32
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
Dedicated for: Event #FlashFicFest
Chapter 1
[4]
.
"Maaf, aku tidak bisa menerima ini, Akashi-kun."
Tetsuya meletakkan kotak hitam di hadapan Seijuurou. Kotak itu masih terbuka. Di dalamnya terdapat sebuah cincin bermata berlian yang menyembul di antara beludru berwarna merah.
"Kuroko..."
Seijuurou tidak sanggup berkata-kata. Suara yang dia keluarkan terdengar goyah. Ada retakan samar yang bergerak. Namun, walau samar, retakan tadi meninggalkan sisa yang begitu menyakitkan. Beberapa detik kemudian, Seijuurou baru menyadari jika itu adalah retakan dalam hatinya.
"Kenapa, Kuroko? Bukankah dulu kau—"
"—Akashi-kun," Tetsuya memotong cepat,"sudah berapa kali aku katakan? Kita memang tidak akan pernah dapat bersama."
Pandangan Seijuuro jatuh pada mata Tetsuya, tapi pemuda tersebut segera memalingkan muka.
"Apa yang membuatmu berkata begini, Kuroko? Kau tidak mempercayaiku?"
Tetsuya mendecih muak. "Akashi-kun pasti tahu bagaimana perasaanku selama ini, begitu juga perasaan Akashi-kun, aku mengetahui dengan baik. Tapi aku sudah memikirkan selama hampir satu bulan, dan inilah jalan keluar terbaik."
Sekali lagi, Seijuurou berusaha untuk tetap tenang. Dia ingin mencecar dan membantah kata-kata Tetsuya, tapi sepertinya ucapannya benar.
"Jadi, apakah harus berakhir seperti ini? Setelah semuanya, Kuroko?"
Tetsuya mengangguk mantap, sebenarnya lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri. "Lagi pula, apa gunanya tadi Akashi-kun memberiku cincin? Aku tidak akan pernah memakainya, kan? Mana mungkin aku memamerkannya di hadapan rekan kerjaku dengan berbohong 'aku telah bertunangan dengan seorang wanita'? Rasanya, ini terlalu menggelikan."
Demi apa, barangkali Seijuurou memerlukan dokter telinga; untuk mencongkel telinganya sehingga dia tidak perlu mendengar kata-kata semacam itu lagi.
"Apakah keluargamu sudah mengetahui tentang hubungan kita?"
"Kurasa begitulah," Tetsuya menjawab enggan. "Aku tidak hanya memikirkan keluargaku saja, Akashi-kun. Aku juga memikirkan keluargamu dan pandangan masyarakat tentang hubungan kita ini. Aku sudah lelah bermain petak umpet denganmu, Akashi-kun. Bagaimana pun aku ingin bersikap tuli atau masa bodoh, nyatanya kita tidak hidup hanya berdua. Kita hidup di antara banyak orang."
"Aku tidak keberatakan jika kita melakukannya secara sembunyi-sembu—"
"—dan," Tetsuya menyela, lebih keras dari yang dia duga, "sebelum perasaan di antara kita semakin kuat, aku ingin kita mengakhirinya sekarang. Apakah kau paham, Akashi-kun?"
Pertanyaan yang sungguh bodoh. Seijuurou tidak perlu mengambil gelar doktor hanya untuk mengetahui maksud dari kata-kata Tetsuya.
Apa pun yang terjadi, bagi Seijuurou, pertemuan pada acara makan malam kali ini hanya berarti satu hal: Tetsuya telah menolaknya.
Maka tidak ada pilihan lain bagi Seijuurou selain pulang tersiram cucuran hujan.
Ini diakui Seijuurou sangat berat. Kenapa Tetsuya bisa dengan semudah ini berkata? Apa hatinya terbuat dari batu? Apa dia tidak merasa sedemikian perih? Ya, ya, pastilah Tetsuya merasa begitu. Akan tetapi, belakangan ini Seijuurou meragukan Tetsuya lebih sering daripada biasanya.
Mungkin, Tetsuya memang tidak pernah mencintainya.
Seijuurou menutup pintu mobil dengan keras, sambil tetap memandangi taksi di depannya. Meskipun mereka jelas telah berpisah, Seijuurou masih memiliki kewajiban untuk memberi Tetsuya tumpangan pulang yang layak.
Mesin dinyalakan. Seijuurou menatap tiket yang ada di dekatnya. Dia segera merogoh saku celana, lalu tangannya keluar memegang ponsel.
"—halo? Iya, aku Seijuurou. Tolong siapkan baju-bajuku, Bibi. Besok aku akan terbang ke Amerika."
[TuBerCulosis]
