Kim Mingyu x Jeon Wonwoo
.
.
.
.
Suara decakan dan desahan terdengar dengar jelas disana. Dimana dua anak manusia berjenis sama sedang memagut asmara. Keduanya terbakar hawa nafsu yang membara. Namja tampan itu masih setia memegang pinggul laki-laki manis yang duduk diatasnya. Suara desahan yang seirama dengan tempo gerakan badannya. Mingyu -Namja tampan- itu tersenyum saat mencapai puncaknya mendadak semua keadaan berbalik. Suasana mencekam menguar dengan cepat. Namja tampan itu merubah keadaan dengan menindih laki-laki manis yang nampak tersengal-sengal. Tangan besarnya mengarah tepat kearah perpotongan leher namja manis itu dan mencengkramnya dengan erat.
"gyuu~ dengar..kan aakku. Aku ham...il.."suaranya tersengal saat nafasnya mulai terhenti diiringi dengan gerakannya yang melambat.
Terlambat sudah, ia telah tiada. Sosok itu menghilang dan tergantikan dengan sebuah guling usang. Mingyu memejamkan matanya, menarik rambutnya dengan erat dan menyesali semuanya. Semuanya sudah terlambat.
"Mingoo~ kalau kita punya anak nanti kau ingin berjenis kelamin apa?"suara itu nampak mengalun bagai lullaby ditelinganya.
"Apapun asal kau selalu ada disampingku"
"Mingoo~ saat suatu hari nanti ada yang berkata buruk tentangku tolong tetap percaya padaku. Karena sampai kapanpun aku mencintaimu dan aku takkan mengkhianatimu"
Ia berteriak dan mulai membanting apapun yang ada didekatnya. Semua kenangan tentang seseorang yang amat ia cintai nampak mulai menyapanya. Semuanya terlalu sulit untuk dipahami. Dimana ia dengan tega membunuh kekasihnya sendiri.
"Kau pelacur wonwoo! Laki-laki mana lagi yang kau goda hah?!"mingyu semakin mencengkram lehernya, menutup jalur nafas namja manis itu.
Wonwoo terus berusaha untuk mengelak. Tangannya menggapai tangan mingyu yang mencengkram. Satu tetes air mata nampak membasahinya. Tenaganya sudah habis, pergulatannya dengan mingyu membuatnya melemah. Perutnya terasa sakit saat mingyu terus-terusan menghajarnya hingga puncaknya sang kekasih malah mencekik lehernya. Bila memang ini ajalnya maka ia telah siap. Walau ia mati ditangan kekasihnya sendiri. Ditangan ayah bayi yang dikandungnya.
"gyuu~ dengar..kan aakku. Aku ham...il.."suara wonwoo tersengal saat nafasnya mulai terhenti diiringi dengan gerakannya yang melambat. Mendadak semua saraf Mingyu menegang. Ia tersadar sepenuhnya. Tersadar atas apa yang ia lakukan. Namun, kekasihnya sudah terlanjur terbujur kaku dipangkuannya.
"Wonwoo.. Wonwoo sayang.. Wonie.. Tolong jangan tinggalkan Mingoo.. Wonie tolong jangan tinggalkan mingoo. Mingoo sayang wonie", Mingyu memeluk guling dihadapannya. Mengelusnya dengan lembut dan menciumnya.
Ia tetap memeluk gulingnya dengan erat. Menyalurkan semua rasa bersalahnya. Rasa kehilangan yang membuatnya kehilangan akal. Kehilangan pujaan hatinya dan juga calon penerusnya. Matanya nampak memanas menatap kedua tangannya yang ia harapakan hilang saat ini juga. Termasuk dengan nyawanya tepat saat pisau tajam itu menusuk jantungnya.
"Tunggu aku dan kita akan bersama..."itu suara terakhirnya sebelum jiwanya tenang menyusul sang pujaan
END
End dengan tidak elitnya, tunggu versi selanjutnya. Kritikan kalian membangun imajinasi saya.
Lenght : 418 word
sorry for typo
-regards nathan-
Soon : Wonhui
