Bad Form
Vocaloid belong to Yamaha
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Rate : K+
Character : Kagamine Len & Kagamine Rin
Summary : Aku bagaikan si buruk rupa disini. Tidak pernah ada pujian sedikitpun untukku. Yang ada hanyalah tuduhan atas kesalahan yang tidak pernah kuperbuat.
Aku bagaikan si buruk rupa disini. Tidak pernah ada pujian sedikitpun untukku. Yang ada hanyalah tuduhan atas kesalahan yang tidak pernah kuperbuat. Ya, akulah si buruk rupa yang menjadi tokoh utama. Tapi, si buruk rupa yang satu ini tidak akan menjadi angsa nantinya. Melainkan akan menjadi si buruk rupa selama hidupnya. Lihat, bahkan aku lebih menyedihkan dari si buruk rupa. Aku tidak akan memiliki akhir kisah yang bagus. Semua kisahku hanyalah berisi tentang kesedihan, kemarahan, dan kekerasan. Itu menurutku. Mungkinkah, kisahku ini akan berubah menjadi kisah bagus dengan akhir yang menyenangkan? Kemungkinannya kecil.
Aku Kagamine Len, seorang anak laki-laki berumur 14 tahun yang hidup dalam keluarga yang salah. Kenapa aku bicara begitu? Karena tidak satupun diantara mereka yang mempercayaiku. Oke, harusnya jika mereka benar keluargaku, setidaknya mereka percaya padaku. Bukan percaya pada anak lain yang hanya bisa mengada-ngada. Aku bersekolah di Vocaloid Academy dan aku tingkat delapan. Setara dengan kelas dua SMP. Di sekolah mungkin aku tampak seperti anak ceria yang hidup bebas tanpa punya masalah sedikitpun. Yah, itu semua hanya topeng. Semua senyuman, tawaan, dan candaan yang kulontarkan hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kesedihanku. Di sekolah, aku termasuk anak yang populer. Banyak gadis yang menyukaiku. Sayang, aku tidak tertarik sedikitpun dalam dunia percintaan. Yang aku inginkan hanyalah, keluar dari rumah menyebalkan ini, dan hidup bebas. Tidak ada tuduhan apapun tentang kesalahan yang tak pernah kuperbuat. Alangkah bahagianya aku jika hidupku seperti itu. Tapi, itu hanyalah mimpi yang tidak akan pernah terjadi. Mimpi yang tergantung di langit yang tidak akan pernah bisa kuraih. Mungkin bisa kuraih, tapi butuh berpuluh-puluh tahun untuk meraihnya. Terlalu lama kurasa. Mungkin aku akan lebih dulu mati membusuk sebelum meraih mimpi itu.
Hari ini, aku mendapat sebuah tuduhan lagi. Selamat Kagamine Len. Genap sudah seratus tuduhan dijatuhkan kepadamu. Dan semua itu adalah tuduhan atas kesalahan yang tidak pernah kuperbuat. Kucing peliharaan Lily sakit. Katanya karena diberi makan sembarangan. Oke, biar kujelaskan lebih dahulu. Aku ini alergi bulu kucing. Apakah itu masuk akal jika aku yang memberi makan kucing itu, sedangkan aku harus memberinya secara langsung karena tempat makannya yang selalu disimpan Lily? Begini, kucing itu tidak mau makan makanan selain yang ada di tempat makannya dan dari tangan seseorang. Jadi, apa Lily mau bilang bahwa aku menyuruh seseorang untuk melakukan itu? Dia berimajinasi terlalu tinggi. Aku tak tahu kalau Lily suka berimajinasi seperti ini.
Aku tidak memperdulikan omelan Lily. Aku hanya bisa menangis di kamarku yang terkunci itu. Apa salahku hingga selalu dituduh seperti ini. Apa aku pernah berbuat salah hingga kalian semua tidak pernah percaya padaku. Padahal dulu tidak seperti ini. Sebelum Lily muncul di kehidupanku, aku adalah seorang angsa yang indah. Dia seperti sebua racun yang membuat semua buluku rontok, dan membuatku menjadi si buruk rupa. Aku selalu mendapat perlakuan spesial dari Kaa-san. Ya, Lily juga memberiku perlakuan spesial dengan selalu menuduhku seperti ini. Kau bingung, siapa itu Lily? Lily adalah orang yang kebetulan membuat ayahku menikahinya dan menggantikan posisi Lenka, ibuku yang sesungguhnya.
Aku terus memukul-mukul kepalaku dengan ponselku. Kurasa aku memiliki gangguan kejiwaan. Aku mulai begini sejak aku terus dituduh. Itu berarti sejak Lily mengganggu kehidupanku yang tadinya tenang. Mungkin sekitar enam tahun yang lalu. Aku selalu memakai sweater, jaket, atau apapun yang bisa menutupi luka-luka di lenganku. Aku tidak ingin mendapat pertanyaan sok perhatian dari ayah dan Lily. Luka-luka goresan kecil akibat perlakuanku yang tidak waras. Aku menusuk-nusuk tanganku dengan apapun yang bisa membuatnya mengeluarkan darah. Awalnya saat umurku delapan tahun, aku hanya coba-coba dengan peniti atau jarum. Tapi lama kelamaan, aku nekat menggunakan cutter, gunting, atau bahkan pisau. Kalau sedang marah atau sedih, aku suka melukai diriku sendiri. Entah, setelah aku membuat sebuah luka, aku merasa lebih lega.
Suatu hari, ada seorang gadis manis yang sangat mirip denganku. Kagami Rin namanya. Gadis itu berambut blonde sepertiku dan panjang sebahu sepertiku. Ia mengenakan pita putih besar dan dua pasang jepitan berwarna putih untuk merapikan poninya itu. Ia mengingatkanku dengan Ibuku. Maksudku, Ibuku yang sesungguhnya. Ia selalu saja berusaha dekat denganku walaupun aku selalu tidak pernah menghiraukannya. Ia bertanya, "Kenapa kau memakai sweater di musim panas?", dan aku hanya membalasnya dengan senyumnya. Lama kelamaan, aku pun merasa lucu dengan tingkah gadis bermarga Kagami ini. Ia selalu saja berusaha mencari tahu tentangku. Tapi semua rencananya tidak pernah berhasil. Misalnya, saat ia berusaha mencari tahu letak rumahku, aku berhasil menemukannya bersembunyi di semak-semak. Atau saat ia mencoba melepas jaketku dengan menumpahkan teh ke jaketku. Aku melepaskan jaketku, tapi aku memakai kemeja berlengan panjang saat itu, jadi rencananya pun gagal.
Akhirnya, aku pun bilang padanya untuk tidak mencari tahu apapun tentangku. Tapi dia tetap ingin mengetahui apapun tentangku. Dasar gadis yang keras kepala. Aku pun menceritakan segalanya tentangku. Dari Kaa-san yang meninggal karena kecelakaan, Tou-san yang menikah dengan Lily, Lily yang selalu menuduhku, hingga diriku yang mulai merasa memiliki gangguan jiwa. Rin pun langsung menangis. Aku tertawa melihat wajahnya yang lucu dan ia malah marah karena aku menertawakannya. Ia bilang ingin melihat apa yang ada dibalik baju berlengan panjang yang selalu aku gunakan. Aku pun menjawab, "Suatu saat nanti. Pasti akan kuperlihatkan.", dan ia mengangguk sambil tersenyum tanda setuju.
