatanya.
Hyosi mendongak kepalanya melihat dokter sudah keluar dari ruangan ini.
"Bagaimana dokter ?" tanya Hyosi dengan cepat.
Dokter itu tersenyum kearah Hyosi."Maaf sebelum anda siapanya ?" tanya dokter ini dengan ramah.
Hyosi tertegun dengan pertanyaan dokter ini "Saya— saya tem–Ah tidak saya calon istrinya" jawab Hyosi mantab.
Dokter itu tersenyum kembali kearah Hyosi.
"Calon suami anda baik – baik saja sekarang. Tinggal menunggu sadarnya saja. Beruntung air tubuhnya bisa di sedot keluar. Kalau calon suami sadar anda besok bisa dibawa pulang kerumah" papar sang dokter.
"Saya iri dengan anda, anda memiliki calon suami yang sangat tampan, juga romantis" ujar dokter perempuan ini ke Hyosi, tetapi kening Hyosi mengkerut mendengar apa yang dikata dokter ini. Tak mau ambil pusing Hyosi menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Terima kasih dokter" ujar Hyosi kemudian menundukan badannya.
"Ah tidak masalah. Itu memang tugas saya. Saya tinggal dulu. Anda bisa masuk kedalam" kemudian dokter paru baya tersebut pergi meninggalkan Hyosi yang gemetaran menatap ruangan ini.
Dengan gugup Hyosi membuka kenop pintunya. Dan perlahan masuk kedalam dengan menundukan kepalanya.
Setelah berada disamping Seokjin, Hyosi perlahan mengangkat kepalanya. Hyosi terkejut melihat keadaan Seokjin. Seokjin sangat pucat dan—. Hyosi terbelalak kaget melihat apa yang ada ditangan Seokjin.
"Itu—"
Tanpa terasa air mata mengalir di pipi Hyosi. Bagaimana tidak. Seokjin rela hampir tenggelam hanya kerena bunga lily yang dia tunjuk. Kini bunga itu digenggam kuat oleh tangan Seokjin. Sampai – sampai tangan Seokjin memerah menggenggamnya. Isakan kecil mulai keluar dari mulut Hyosi.
Tubuh Hyosi lemas seketika. Dijatuhkannya badannya kasar ke sopa samping tempat tidur Seokjin.
Tanpa ragu Hyosi menggengam tangan Seokjin. Hyosi tertegun saat menggengam tangan Seokjin. Tangan Seokjin sangat hangat. Hyosi semakin menggengam tangan Seokjin dengan erat.
"Seokjin bangun—" desis Hyosi di sela tangisnya.
"Seokjin— ayo bangun" desis Hyosi lagi sembari senggugukan.
"Seokjin—" kini Hyosi benar – benar menumpahkan air matanya begitu saja. Hyosi menundukan kepalanya dan masih tetap menggenggam erat tangan Seokjin.
"Ayo bangun ca–calon suamiku" kata – kata yang mengganjal di hati Hyosi akhirnya Hyosi keluarkan dengan nada pelan.
"Eeuuhhh"
Hyosi dengan cepat mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Seokjin perlahan membuka matanya. Hyosi sontak bangkit melihat Seokjin.
"Seokjin"desisnya dengan parau.
Seokjin menoleh ke Hyosi. "Hyosi" sahut Seokjin dan tersenyum kearah Hyosi.
"Ia ini aku" jawab Hyosi cepat. Melihat wajah Hyosi basah Seokjin menggerak badannya untuk duduk.
"Jangan banyak bergerak" sahut Hyosi kesal.
Saat Seokjin ingin menanya kenapa Hyosi menangis, Seokjin menoleh ke tangan kanannya. Dengan cepat Seokjin memberi apa yang ada ditangannya ke Hyosi.
"Ini buat Hyosi" Seokjin memberikan bunga lily yang Hyosi tunjuk kearah Hyosi.
Air mata Hyosi yang tadi sudah mereda kini kembali jatuh bebas ke pipinya. Diambilnya bunga tersebut kemudian membuangnya.
"KAU TAU KAU TADI HAMPIR MATI KARENA BUNGA ITU" Teriak Hyosi depan Seokjin.
"KENAPA KAU MENGAMBIL BUNGA ITU KAU HAMPIR MATI TADI SEOKJIN"
Hyosi mengoyang – goyangkan badanya Seokjin dengan histeris.
"Kau membuatku khawatir. Kenapa kau membuatku merasa seperti wanita jahat Seokjin" nada pilu keluar dari mulut Hyosi.
Entah atas dorongan apa Seokjin memeluk Hyosi. "Hyosi jangan menangis. Hyosi tidak jahat" kini Seokjin juga ikutan menangis.
"Hyosi membuat Seokjin sedih. Seokjin tidak mau Hyosi menangis. Tangis Hyosi membuat Seokjin sakit"
Seokjin sengugukan menangis memelukan Hyosi. Hyosi semakin menumpahkan airmatanya di pelukan Seokjin. Dan entah kenapa Hyosi sangat sedih kali ini. Seokjin melepaskan pelukannya.
"Ryu Hyosi jangan menangis" jemari – jemari panjang Seokjin terlulur menghapus lembut air mata di pipi Hyosi.
"Seokjin tidak suka Hyosi menangis"
"Jangan menangis lagi ya" pinta Seokjin dengan suara parau. Air mata Hyosi semakin jatuh begitu saja mendengar pinta Seokjin. Perasaan apa ini batin Hyosi.
"Ah— Seokjin bodoh— bodoh" tiba – tiba Seokjin memukul kepalanya, menampar pipinya kuat hingga memerah seketika.
"Seokjin apa yang kau lakukan" seru Hyosi melihat Seokjin menyakiti dirinya. Hyosi menarik paksa tangan Seokjin.
"Seokjin telah membuat Hyosi menangis. Seokjin bodoh" Seokjin menarik tangannya dan memukuli dirinya lagi. Apalah daya tenaga Seokjin lebih kuat ketimbang tenaganya sendiri.
"Seokjin— jangan sakiti dirimu— aku mohon" isak Hyosi sambil menarik paksa tangan Seokjin.
"Tidak— Seokjin cocok mendapatkan ini"
"Tidak Seokjin tidak" isakan Hyosi semakin kencang. Merasa tak ada balasan. Hyosi segera memeluk Seokjin.
"Jangan lakukan— jangan—" pinta Hyosi memeluk Seokjin dengan erat.
"Jangan—" desis Hyosi yang sudah tak kuat menahan sakit didadanya. Dan tingkah Seokjin tadi cukup membuat hati Hyosi sakit. Karena dia Seokjin menyakiti dirinya sendiri.
Hyosi tertegun karena Seokjin memeluknya kembali. Hangat tubuh Seokjin telah dirasakan Hyosi saat ini. Wangi aroma Seokjin menyeruak di penciuman Hyosi.
Seokjin manarik tubuh Hyosi agar duduk ketempat tidurnya. "Maafkan aku" desis Seokjin dingin dengan nada berat di telinga Hyosi. Dan itu. Itu sukses membuat Hyosi merinding. Merinding mendengar kata – akata Seokjin yang sangat, sangat jantan menurutnya.
–Foolish Love–
Kini Seokjin sedang tertidur pulas. Hyosi tersenyum menatap Seokjin. Diusapkan rambut Seokjin dengan lembut dengan wangi rambut lavender kesukaannya.
"Kau tertidur seperti anak kecil" Hyosi berkata dengan nada kecil melihat Seokjin.
Mata Hyosi tertuju kepada bunga lily yang dia buang. Hyosi mengelah nafas melihat bunga itu. Kaki Hyosi tergerak mengambil bunga tersebut. Kemudian diletakkan bunga tersebut kedalam vas bunga kosong yang ada di sudut jendela. Sedikit menambah air lalu Hyosi meletakkan bunga tersebut pas disamping Seokjin. Ditatapnya bunga lily putih ini lalu beralih menatap Seokjin.
"Terima kasih" Hyosi tersenyum tulus kearah Seokjin yang sedang tertidur pulas.
Hyosi mengambil ponsel dari sakunya. Perasaan senang yang Hyosi rasakan berubah melihat nama tertera di ponselnya. Dan berjalan menjauh dari Seokjin.
"Ada apa ?" tanya Hyosi tanpa basa – basi.
[Ayah ingin kau segera menjauh dari Seokjin karena Ayah telah menemukan calon yang lebih baik dirinya dan juga perusahaanya lebih menjanjikan]
"APA ? Apa Ayah katakan ? " Hyosi mendelik kaget mendengarnya.
[Dia terlalu lama sembuhnya]
"Jadi buat apa menjodohkan aku dengannya ?" sela Hyosi dengan emosi.
[Sudah kau jangan membantah]
"Tidak! Aku membantah" tandas Hyosi tegas.
[Apa katamu] terdengar nada marah dari ayahnya.
"Beri waktu 3 bulan. 3 bulan aku akan membuatnya menjadi normal"
[— Baiklah 3 bulan. Lewat 3 bulan kau harus segera menikah dengan pilihkan yang kuberikan]
"Terserah" Hyosi mematikan telfonnya secara sepihak.
Hyosi menggenggam ponselnya dengan kuat. Di pegangnya dadanya sendiri yang terasa sesak. Sesak sekali. Lalu mengalihkan pandangannya menatap Seokjin dan berjalan perlahan melangkahkan kakinya kearah Seokjin. Didudukan nya tubuhnya disamping Seokjin.
Bulir – bulir air mata Hyosi mengalir di pipinya kembali. Digenggamnya tangan kiri Seokjin dengan kedua tangannya.
"Dalam 3 bulan ini aku akan membuatmu normal seperti yang lainnya" ujar Hyosi disela isak tangis sedihnya kemudian mengecup punggung tangan Seokjin dengan lembut.
TBC
Original madeat09/05/14
