Jiwon

Jisoo x Wonwoo

.

.

.

- L is for the way you look at me -

Joshua baru saja pulang dari kerja, dihempaskan badannya ke sofa cokelat di tengah ruangan di rumah mungilnya. Sulur-sulur yang merambat di depan jendela menghalangi cahaya matahari jingga yang terpekur sebelum terbenam. Dipejamkannya kedua mata, lalu menghela napas panjang, berusaha untuk santai. Hingga sepasang tangan nampak memeluk lehernya dari belakang. Joshua mencoba untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan rasa lelah yang ia rasakan untuk saat ini.

"Hyung sudah pulang? Wonie menunggu hyung sedikit lama"suara manja nan menggoda membuai telingannya.

Matanya kembali terbuka memegang tangan seorang namja yang dibelakangnya dan menuntun namja itu untuk duduk dipangkuanya. Namja yang menjadi kekasihnya selama 4 Tahun ini dan tentu akan menjadi Istrinya dalam 2minggu kedepan. Namja yang bernama Wonwoo lah yang mampu membuat dunianya terasa lebih berwarna. Dimana hari-hari yang menurutnya kelam menjadi sangat indah bersama wonwoo.

"Maaf, ada rapat mendadak tadi dikantor. Maaf hyung tak sempat memberitahumu"ia nampak memeluk wonwoo dengan erat seolah-olah tak ingin wonwoo itu pergi darinya.

"Hyung.. jangan peluk wonie terlalu erat.. Sakit hyung"Wonwoo nampak bergerak tak nyaman dalam rengkuhan Joshua.

Entah mengapa, belakangan ini Joshua merasa Wonwoo tidak mencintainya. Itu terbukti saat ia akan mencium kekasih manisnya itu, Wonwoo pasti akan langsung menutup mulutnya atau memalingkan wajahnya. Bahkan dipeluk pun ia sudah tak mau. Bagi Joshua, Wonwoo adalah porosnya. Segala pusat perputaran hidupnya. Wonwoo bagai menjadi candu yang selalu membuainya. Satu hal yang berubah pada wonwoo baik itu sikap atau perkataanya itu sama saja dengan neraka bagi joshua. Fikirannya akan melayang jauh membayangkan hal hal buruk yang mungkin akan terjadi

"Hyung melamun.."Wonwoo mengelus lembut pipi Joshua. Raut lelah nampak menghiasi wajah Joshua. Dengan lembut Wonwoo mengusap gurat-guratan itu. Memijatnya perlahan dan menatap wajah Joshua dengan merapalkan beberapa kata yang selalu ia lakukan untuk membuat Joshua tersenyum bahkan tertawa. Bukan kata-kata berlebihan yang akan ia ucapkan. Hanya kata-kata yang menggambarkan tentang beruntungnya ia bisa memiliki Joshua, tentang bagaimana ia merasakan jatuh cinta pada namja yang dihadapannya.

"Aku mencintaimu wonie" senyuman teduh Joshua nampak menghiasi wajahnya membuat wonwoo tak berhenti menatapnya.

Tahukah kalian, hal yang membuat wonwoo sangat mencintai Joshua. tentu saja itu karena senyumannya. Senyuman mematikan yang mampu membuatnya terjebak dalam dimensi yang sampai saat ini tak ia mengerti. 4 tahun tinggal bersama tentu bukan waktu yang sebentar bagi mereka untuk saling mengenal. Berawal dari wonwoo yang tak mampu menemukan tempat tinggal sementaranya hingga akhirnya Joshua berbaik hati untuk menampungnya. Menampung seseorang yang bahkan baru ia temui dikedai dalam waktu singkat.

"Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita pada waktu itu wonie. Entah apa jadinya jika kau bertemu dengan orang lain. Mungkin hidupku takkan sebahagia saat ini"

Flashback on

Wonwoo nampak kesulitan membawa kopernya, kedai yang baru ia masuki memiliki pintu yang cukup kecil membuatnya sedikit kesulitan untuk melewatinya. Sedangkan tak jauh darinya Joshua nampak memperhatikannya, mengabaikan teman-temannya yang terlarut dalam obrolannya. Sudah lebih dari 30 menit joshua menatap namja manis itu. Mulai dari namja itu datang dan duduk tak jauh darinya bahkan ia juga memperhatikan wonwoo saat ia mengeluh kepanasan karena makanannya yang entah mengapa malah membuat Joshua ingin mendatanginya dan memberinya segelas air dan tentu saja mengatakan agar ia lebih berhati-hati.

Wonwoo keluar dari kedai kecil itu dengan sedikit kesulitan, sebenarnya ia bisa saja keluar lebih mudah dengan menarik koper itu dibelakangnya bukan disampingnya. Tapi hari ini nampak begitu kacau dimatanya karena hingga malam ia belum bisa menemukan tempat tinggal sementaranya. Ia berjongkok menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya, menangis dan menyesali keputusannya untuk pindah ke seoul seorang diri.

"Seorang namja tidak baik menangis"Suara halus nan lembut menyapa pendengarannya.

Samar-samar wonwoo mendengar suara langkah mendekatinya. Ia mendongakkan kepalanya menatap namja yang berdiri di hadapannya sambil mengulurkan tangannya. Wonwoo nampak berfikir sebelum akhirnya memutuskan untuk meraih tangan itu dan berdiri dan tentu saja dengan sedikit bantuan namja yang mengulurkan tangannya itu.

"Hong Jisoo atau kau bisa memanggilku Joshua"Joshua tersenyum dan tetap menggenggam tangan wonwoo.

"Wonwoo, Jeon wonwoo"wonwoo tersenyum kikuk menatap Joshua. Senyuman yang terlihat meneduhkan itu membuatnya terjebak dalam dimensi yang sulit dijelaskan.

"Kenapa kau menangis?"

"Apa aku terlihat seperti itu? Apa suara tangisku terlalu besar?"

"Bahumu bergetar dan itu cukup menjelaskan kalau kau sedang menangis. Apa aku bisa membantumu?"joshua melirik sekilas koper wonwoo yang ada disebelahnya.

"Kau tak mempunyai tempat tinggal disini?"tebak Joshua yang membuat wonwoo mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. Matanya mengerjap perlahan, rasa kantuk nampak menyerangnya dengan tiba-tiba membuat ia harus menutup wajahnya saat rasa kantuk itu datang.

"Kau bisa tinggal dirumahku untuk sementara"joshua hampir saja membuat Wonwoo terjatuh karena ucapannya. Ia bahkan baru pertama kali bertemu dengan namja itu, bahkan ini belum terhitung 24 jam tapi Joshua malah menawarkannya untuk tinggal dirumahnya.

Flashback off

"Aku tak menyangka hyung tiba-tiba datang padaku dan menawariku untuk tinggal bersama hyung dan entah mengapa aku malah menyetujuinya padahalkan aku tak mengenal hyung karena bisa jadi Hyung adalah orang jahat yang akan menjualku"wonwoo berbicara panjang lebar membuat rasa lelah Joshua menguap entah kemana. Jika ia mengulang kembali kenangan yang terjadi diantara mereka entah mengapa membuat Joshua bersemangat. Karena hanya dengan cara itu, ia bisa mengetahui seberapa penting peran wonwoo dalam hidupnya. Dan hanya karena itu juga ia bisa mengucap syukur atas takdir yang tertulis untuknya.

"Aku bersyukur sangat bersyukur, aku mencintaimu sejak saat pertama kali aku melihatmu. Melihat caramu makan dengan wajah kesal, wajah manis yang selalu kau sangkal"Joshua terkekeh pelan, mengusap kepala wonwoo dengan lembut.

"Aku tak manis saat itu hyung. Itu memalukan, berulang kali aku mempout kan wajahku didepan cermin dan itu malah membuatku mual melihatnya. Aku tak mengerti mengapa hyung malah suka"wonwoo memeluk erat leher joshua dan menyelusupkan kepalanya pada ceruk leher joshua, beberapa kali ia menggesek-gesekan hidungnya.

"Bagiku kau selalu manis sayang, wajahmu selalu membuatku ingin melindungimu dan menjagamu. Menjagamu entah mengapa menjadi suatu keharusan. Aku bahkan tak tahu alasan untuk aku hidup didunia. Aku hanya berfikir untuk terus melakukan apa yang aku suka tanpa memikirkan apapun tapi sekarang aku punya satu tujuan. Tujuan terpenting dalam hidup, tujuan utama diatas segalanya. Hanya satu tujuan yaitu menjagamu. Menjaga dirimu dan menjaga hubungan ini. Walau akan ada banyak rintangan yang akan menghadang aku tetap akan melewatinya dan tentu saja itu harus bersamamu. Karena aku bernafas hanya untukmu, dan aku hanya memujamu. Memuja calon istriku"itu adalah kalimat yang akan selalu Joshua ucapkan jika itu menyangkut tentang wonwoo.

"Terima kasih atas segalanya Hyung. Aku mencintaimu melebihi siapapun dan aku takkan pernah meninggalkanmu"wonwoo mengangkat wajahnya dan kembali menatap wajah Joshua, mencium bibirnya dengan lembut menyalurkan jutaan kalimat yang tak dapat ia ucapkan dengan kata-kata. Malam dingin yang berubah menjadi hangat karena cinta mereka berdua. Malam yang diiringi desahan-desahan keduanya. Biarlah malam ini menjadi malam terindah untuk kesekian kalinya.

-L is just for the way you Look at me-