Kai ngerjain ini karena stress yang menumpuk akibat lihat soal-soal prediksi UNAS Q_Q padahal baru dilihat lho, belum dikerjain! #PLAAKK

Tapi setelah ini Kai bakal meninggalkan dunia –perfanfictionan- /Kai masih banyak dosa, ngga mau meninggal beneran/

Yaaahhh.. daripada kebanyakan ngomong, langsung aja dah..

Disclaimer: KHR punya Amano Akira! Kalau ada yang bilang itu punya Kai, Kai Cuma bisa mengaminkan saja.

Warning: AU, OOC, OOT, abal-abal, typo, gaje, EYD ga ada dan lain-lain.

Rated: T

Untuk sekedar penjelas, disini Tsuna umur 15 kelas 1 SMA. Dan chara yang lain akan dijelaskan seiring cerita berlangsung. Kemudian, Giotto dan Dino dalam cerita ini adalah kakak Tsuna dengan nama marga Sawada.

.

BAB 1 : My Little Secret

.

.

Suara gelak tawa nampak menggema di sebuah koridor sekolah bernama Namimori High School. Suasana saat itu nampak sepi dan hanya terlihat dua orang siswa disana sedang menyusuri jalan.

"Ahaha… itu menggelikan.." tawa seorang remaja bertubuh mungil dengan rambut cokelat anti gravitasi.

"Kufufufu~ memang sebegitu lucunya ya, Tsunayoshi?" tanya seseorang dengan rambut indigo dan bermata heterochrome.

"Tentu saja Mukuro! Mana ada orang yang mau menguras sumur dengan garpu?! Menggelikan! Ahaha!" pemuda yang dipanggil dengan nama Tsunayoshi itu masih tetap tertawa.

"Kufufu-ah!" sang surai indigo tiba-tiba saja menepuk dahinya seakan mengingat sesuatu, "Gomen Tsunayoshi, aku lupa untuk mengumpulkan tugas! Pergilah terlebih dahulu keatap! Tak apa kan?"

"Un!" Tsunayoshi mengangguk sambil tersenyum. "Hati-hati ya"

Setelah melambaikan tangannya, Mukuro pergi meninggalkan Tsunayoshi sendirian. Tsunayoshi tiba-tiba mengubah ekspresinya. Baru lima detik yang lalu ia tersenyum dan sekarang wajahnya menunjukkan ekspresi kosong. Seakan-akan tak pernah ada kehidupan didalamnya.

Tsunayoshi memandang langit yang berwarna biru cerah melalui jendela di sampingnya dengan tatapan kosong. Kemudian ia melangkah menuju atap.

Sesampainya di atap, Tsunayoshi langsung menuju ke teralis besi di pinggir atap. Kemudian ia mendongak menatap langit dengan pandangan yang masih sama –kosong- sambil menyandarkan badannya pada teralis.

"Mengerikan… aku mengerikan…" bisiknya lirih. Entah apa maksudnya.

Saat Tsunayoshi sedang menatap langit, ia tidak menyadari bahwa disana ada orang lain.

"Apa yang kau lakukan disini, herbivore" Tsunayoshi tersentak dan refleks menoleh menuju sumber suara.

Pemilik suara itu memiliki rambut hitam legam dengan mata blue metallic. Di lengan kirinya terdapat tulisan 'komite disiplin' dalam huruf kanji. Tatapan matanya menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang ramah. Menakutkan lebih tepatnya.

"A-aku hanya melihat-lihat pemandangan disini, sen-senpai…". Tsunayoshi terlihat gugup.

"Hn, kau murid kelas satu." Kata Hibari –yang tidak pantas disebut tanya- menebak.

"U-un!" Tsunayoshi mengiyakan. "A-aku Sa-Sawada Tsunayoshi, salam kenal.."

Tsunayoshi agak membungkukkan badannya didepan Hibari.

"A-anoo kalau boleh tahu, siapa nama senpai?". Tsuna mulai angkat bicara lagi.

Hibari melirik tajam Tsunayoshi. Dan Tsunayoshi sukses dibuat merinding olehnya.

"Hibari Kyoya" jawab Hibari singkat.

"Hibari, ya… nama yang indah.." Tsunayoshi menyunggingkan senyumnya.

"Hn," setelah itu Hibari pergi meninggalkan Tsuna sendirian di atap.

.

.

.

"Aku pulang…". Sudah sore. Jam menunjukkan pukul lima dan nampaknya Tsunayoshi baru saja pulang.

"Selamat datang Tsuna! Pulangnya lama sekali! Giotto hampir gila karena kau belum pulang! Seharusnya kau tadi pulang denganku saja…." seseorang dengan rambut pirang lurus tertawa.

"Ahahaha, gomen Dino-nii tadi dijalan agak macet." Tsunayoshi terkikik geli. "Lagipula hanya terlambat lima belas menit"

"Ahaha… bahkan Giotto hampir mencekikku gara-gara seharusnya aku pulang bersamamu.." tawa Dino.

"Lalu? Mana Gio-"

"TSUNAA~~ Kakak mencarimuuu~" pertanyaan Tsuna terputus ketika seseorang memeluknya dengan erat.

"Ya ampun Giotto-nii, kau terlalu khawatir" kata Tsunayoshi.

"Tentu saja! Kau adik kesayanganku~" Giotto mengusap-usapkan kepalanya pada kepala Tsunayoshi.

"Ahaha! Aku tidak?" tanya Dino.

"TIDAK!"

Sawada Giotto dan Sawada Dino adalah kakak kembar Tsuna yang berbeda sel telur. Jadi, mereka berbeda wajah dan juga sifat. Dan jarak umur antara Giotto dan Dino dengan Tsunayoshi adalah 10 tahun.

Giotto adalah anak tertua dari keluarga Sawada. Wajah dan bentuk rambutnya mirip dengan Tsunayoshi. Hanya saja, warna rambut Giotto adalah pirang. Giotto lahir di Italy, karena itu namanya Giotto. Sebenarnya nama jepangnya adalah Ieyatsu. Tapi karena Tsuna lebih suka memanggilnya Giotto, maka jadilah ia sampai saat ini tetap dipanggil Giotto. Giotto adalah tipe kakak yang overprotective terhadap Tsuna. Tetapi tidak untuk Dino. Juga, pekerjaan Giotto adalah direktur dari sebuah toko baju.

Lalu Sawada Dino. Ia adalah kakak kedua setelah Giotto. Ia adalah kakak yang baik walaupun agak ceroboh. Ia juga mengidap brother complex kepada Tsunayoshi. Dino juga lahir di Italy. Hanya Tsunayoshi yang lahir di Jepang. Pekerjaan Dino adalah Guru di sekolah Tsuna sebagai guru Bahasa Inggris.

Satu-satunya kesamaan antara Giotto dan Dino hanyalah sifat brothercomplex-nya terhadap Tsunayoshi dan rambutnya yang sama-sama pirang. Selain itu tidak ada.

.

.

Setelah mandi dan makan, Tsunayoshi mengerjakan pr yang dibantu oleh Giotto. Wajah Tsunayoshi kembali riang walaupun terkadang menunjukkan ekspresi bingung karena soalnya yang sulit.

"Un! Terima kasih, Giotto-nii!" Tsunayoshi tertawa renyah sambil membereskan bukunya.

"Waa~~ Manisnyaa~~". Giotto memeluk Tsuna. Lagi.

Karena ini hal yang sudah biasa untuk Tsunayoshi, maka ia membiarkan saja kakaknya itu. Setelah selesai acara 'peluk-adik-imut'nya, Tsunayoshi kembali kekamarnya.

BLAAM

Terdengar suara pintu tertutup. Setelah itu Dino mengambil duduk disebelah Giotto. Dan mulai menatap Giotto.

"Kau tahu? Dia memaksakan dirinya.." Dino memulai pembicaraan.

"Ya, sudah terlihat di wajahnya…" balas Giotto.

"Apa boleh buat, dia mungkin terlalu senang…"

"Senang apanya?!" Giotto sedikit menaikkan nada bicaranya. "Apa kau lupa kalau dia itu-"

"Ya, aku tahu.." potong Dino cepat. " aku dan kau. Kita paham dengan apa yang terjadi…"

"Padahal sudah pindah kesini agar dekat dengan rumah itu…" Giotto menghela nafas.

.

.

Pagi ini, Tsunayoshi pergi kesekolah sendiri. Ia tidak mau Dino mengantarnya. Entah mengapa. Saat ini Tsunayoshi sedang berjalan menuju sekolahnya. Hingga tiba-tiba ia berhenti di depan sebuah rumah. Rumah itu bukanlah rumah yang megah. Hanya rumah yang sederhana tetapi dengan halaman yang luas dan nampak hijau.

'Ahh.. sudah lama ya? Aku ingin masuk ke rumah itu' batin Tsunayoshi. 'Selama ini aku hanya bisa memandanginya dari jauh saja..'

CKLEK

Pintu rumah itu terbuka. Refleks Tsunayoshi langsung bersembunyi di pohon terdekat agar tidak ketahuan. Tiba-tiba saja kornea matanya membesar tatkala ia mengetahui siapa sekarang yang tinggal dirumah itu.

"Hi..bari-san?.." bisiknya lirih.

"HIBARI-SAN!" tiba-tiba Tsunayoshi berteriak memanggil Hibari. Hibari menoleh kesumber suara dengan tatapan dingin.

"Berisik herbivore!" Hibari mendeathglare Tsunayoshi.

"Hibari-san! Kumohon! Perbolehkan aku masuk kerumahmu!" Tsunayoshi berkata dengan tatapan memohon.

DUAAAK

Hibari langsung memukulnya dengan tonfanya hingga Tsunayoshi terlempar beberapa meter ke belakang.

"Untuk apa aku harus menunjukkan rumahku ke orang asing sepertimu" setelah itu Hibari pergi meninggalkan TSunayoshi.

"Aduduh… sakit.." Tsunayoshi mengusap bagian yang terkena pukulan tadi. "Tapi aku tak akan menyerah! Sudah didepan mata.. sedikit.. sedikit lagi"

Kemudian Tsunayoshi mengambil telefon genggamnya dan memencet beberapa nomor untuk menelepon seseorang.

"Halo, Dino-nii.. kau sudah berangkat sekolah?" ah, ternyata yang ditelefon adalah Dino.

"Eng? Ini masih pagi, Tsuna.. kau saja yang terlalu rajin. Apa kau sakit? Perlu kujemput?" Dino merasa khawatir dengan adiknya.

"Ahaha.. tidak, karena belum, aku minta tolong ya. Tolong bawakan bekal untukku. Yang ukurannya tiga kali lebih besar dari bekalku."

"Untuk apa? Bukannya kau sudah bawa bekal?" Tanya Dino heran.

"Untuk menyogok seseorang…" Tsunayoshi tertawa.

"Uh-oh! Oke.. aku akan mengatakannya ke Giotto"

"Arigatou, Dino-nii"

.

.

Sudah waktunya untuk istirahat makan siang. Tsuna beranjak dari bangkunya dan mengambil bekal yang sudah diantarkan oleh Dino tadi pagi di sekolah. Dalam hati Tsunayoshi berharap dengan ini, ia bisa menjadi lebih dekat dengan seseorang yang ditemuinya tadi pagi. Ya, orang itu adalah Hibari.

"Hei Tsuna.. mau keatap sekarang?" tanya Dino yang tiba-tiba berada di pintu kelas TSunayoshi.

"Un! Dino-sensei juga ikut kan?" disekolah Tsunayoshi memanggil Dino dengan suffix 'sensei', bukan 'nii'.

"Ya, ayo,,," kata Dino seraya melangkah menuju atap dan Tsunayoshi mengejar dibelakangnya.

Graakk

Terdengar pintu menuju atap terbuka. Disana langsung terlihat Hibari yang sedang mengelus hewan peliharaannya. Hewan itu adalah burung dari jenis Skylark. Berwana kuning keemasan dan terlihat lucu. Kontras dengan tampang Hibari yang miskin kata lucu.

"Untuk apa kalian datang kesini. Aku benci herbivore." Kata Hibari sarkastik.

"Anoo.. ini untuk Hibari-san.." Tsunayoshi menyerahkan kotak bekalnya.

Entah sedang lapar atau apa, Hibari menerimanya meski tanpa mengucapkan kata terima kasih. Tsunayoshipun tersenyum senang. Kemudian mereka duduk dan mulai membuka kotak bekal masing-masing.

"Hn, ada yang aneh.." kata Hibari tiba-tiba.

"Um? Apa?" Tsunayoshi bertanya dengan raut bingung. Ia khawatir jangan-jangan Hibari tahu apa yang ia rencanakan.

"Kenapa makanmu seporsi kelinci begitu herbivore.." Hibari menunjuk kotak makanan Tsunayoshi yang berukuran sangat kecil. Padahal kotak makan Dino terbilang besar.

"Tidak sopaannn!" Tsunayoshi memeluk kotak bekalnya dengan kedua tangan.

"Pffttt…" Dino menutup mulutnya sembari menahan tawa.

'Tsuna terlalu bersemangat. Mungkin karena ini pertama kalinya dia bertengkar dengan yang umurnya dekat dengannya' batin Dino sambil terus menahan tawa.

"Ah udah ah! itadakimasu!" Tsunayoshi membuka kotak bekalnya yang disusul Hibari dan Dino.

Setelah selesai makan, Hibari berdiri dan kemudian akan meninggalkan Tsunayoshi dan Dino. Tetapi Tsunayoshi menceegatnya dengan cara menarik kemeja Hibari dari belakang.

"Kumohon.. disini sebentar lagi.." wajah Tsunayoshi memucat. "Ya…?"

Kemudian Tsunayoshi ambruk.

"Tsu-Tsuna!" Dino berlari menghampiri Tsunayoshi dengan muka khawatir. Sedangkan Hibari cukup kaget dengan apa yang terjadi.

"Ma-maaf.. Dino-nii…" kata Tsunayoshi lirih dengan nafasnya yang tersengal-sengal.

"Sudah! Muntah saja disini! Tidak apa-apa!" Dino menaikkan nada suaranya.

Hibari yang dasarnya berotak cerdas, langsung mengetahui sebagian besar apa yang sedang terjadi. Ia langsung mengambil inisiatif untuk menggendong Tsunayoshi ala bridal style dan langsung menuruni tangga untuk mencari toilet terdekat.

"Bertahanlah herbivore…" kata Hibari.

Tsunayoshi tidak meresponnya. Sedangkan Dino ikut berlari mengejar Hibari dengan muka yang tak kalah pucatnya dengan Tsunayoshi karena menghawatirkan Tsunayoshi.

Setelah sampai didepan toilet, Tsuna langsung berjalan tertatih sambil mengatakan bahwa dia baik-baik saja pada Dino untuk tidak mengikutinya sampai di dalam toilet.

"Hei, ada yang ingin kutanyakan padamu…" kata Hibari tegas.

"Ah.. maaf ya, Kyoya.. kau melihat hal ini…haha" Dino tertawa memaksa. "setelah ini akan kuantar Tsuna ke UKS.

.

.

"Huufftt… keadaannya sudah membaik setelah muntah tadi.. syukurlah…" kata Dino. Sekarang Ia dan Hibari berada diluar ruang UKS

"Jelaskan padaku.. dia kumat lagi.." kata seseorang yang berpakaian dokter UKS dengan rambut cream.

"Alaude.. seharusnya kau tahu…" kata Dino lagi.

"Hn, kejadian seperti ini memang sering, tapi biasanya tidak separah ini. Giotto menceritakannya padaku.." jelas Alaude.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Hibari sedari tadi berada disana dan mendengarkan. "Alaude, sepertinya kau tahu sesuatu."

"Jangan panggil aku Alaude disini, Kyoya.. disini aku guru UKS, Kau harus memanggilku sensei" jawab Alaude dingin.

"Terserah…" Hibari cuek. "Kalau kau tidak mau member tahu, akanku tanyakan saja sendiri" Hibaripun masuk ke ruang UKS.

Tsunayoshi agak kaget dengan kemunculan Hibari karena ia mengira yang masuk adalah Dino atau Alaude. Oh, dan Tsunayoshi berfikir mungkin juga Giotto yang kemari dengan fikiran Dino yang meneleponnya. Kedua kakaknya itu sangat overprotective. Hibari kemudian mengambil duduk di ranjang disamping ranjang Tsunayoshi.

"Kau berhutang penjelasan padaku herbivore" Hibari memulai pembicaraan.

"Ahh.. sepertinya aku menunjukkan hal memalukan ya pada Hibari-san.." wajah Tsuna menampakkan kekosongan. "Tak apa.. tubuhku hanya menolak makanan saja kok"

'Menolak… makanan?' batin Hibari. 'lalu apa hubungannya dengan dia yang tiba-tiba ingin masuk kerumahku?'

.

.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

.

.

Ahaha… Kai tau ini Gaje.. dan maafkan Kai yang ngga jelas ini.. sebenarnya Kai bingung dengan genre yang akan dimasukkan, akhirnya Kai masukin aja deh genre Romance dan drama.

Mau UNAs kok malah bikin fic, yang ini jangan ditiru lho ya..

Kelanjutan fic ini tergantung pada readers sekalian, jika tidak bagus Kai bisa menghapusnya~~

KAI