Ia mengepakan sepasang sayap hitam besar di punggungnya. Terbang lebih rendah dan berhenti tepat di depan sebuah pintu. Sasuke tahu jika ini semua salah. Ia seorang malaikat, dan mencintai gadis yang ada di daftar kematian miliknya.


Anemone

Naruto © Masashi Kishimoto

Anemone © AkinaJung

Uchiha Sasuke & Haruno Sakura

"Jika ada satu hal di dunia yang mampu membuat kami bersama, maka aku akan mengorbankan apapun untuk mendapatkannya"


Sayapnya menghilang seiring menapaknya ia di tanah. Hari sudah terlalu larut untuk orang-orang di bumi. Sunyi tanpa ada satu pun manusia terlihat di matanya. Sasuke mengambil kertas coklat yang tergulung dari sakunya. Ingatannya kembali saat Dewa kematian di atas sana menggerakan pena bulu angsanya dan mencatatkan nama-nama manusia yang akan meninggal dalam waktu dekat ini.

Uchiha Sasuke, ia seorang malaikat. Tugasnya mengawasi manusia yang akan menemui ajal dan membantu mereka menuju dunia sana.

"Mereka manusia-manusia yang akan meninggal dalam rentan waktu tiga bulan mendatang,"

Kata-kata Dewa kematian itu terngiang di benaknya. Selama tiga bulan, ia akan mendiami dunia kotor ini. Sasuke menarik napasnya, menghelanya secara kasar. Ada banyak hal yang dibencinya di dunia ini.

Terlalu banyak hal menjijikan dan perbuatan penuh kenistaan.

Sasuke tidak bisa mengerti, mengapa manusia-manusia di dunia ini dengan mudahnya berbagi cinta dan dengan mudahnya juga saling membenci. Mereka semua rela berbuat kotor hanya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, Sasuke tak pernah bisa memahami mengapa mereka bisa melakukan hal seperti itu. Ia tidak pernah merasa betah tinggal berlama-lama di tempat ini. Mungkin dari banyak kaumnya yang mendapatkan tugas yang sama, hanya dirinya lah yang tidak bisa bertahan lama dengan sesaknya dunia manusia ini.

Sasuke mengepakan sepasang sayap hitam besar di punggungnya. Dia terbang dengan cepatnya menuju salah satu rumah manusia yang akan diawasinya sampai tiga bulan mendatang.

Sebuah rumah sederhana namun Sasuke merasakan kehangatan saat mendekatinya. Ada sebuah kamar dengan cahaya lampu yang masih menyala terang. Sasuke terbang lebih rendah dari sebelumnya. Berhenti di depan jendela kamar yang terbuka lebar. Sasuke bergerak masuk. Mengamati wajah polos gadis yang sedang tertidur di meja belajar berbantalkan kedua tangannya. Dari sekian banyak manusia yang pernah diawasinya, dia tidak pernah mendapatkan sosok gadis berwajah polos seperti ini. Dan ia mulai bertanya-tanya, mengapa gadis yang terlihat baik sepertinya ditakdirkan meninggal dalam waktu dekat.

Sasuke membiarkan pandangannya mengedar. Kamar bernuansa sangat perempuan itu terlihat berantakan untuk seorang gadis berusia enam belas tahun yang bisa mengurus diri sendiri. Satu kesimpulan muncul di benaknya, gadis ini seorang manusia yang ceroboh. Terbukti dari jendela yang tidak ditutupnya. Ponsel yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamar, dan berbagai barang yang seharusnya tidak berada di lantai.

Helaan napas keluar dari bibir Sasuke. Dalam satu kedipan mata, lampu ruangan itu padam. Sasuke melangkah keluar dari kamar gadis itu. Membuka sayapnya dengan lebar, kemudian mengepakannya perlahan. Tak lupa ia menutup jendela kamar yang baru di masukinya. Untuk pertama kalinya ia berbuat baik seperti ini. Alasannya sederhana, rasa kasihan. Gadis itu baru berusia enam belas tahun dan ia harus pergi dari dunianya sebentar lagi.

Haruno Sakura, gumam Sasuke lantas beranjak pergi dari tempat itu.


Dia memiliki wajah putih cerah. Hidungnya mancung dan kedua bola mata hijaunya selalu berkilat ramah pada orang-orang. Pipinya akan merona saat kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan. Rambut merah muda panjangnya selalu berkibar tertiup angin, dan dia akan terlihat mendengus dengan pipi yang digembungkan saat merapikan mahkota merah mudanya.

Sasuke tidak pernah mengamati manusia sedetail ini. Sungguh, gadis merah muda itu telah membuatnya tertarik untuk mengamatinya lebih lanjut. Sasuke melompat turun dari atas atap rumah yang dijejakinya setelah sempat berdiri tenang mengamati Sakura di bawah sana. Ada satu hal yang belum pernah ia coba selama melaksanakan tugasnya, dan entah mengapa ingin ia lakukan sekarang.

Menunjukan dirinya di hadapan manusia.

Sasuke memastikan sayap hitamnya telah lenyap dengan sempurna. Sekarang ia nampak seperti manusia normal lainnya dengan kemeja putih berlengan panjang dan celana hitam panjang yang membalutnya.

Gadis rapuh itu berdiri beberapa meter darinya. Sasuke masih berdiri dalam diam mengamati Sakura. Ekspresinya terbilang dingin, saat kedua mata hitamnya membaca masa depan gadis itu yang akan terjadi beberapa menit lagi. Sakura hanya seorang siswi biasa. Terbilang biasa untuk gadis seumurannya. Ia tidak berdandan seperti gadis kebanyakan. Dia gemar membaca buku, terbukti saat dia betah berlama-lama di ruangan bernama perpustakaan itu. Atau mungkin ada alasan lain untuk menjelaskan mengapa Sakura selalu berdiam diri di perpustakaan sekolahnya.

Faktanya, Haruno Sakura adalah objek penindasan favorit di sekolahnya.

"Aku berharap Karin dan yang lainnya tidak melewati jalan ini," bisik Sakura. Sasuke bisa mendengar bisikan itu, salah satu kemampuannya memiliki pendengaran tajam. Sasuke mendengus sinis. Ingin tertawa sadis mendengarnya. "Sebentar lagi orang-orang itu akan mendatangimu," ucapnya menyindir walau ia tahu tidak akan terdengar oleh Sakura.

Mata hitam Sasuke menangkap dua orang atau lebih berjalan semakin mendekati Sakura. Sasuke mendengus bosan. "Jika mereka menyiksamu terus menerus, aku takut kau mati tidak sesuai jadwal," ucapnya kemudian beranjak mendekati Sakura.

Sasuke membuat dirinya berdiri sejajar dengan Sakura. Dia tahu jika kini Sakura sedang menatapnya dengan pandangan bertanya sebelum berpaling dengan cepat saat ia mengerling ke gadis itu. Gadis bernama Karin—jika Sasuke tidak salah mengingat nama—dan teman-temannya telah berdiri di depan Sakura. Sasuke menyadari jika kini gadis merah muda polos itu tengah beringsut menyembunyikan diri di belakang punggungnya.

"Ada perlu apa?" Sasuke bertanya dengan nada datar yang dalam. Dia menatap tajam para penindas nomor satu di sekolah Sakura itu. "Kami ada perlu dengannya," gadis bernama Karin itu menunjuk Sakura yang melirik takut-takut ke arahnya.

"Aku juga ada urusan dengannya," Selama ini Sasuke tidak pernah berpikir akan membantu manusia. Dari pengalaman-pengalamannya terdahulu, ia selalu membiarkan manusia-manusia yang diawasinya tertimpa kesialan bahkan sesuatu yang membahayakan hidup mereka dan berkemungkinan besar mengacaukan jadwalnya. Mungkin rasa kasihan, simpulnya diam-diam walau sebenarnya tak yakin.

Karin dan lainnya mendesis sebelum akhirnya meninggalkan mereka begitu saja. Sakura kembali berdiri tegak sambil memainkan jarinya. "Terima kasih. Kau telah menyelamatkanku," ujarnya ragu. Sasuke menatap Sakura, sebagian geli melihat tingkah polosnya dan sebagian lagi kesal. Entahlah, ia hanya merasa kesal melihat gadis ini tidak bisa berbuat banyak saat orang-orang menyakitinya. Sungguh sosok manusia yang rapuh.

"Hn," baru saja dirinya ingin meninggalkan gadis itu. Pura-pura pergi dan kembali mengawasinya dengan wujud malaikat yang tak terlihat, lengannya ditahan oleh Sakura. Untuk pertama kalinya ia disentuh oleh manusia. Kedua tangan mungil itu menahan lengannya. Sasuke tidak bisa menolak saat kedua matanya tidak sengaja bertemu dengan mata hijau yang menatapnya penuh harap.

"Sebagai ucapan terima kasih, maukah pergi bersamaku untuk makan siang? Aku yang akan membayar semuanya!" Sasuke mendengus dan Sakura berpikir jika Sasuke salah paham dengan ucapannya. Gadis kikuk itu menggerakan tangannya tak teratur, memberikan isyarat bahwa maksudnya bukan seperti yang Sasuke pikirkan—walaupun itu baru tebakannya. "A-aku tidak bermaksud mengajakmu kencan atau semacamnya, sungguh!"

Sasuke ingin tersenyum geli mendengarnya "Tidak perlu," ia mendengus. Gadis merah muda di depannya itu melempar ekspresi memohon di wajah polosnya. Sakura menarik-narik lengan kemeja putihnya, layaknya anak kecil yang memohon sesuatu untuk dikabulkan.

"Apa aku tak mau karena aku orang asing? Aku bukan orang jahat, aku bersumpah!"

Dia polos atau bodoh, Sasuke mengomentari dalam hati. Mau tak mau ia mengiyakan. Terus menolak hanya akan membuang-buang waktunya. Lagi, ia mendapat pengalaman pertama. Untuk pertama kalinya ia berinteraksi dengan manusia dan pertama kalinya juga seorang manusia melemparkan senyum padanya.


"—dan yang ini adalah rasa es cream kesukaanku. Tapi coklat juga sangat enak, aku belum pernah mencoba yang mint—" Sasuke hanya diam dan membiarkan Sakura terus berceloteh tanpa niat untuk menghentikannya. "—ahh, maafkan aku. kurasa aku terlalu banyak bicara," gadis itu berujar kikuk. Sasuke mengerti mengapa gadis ini selalu menjadi objek penindasan. Ia terlalu percaya pada orang lain bahkan pada orang yang baru ditemuinya. Tidak pernah ia menemukan manusia yang berceloteh riang seperti itu pada orang yang pertama ditemuinya. Sasuke berpikir kemungkinan yang akan terjadi jika ia adalah manusia dengan niat jahat sekarang. Bagaimana reaksi gadis merah muda ini ? apa yang akan dilakukannya?

"Ah! Sial! Kenapa aku selalu tertimpa kesialan!" pekikan Sakura membuyarkan lamunan Sasuke. Dia mendesis bosan saat tahu jika es cream milik Sakura jatuh mengotori seragamnya. Dia memang ceroboh, batinnya berpendapat. Sejak pagi tadi, tidak terhitung kesialan yang dialami Sakura akibat kecerobohannya sendiri. Mungkin, penyebab kematiannya adalah kecerobohannya. Sasuke mendengus geli karena pikirannya sendiri.

Itu bukan kesialan, kau saja yang terlalu ceroboh, Sasuke menyahut setengah menyindir dalam hati. "Aku bisa mati dengan kesialan yang terus bersamaku," Sakura bergumam sembari membersihkan seragamnya dengan tisu. Benar, kau bisa mati dengan segala kecerobohan yang kau anggap kesialan itu, batin Sasuke menanggapi.

"Maaf, Sasuke-san. Sepertinya aku harus pulang. Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya!"

Sasuke bergumam sebagai tanggapan. Dia terus mengamati punggung Sakura yang semakin menjauh darinya. Kedua mata hitamnya berubah menjadi merah. Sasuke ingin memastikan kapan tepatnya gadis itu akan menemui ajalnya. Dan waktu yang dilihat mata merahnya membuatnya spontan berdiri. Sakura sudah tak nampak saat matanya kembali menjadi hitam. Buru-buru ia mengambil daftar kematian yang diberikan Dewa kematian kepadanya. Sesuatu sepertinya akan terjadi, karena jadwalnya telah berubah.

Sasuke tidak bisa memastikan apa penyebabnya. Tapi waktu kematian Sakura menjadi lebih cepat dari sebelumnya.

Bersambung.


Mohon masukan sarannya :)

Review yapsss :D