XXX
WARNING! ALUR INI MENGANDUNG KEKERASAN, DARAH BERCECERAN, BAGI YANG MERASA MUDAH JANTUNGAN DAN MEMPUNYAI PENYAKIT ASMA SILAHKAN KONSULTASI KE DOKTER DULU! #ngaco
XXX
Main: Fang as Ghoul x You as Human
(YN)= Your Name
XXX
Nuansa disini terasa menenangkan, suara pelanggan berbincang dengan santainya, aroma kue yang baru saja keluar dari oven, bau teh . kopi dengan aroma khas masing-masing, dan di tambah lagi segelas cokelat panas yang meletup di atas meja.
'ini favoritku'
Aku mengambilnya, meniupnya pelan, lalu menyeruputnya. Ahh, memang tidak ada minuman lain selain ini untuk membuatku relax.
Aku mengalihkan pandanganku ke pintu masuk cafe, lalu beralih ke jam dinding kayu kusam yang terkesan kuno dan sedikit berdebu.
'lama sekali, tidak biasanya ia datang telat' gumamku.
Sudah hampir 2 jam aku duduk sendirian disini. Tapi aku tidak merasa bosan ataupun marah. Bagiku, cafe kecil ini terasa begitu ajaib, aku sangat suka aroma khasnya, dan bau parfum orang-orang pensiun dari panti jompo menambah ruangan ini penuh dengan bau-bau sihir. Itulah yang membuatku tidak merasa bosan meski harus menunggu ber jam-jam lamanya.
Klining...
Mendengar lonceng pintu terbuka, reflek aku membuyarkan lamunanku. Orang itu melihat ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang.
'Ah! Itu dia!'
Dengan senyum mengembang, aku melambaikan tanganku. Matanya berhenti melihat sekeliling begitu melihatku melambaikan tangan ke arahnya. Ia langsung menghampiri mejaku dan duduk.
"Maaf" ujarnya, Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Tidak apa, lagipula aku menikmati suasana disini" aku memandang matanya lekat-lekat.
Ada yang aneh..
Tidak biasanya ia mengalihkan pandangannya seperti itu.
"Uhm, Fang? Kau baik-baik saja?" Tanyaku penasaran, seraya meletakkan gelas bekas cokelat yang sudah kosong.
Fang menghela nafas, lalu balik menatapku. Kulihat ia sempat menggigit bibir tipisnya.
Ia ragu...
"Fang?" Aku sedikit memajukan kursiku, mendekatkan wajahku padanya. Ia hanya diam, sedikit kaku, tapi berusaha untuk tenang.
"Apa kau sakit?" Aku menempelkan telapak tanganku di dahinya.
"Hmm, tidak panas, tapi kenapa suhu badanmu bisa sedingin ini? Di luar kan sedang tidak hujan"
Tiba-tiba, Fang menepis pelan tanganku. Raut wajahnya sangat dingin, tidak sedingin yang sering ia tunjukkan padaku.
"(YN), maaf" ucapnya lagi.
Aku hanya memandangnya bingung.
"Fang, ada apa-"
"Aku sudah tidak bisa lagi, kita harus berpisah, mau tidak mau kau harus menerimanya. Aku sudah tidak tahan. Demi kebaikanmu (YN)" Fang diam menatapku.
"A-apa yang-apa maksudmu, Fang?" Aku tidak mengerti situasi ini. Tanpa kusadari, bahuku mulai bergetar, Darahku berhenti berdesir, jantungku seperti yang ingin meninggalkan tugasnya..
Sesak...
Sakit...
Perih...
Mataku menatap Fang tak percaya- tidak, bukan, aku tidak percaya apa yang dikatakan Fang barusan.
Air mataku mengalir deras membasahi pipi. Dan Fang? Ia hanya melihatku, bisu. Biasanya ia akan meledekku kalau aku sedang sedih atau menangis. Kali ini tidak.
Aku mengusap kasar cairan mengganggu ini, mengambil tasku, Lalu tersenyum pahit.
"Baiklah, kalau itu memang maumu. Aku permisi dulu"
Aku beranjak dan meninggalkan cafe begitu saja, aku tidak peduli dengan suara Fang yang meneriakkan namaku dari belakang, aku harap itu hanya angin belaka.
Cairan bening menggenang di pipiku lagi. Aku terus berlari, tidak tahu tujuanku selanjutnya. Aku tidak peduli kemana aku akan berlari terus menerus seperti ini.
Air mata ini membutakan pandanganku, sehingga tanpa ku sadari, aku sudah berlari cukup jauh dari keramaian kota. Hanya jalanan sepi dan gelap, tidak ada lampu penerang jalan. Udara disini cukup dingin dan menakutkan.
Samar- samar aku melihat bayangan seseorang tak jauh dari tempatku berpijak. Aku sedikit menyipitkan mataku, karena aku tidak mungkin salah lihat...
Kalau kedua bola mata itu berwarna merah.
Aku hanya diam membeku, seakan mata merah itu mengunci keberadaanku.
Semakin dekat..
Aku bisa mendengar bunyi langkah kakinya..
Semakin dekat..
Aku bisa mendengar deru nafasnya..
Semakin dekat..
Aku bisa melihat wajah itu menyeringai..
Pria misterius itu sudah berada di hadapanku. Ternyata benar apa yang kulihat sekarang, kupikir berita itu hanya manipulasi agar orang-orang lebih berhati-hati saat keluar di malam hari. Aku pikir itu hal terbodoh yang pernah ku dengar. Tapi ternyata tidak. Reality nya, sekarang aku sedang berhadapan dengan-
Ghoul.
"Apa yang dilakukan gadis manis sepertimu malam-malam begini? Kau tersesat, hm?"
Suaranya terdengar sangat menyeramkan, tubuhku seperti tersengat listrik sesaat. Aku ingin mengambil langkah mundur, tetapi lenganku sudah digenggam erat. Aku berusaha melepaskan tanganku, tetapi genggamannya begitu kuat, seperti mencoba mematahkan lenganku.
"Jangan malu-malu begitu"
Suaranya sangat menjijikkan, ditambah dengan bau darah yang menyelimuti tubuhnya.
Aku menatapnya tajam. "Apa maumu?"
Pria itu hanya tertawa. "Berani juga kau bicara lantang di hadapan ghoul. Aku belum pernah bertemu gadis manis bernyali besar sepertimu"
Pria itu menarikku lebih dekat dengannya, lalu membisikkan sesuatu di telingaku.
"Apa mauku? Sederhana saja.."
Aku merasa ia sedang menyeringai di bahuku.
"MEMAKANMU"
Pria itu menggigit bahuku, tetesan darah jatuh di jalanan aspal tempatku berdiri.
Aku hanya diam, merasakan rasa sakit dan perih di bahuku. Tetapi entah kenapa rasa sakit itu tidak membuatku berteriak ataupun merintih sama sekali.
Aku tidak bisa kabur, aku menyerah. Tidak ada harapan aku bisa meloloskan diri, tidak akan ada orang yang akan menyelamatkanku. Pasrah, aku pasrah.
Mungkin ini akan menjadi yang terakhir bagiku..
"Oi, sialan. Berani beraninya kau menyentuh makananku"
Mendengar suara pria yang kukenal, membuat jantungku berdetak sesaat. Tanpa kusadari, pria yang menggigitku perlahan mengambil langkah mundur. Pupil merahnya melebar saat melihat seseorang di belakangku.
Perlahan, aku menoleh ke belakang - mendapati sosok Fang yang berdiri di kejauhan.
Dan ada satu hal yang membuatku terkejut, kenyataan yang harus ku telan bulat-bulat...
Bahwa kedua pupil pacarku sudah berubah menjadi merah.
Aku tidak bisa merespon apa-apa. Hanya melihat langkah Fang yang semakin mendekat.
"Ada satu prinsip yang tidak boleh dilanggar jika berhadapan denganku saat aku sedang marah.."
"Jangan sentuh apapun yang sudah menjadi hak ku"
Salah satu tangan Fang ia keluarkan dari kantung jaketnya.
"Dan tentu saja, jika ada seseorang yang melanggarnya ada satu hal yang harus kau terima.."
Fang mencengkeram leher pria di depanku, entah mengapa pria itu tidak membalas. Keringat dingin membasahi wajahnya. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan.
"Mati!"
XXX
(Beberapa hari setelah kejadian)
Akhir-akhir ini aku sering memikirkan sesuatu, entah aku sendiri tidak bisa melupakan kejadian itu begitu saja.
Satu kata untuk untuk hari itu.
Aku takut.
Takut akan matanya..
Takut kalau aku berubah pikiran..
Takut kalau aku memikirkan hal-hal buruk tentang Fang..
Lalu aku berpaling begitu saja.
Klining..
Suara bel pintu cafe membuyarkan lamunanku. Aku sadar kalau cokelat panas yang kupesan sudah mulai dingin dan belum tersentuh sekalipun.
seorang remaja laki-laki berambut raven masuk. Mata violetnya melihat sekeliling sudut cafe.
Aku tersenyum tipis begitu melihat seseorang yang sudah kutunggu dan melambaikan tanganku ke arahnya.
Fang mengambil kursi lalu duduk.
"Lama?"
'Yahh.. tidak ada salahnya kan?...'
Aku tersenyum.
"Tidak kok, aku belum terlalu lama disini"
'Kalau aku mencoba hidup dengan seorang.. Ghoul?'
XXX
Author: "Apaan nehh! #nataplayarhp#
Maaf minna-san, ini pertama kali author bikin ff yang chara malenya Fang. Gomen kalo GaJe yahh- #digeplakHali# aduhh! Sakit woyy!"
Hali: #watados# "siapa suruh nggak update-update sampe 1 bulan lebih, mana PhP lagi -,-"
Author: #cengengesan# "Ehehehe~~ gomenne minna-san~~ hp author lagi kena musibah-"
Hali: "kecemplung di got"
Author: "yaa~ begitulah. Untung ni hp cepet banget service nya, jadi bisa ngelanjutin lagi~"
Hali: "cepet ndasmu ilang, satu bulan lebih kamu nggak pegang hp, apalagi para readernya sebel tuh kayaknya. Utie sama Alf gimana yaa?"
Author: #sujud# "GOMENNEEEE!-"
Hali: "sepertinya sudah cukup teriaknya -,-"
Author: "gini dehh, sebagai permintaan maaf, author ngasih double chapter. Gimana, gimana?"
Hali: "yaudah sono! Langsung baca chapter selanjutnya! Tapi jangan lupa reviews dulu!"
