Summary : Naruto si duda keren dipertemukan dengan seorang gadis remaja yang mirip seperti boneka Barbie bernama Hyuga Hinata, dan karena bujukan maut putranya yang tergila-gila dengan Hinata, akhirnya Naruto mengangkat Hinata sebagai… (untuk mengetahui lebih lanjut, silahkan baca fic saya)

Hay guys!, Beyb hadir dengan fic naruhina nih… padahal 2 fic masih belum Beyb selsaiin, tapi udah buat fic baru lagi, abisnya imajinasi diotakku numpuk2, jadi aq kluarin deh.. hehe. karakter Naruto dan Hinata juga agak OOC disini, jgn protes ya! cz ini demi kepentingan plot. kalo ga OOC, seperti biasa, maka fic ini g bakal ada. dan pasti banyak bgt yg suka sama pair ini, ngeliat begitu banyak author yang buat fic dengan pair naruhina, pasti penggemarnya naruhina berjuta-juta.

Oke, ini kali pertama Beyb buat fic dg pair naruhina ni FFN, semoga cerita yg Beyb suguhin ini bisa nyangkut dihati kalian semua,

Oke! Let's eat it..

Ittadakimasu.

..

.

MY LITTLE SERVANT

Chapter 1

Genre : Romance/Drama

Pair : NaruHina

Disclaimer © Masashi Kishimoto

My Little Servant © Beyb Haraka

Cast : Uzumaki Naruto (32), Hyuga Hinata (19)

And many other.

.

..

Naruto's POV

.

Hai! Namaku adalah Uzumaki Naruto, seorang duda tampan beranak satu yang kini menjabat sebagai CEO diperusahaan otomotif terbesar se-Asia. Banyak yang bilang jika aku ini adalah suami impian, mapan, tampan, bertubuh sempurna, ramah, dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi. Aku tidak sombong! tapi itu semua adalah kata orang-orang yang memang berujung pada sebuah kenyataan.

Amakawa Shion, mantan istriku, kami telah bercerai 4 tahun yang lalu. Dia adalah wanita yang sangat kucintai dulu, namun rasa itu kini telah berubah menjadi kebencian karena dia telah tega mengkhianatiku dan berselingkuh dengan pria lain dibelakangku. Dan setelah bercerai dia langsung kabur keInggris bersama selingkuhannya dengan membawa lari uangku sejumlah 5 juta Yen, memang tak seberapa bagiku, tapi aku sangat menyayangkan sekali tindakannya yang seperti seorang pencuri. Sungguh memalukan!

Padahal jika dipikir-pikir apa kurangnya aku?, orang-orang saja bahkan menyebutku sebagai The Perfect Man in The World. Namun masih tetap ada saja wanita yang tega mengkhianati pria tampan sepertiku. Benar-benar lucu sekaligus menyedihkan.

Dari hasil pernikahanku dengan Shion, kami dikaruniai seorang putra yang kini telah berusia 5 tahun. Uzumaki Key, malaikat kecilku, kekuatanku dan pengobat hatiku. Dia lahir setahun sebelum aku menceraikan Ibunya. Hak asuh Key tentu saja jatuh ketanganku, karena disini Ibunyalah yang sepenuhnya bersalah. Key adalah cerminan diriku, warna kulitnya Tan sama sepertiku, ceria, enerjik dan pandai. Pipinya gembil, hidungya mancung dan bibirnya tipis, namun rambutnya berwarna pirang gelap, sedikit berbeda dengan warna rambutku yang pirang terang.

Saat aku sibuk bekerja seperti ini, biasanya aku menitipkannya pada Ibu. Bisa dikatakan bila aku ini adalah seorang workaholic, jarang punya waktu dengan putraku, bahkan dalam seminggu terkadang hanya dua kali saja aku bisa bertemu dengannya. Aku memang sengaja menyibukkan diriku dengan berbagai pekerjaan. Lembur dan tidur dikantor sudah biasa bagiku. Sampai-sampai Ibu dan Ayah sering mengamukku karena selalu mengecawakan Key dan menelantarkannya. Hahh… kuakui aku memang Ayah yang jahat karena sering meninggalkan putraku sendirian. Tapi jika tidak begitu, aku pasti akan susah move on. Meskipun sekarang aku memang benar-benar sudah sepenuhnya move on dari Shion. Maafkan Daddy Key!

.

End of Naruto's POV

.

my little servant

.

Uzumaki Corp. Office

naruto's room

.

"Daddyyyyyyyyyy!" teriak Key dengan lantang, sontak langsung membuyarkan lamunan Naruto.

"K-Key?"gumam Naruto terbata, sambil menatap putranya dengan tatapan tak percaya.

"Hiks, Daddy kenapa?, kenapa tidak pulang-pulang?, kenapa Daddy membohongi Key lagi? Hiks, hiks, hiks…" tanya Key dengan isakan memilukan, bocah tampan yang masih memakai seragam TK itu menangis tersedu-sedu sambil mengucek-ngucek kedua matanya.

"Ya Tuhan Key!" Naruto yang merasa amat bersalah itupun langsung beranjak dari kursi kerjanya dan berjalan menghampiri sang putra.

"Hwaaaaa… Daddy jahaaaaat, Daddy sudah tidak sayang Key, Daddy lebih sayang sama uang, lebih baik Key jadi uang saja biar Daddy bisa sayang sama Key, hiks.. hiks.. hiks…" seru Key yang makin menangis kencang. Bukannya kasihan, tapi Naruto malah tersenyum geli saat mendengar ucapan polos putra semata wayangnya itu.

"Sudah-sudah, anak Daddy tidak boleh menangis. Seorang pria yang kuat seperti Key tidak sepantasnya menangis histeris seperti ini, bahkan Iron Man saja tidak pernah menangis." Bujuk Naruto sambil berlutut dan memeluk Key dengan erat, iapun juga menepuk-nepuk punggung putranya pelan.

"Be-benarkahh?, I-Iron Man ti-tidak pernah menangis?" tanya Key yang masih sesenggukan. Dengan tampang polosnya, pemuda kecil itu menanyakan tentang tokoh super hero favoritnya kepada sang Ayah.

"Tentu saja sayang, Iron Man itu sangat kuat seperti Key, makanya dia tidak menangis. Kalau Key menangis seperti ini, berarti Key bukan Iron Man,"

"Lalu apa Daddy?" tanya Key penasaran.

"Barbie, Key mau jadi Barbie?"

"Hwaaaaaaaa… Daddyyyyy… Key laki-laki sungguhan, Key tidak mau jadi Barbie, Key laki-laki bukan perempuan… hiks, hiks!" triak Key dengan nada tak terima. Sang Ayah malah tersenyum-senyum gemas karena melihat betapa polosnya kelakuan sang putra. Meskipun pandai berbicara dan suka membuat orang lain tertawa, namun Key tetaplah anak kecil berusia 5 tahun yang masih polos dan butuh kasih sayang dari kedua orangtuanya. Ah! Naruto jadi semakin merasa bersalah karena sudah mengorbankan Key yang tidak berdosa.

"Makanya Key tidak boleh menangis lagi, malaikatnya Daddy harus terus tersenyum!, maafkan Daddy ya!" ujar dan ungkap Naruto dengan penuh penyesalan.

"I-Iyaaa… Key tidak mau nangis lagi, Keykan Iron Man bukan Barbie," ucap Key sambil melepaskan diri dari pelukan Naruto, kini Tuan Muda kecil itu mengusapi airmatanya yang masih tersisa diwajah dengan dibantu sang Ayah.

"Key memaafkan Daddykan?" tanya Naruto dengan tatapan memelas. Ia tahu jika putranya itu sangat tidak suka melihat wajah sedih dan memelasnya.

"…" geleng Key sembari mencebikkan bibirnya dengan imut.

"Lohh… kenapa Key tidak mau memaafkan Daddy?" tanya kembali Naruto dengan wajah yang ia buat sedih.

"Percuma Key memaafkan Daddy, nanti Daddy pasti meninggalkan Key lagi," ungkap Key dengan mata berkaca-kaca. Hati Naruto amat miris sekali mendengarnya, ia sadar bahwa ia sudah sangat keterlaluan kepada Key. Padahal ia sendiri yang sudah memperjuangkan hak asuh Key mati-matian, namun nyatanya sekarang ia malah mensia-siakan putranya sendiri. Benar-benar Ayah yang jahat.

"Key benci Daddy?"

Naruto menyisir rambut pirang Key dengan penuh kasih sayang.

"Key sayang Daddy," jawab Key lirih. Mencoba menahan tangis, ia tak mau disebut dengan Barbie lagi jika ketahuan menangis oleh Ayahnya.

"Daddy memang jahat sekali pada Key, Key boleh memukul Daddy sekarang!"

"Daddy!"

"Ayo pukul Daddy!" titah Naruto pada Key yang semakin memerah wajahnya karena menahan tangis.

"Daddyyy!"

Namun bukan pukulan yang Naruto dapatkan dari Key, melainkan sebuah pelukan hangat yang sangat menenangkan.

"Key sayang Daddy, kata Oba-chan kita tidak boleh memukul orang yang kita sayangi," ungkap dan tutur Key dengan suara parau.

"Key!, Daddy juga sangat menyayangi Key," ungkap Naruto dengan mata berkaca-kaca, ia balas pelukan sang putra dengan erat, Naruto benar-benar sangat menyesal karena sudah membuat buah hatinya kecewa berkali-kali.

"Key memaafkan Daddy, asalkan Daddy tidak sayang uang, Daddy harusnya sayang sama Key," ucap Key seraya melepaskan pelukannya. Naruto yang mendengar uacapan polos putranya itupun kembali terkekeh pelan.

"Iya jagoan Daddy!, Daddy janji mulai sekarang Daddy akan lebih menyayangi Key dibanding dengan uang, Daddy akan selalu ada untuk Key dan Daddy berjanji akan selalu menemani Key kemanapun Key mau," janji Naruto dengan sungguh-sungguh. Kali ini ia benar-benar tak mau membohongi putranya lagi, sudah cukup Key menderita karenanya. Dan sekarang ia ingin melihat putranya bahagia setiap hari.

"Benarkah Daddy?, Daddy tidak berbohongkan?" tanya Key dengan antusias, kedua mata sapphirenya berbinar-binar penuh semangat.

"Tidak sayang!" geleng Naruto meyakinkan.

"Horeeeeee!, akhirnya Key bisa selalu bersama dengan Daddy, nanti kalau Key sekolah Daddy yang antar Key tiap hari ya!"

"Iya jagoan!" angguk Naruto sambil mencubit pipi gembil Key dengan gemas.

"Yess! Yess! Yess!" Keypun meloncat-loncat kegirangan dan membuat sang Ayah tersenyum haru melihat tingkah sang putra yang langka.

"Oh ya, tadi Key kesini dengan siapa?" tanya Naruto sambil berdiri dan menggendong tubuh Key.

"Taksi Daddy!" jawab Key enteng.

"APA TAKSI?" pekik Naruto terkejut setengah mati.

"Iya, habisnya Oba-chan selalu sibuk dengan teman-temannya makanya tidak mau mengantar Key bertemu Daddy, ya sudah Key berangkat sendiri saja, Keykan Iron Man, masa pergi kekantor Daddy saja tidak bisa," jelas Key dengan nada polos, membuat Naruto langsung naik darah dan menghela nafas tak habis pikir berkali-kali.

"Oh Tuhan Keeey!, kenapa kau bisa senekat itu sih nak?, kau membuat Daddy sangat khawatir.." ungkap Naruto sambil memeluk tubuh Key secara protektif.

"Key salah ya?, Keykan ingin bertemu Daddy." Tanya dan ujar Key sambil membalas pelukan Ayahnya.

"Ya jelas salah sayang, Key masih terlalu kecil untuk pergi kemana-mana sendirian. Apalagi pergi kekantor Daddy dengan menaiki Taksi seorang diri, nanti jika Key hilang atau diculik orang bagaimana?, Key tidak takut hm?"

"Key tidak takut Daddy, Keykan Iron Man. Key kuat kok, nanti jika ada orang yang ingin menculik Key, Key akan menghajarnya, Chiat! Chiat! Chiat!" Keypun menirukan gerakan seperti seorang pesilat.

Naruto tak habis pikir melihat kelakuan putranya yang menggelikan itu, hilang sudah rasa marahnya pada Key. Key selalu saja bisa membuatnya luluh, tersenyum, tertawa bahkan menangis, putranya itu memang benar-benar penuh warna. Namun satu yang masih Naruto sayangkan, kenapa sifat nekatnya itu harus menurun kepada Key sih?, akibatnya jadi seperti sekarang inikan.

"Daddy tahu Key itu Iron Man, tapi Iron Man juga tidak senekat Key." Tutur Naruto sambil mengelap sedikit peluh didahi sang putra.

"Apa benar?, jadi Key tidak boleh nekat seperti tadi lagi ya?" tanya Key merasa bersalah.

"Tidak boleh sayang, Key tidak boleh mengulanginya lagi. Daddy tidak mau terjadi apa-apa pada Key, Key sayang sama Daddykan?"

"Key janji tidak akan mengulanginya lagi Daddy, Key sayang sama Daddy!" Keypun memeluk Ayahnya dengan sayang.

"Hm! Key memang anak pintar, sekarang Oba-chan pasti sedang khawatir dan mencari-cari Key."

How do I live.. without the ones I love…

Time still turns the pages of the book its burned…

Tiba-tiba nada dering dari smartphone milik Naruto berbunyi, lagu berjudul So Far Away milik Avenged Sevenfold itu terus mengalun menandakan jika sedang ada panggilan yang masuk.

"Tuhkan Oba-chan menghubungi Daddy," kata Naruto seraya menatap layar smartphonenya, dan iapun segera mengangkat telepon dari Ibunya itu.

"Hallo Ibu!"

("…")

"Ibu tenanglah, cucu kesayangan Ibu sekarang bersamaku,"

("…")

"Ya, dia nekat datang kekantorku dengan menaiki Taksi sendirian."

("…")

"Tidak apa-apa Ibu, yang penting sekarang Key baik-baik saja bersamaku."

("…")

"Iya-iya, aku minta maaf karena sudah sering meninggalkannya. Aku janji mulai sekarang akan lebih memperhatikannya, aku akan selalu ada untukknya."

("…")

"Aku tidak bohong, aku benar-benar sangat serius kali ini."

("…")

"Sayang!, Oba-chan ingin mendengar suaramu." Ujar Naruto pada Key sambil mendekatkan smartphonenya ketelinga kiri Key.

"Hallo Oba-chaaan!" sapa Key pada sang Nenek melalui telepon.

("…")

"Key baik-baik saja kok, maafkan Key ya… Oba-chan pasti mencari Key,"

("…")

"Habisnya Key ingin sekali bertemu Daddy, Key rindu Daddy tapi tidak ada yang mau antar Key bertemu Daddy."

("…")

"Tidak apa-apa Oba-chan tidak salah."

("…")

"Iya Key janji tidak akan mengulanginya lagi, maafkan Key!"

("…")

"Key juga sayang Oba-chan, mmmuuuuaaacchhh!"

Tuuut. Tuuut. Tuuut.

Sambungan teleponpun terputus.

"Sudah mati Daddy," ujar Key pada sang Ayah.

"Mungkin Oba-chan sudah memutuskannya." Narutopun melihat sejenak layar smartphonenya sebelum memasukkannya kedalam saku celana.

"Daddyyy!" panggil Key manja.

"Iya Key?"

"Key mau makan Pizza diMall," rajuk Key.

"Key lapar?" tanya Naruto sambil mengelus rambut Key.

"Iya, tapi Key ingin makan Pizza rasa keju diMall."

"Ya sudah kalau begitu kita berangkat sekarang,"

"Benarkah?" tanya Key dengan wajah gembira.

"Tentu saja jagoaaan!"

"Yeeeee asyiiiiik!" Keypun bersorak-sorak kegirangan. Dan Naruto yang melihat itupun jadi semakin merasa bersalah terhadap putra kesayangannya. Padahal hanya makan Pizza diMall bersama dengan Ayahnya, tapi Key sudah segembira itu. Pemuda kecil itu memang amat haus akan kasih sayang dari kedua orangtuanya, dan Naruto sebagai orangtua tunggalnya malah tidak mampu untuk memberikan apa yang putranya butuhkan. Sungguh miris sekali.

"Ya sudah ayo!" ajak Naruto.

"Ayo!" seru Key kegirangan sambil merentangkan kedua tangannya keatas penuh semangat. Ayah serta anak itupun segera pergi menuju Mall yang terdapat dipusat kota Tokyo. Disepanjang jalan menuju keluar kantor, tak sedikit para karyawan perempuan Naruto yang tersenyum-senyum manis untuk mencari perhatiannya. Narutopun hanya menanggapinya dengan gelengan geli, dan sesekali tersenyum manis untuk membalas sapaan mereka. Naruto yakin, para karyawan perempuannya itu pasti akan langsung berteriak histeris ketika mendapatkan senyuman maut darinya. Dasar Hot Daddy!

… …

Glam Royal & Plaza

...

Naruto dan Key akhirnya sampai diGlam Royal & Plaza setelah menempuh perjalanan selama 20 menit dari kantor menggunakan Pagani Huayra warna putihnya. Kali ini Naruto tak menggendong putranya, karena tadi Key ingin berjalan sendiri dan meminta dituntun olehnya. Kedua makhluk tampan itu terlihat bagaikan seorang raja dan pangeran kecil, banyak sekali wanita yang diam-diam mencuri pandang kearah Naruto untuk menikmati ketampanan pria dewasa itu. Naruto sendiri selalu menanggapi itu semua dengan cuek dan bersikap stay cool, toh memang sudah biasa. Namanya juga pria tampan, pasti banyak yang mengincar.

"Daddyyy! Itu Pizzanya!" seru Key sambil menunjuk kearah sebuah kafe Italy yang khusus menjual berbagai jenis Pizza dan Pasta, sepertinya itu stand kafe yang baru, karena Naruto sebelumnya tidak pernah melihat kafe itu ada diMall mewah ini.

"Kenapa tidak ketempat yang biasanya saja Key?" Tanya Naruto pada sang putra.

"Tidak mauuu!, Key maunya disana saja." Jawab Key dengan tatapan puppy eyes andalannya. Siapa yang tidak luluh dengan wajah polos nan imut itu jika sudah begini.

"Tapi–"

"Daddy!" rajuk Key sambil menarik-narik tangan sang Ayah.

"Hmm.. baiklah jagoan pemaksa!" dan Narutopun akhirnya menuruti keinginan putra tercintanya itu, dari pada Key ngambek nanti.

...

Felice Pasta n' Pizza Cave

.

"Wahhhh! Bagus sekali," seru Key yang baru saja masuk kedalam kafe Italy itu, bocah tampan yang enerjik itu langsung berlari-lari untuk melihat-lihat sekeliling kafe.

"Keeey! Jangan lari-lari seperti itu nanti jatuh," interupsi Naruto saat berjalan masuk kedalam kafe sambil mencari bangku kosong untuknya dan Key.

"Daddy lihat itu ada gambar menara Pisa, wahhhh... bagus sekali seperti sungguhan," ujar Key sambil menatap takjub kearah gambar menara Pisa tiga dimensi dengan hiasan lampu-lampu terang yang terdapat disalah satu dinding kafe. Para pengunjung yang ada disitupun sempat tersenyum-senyum geli melihat tingkah menggemaskan Key, apalagi setelah para pengunjung perempuan menatap kearah Ayah Key, mereka semua langsung terdiam seribu bahasa karena saking terpesonanya melihat ketampanan Ayah Key. Tinggi, tegap, dada bidang, perut sixpack, kulit Tan eksotis, rambut pirang agak berantakan, rahang tinggi dan kokoh, serta senyuman maut, wanita mana yang tak akan meleleh ketika melihatnya.

"Duduk sini Key!, katanya lapar.." titah Naruto sambil melonggarkan dasinya.

"Iya Daddy!" Keypun menuruti perintah Ayahnya, bocah imut itupun langsung berlari menuju bangku yang ditempati oleh sang Ayah.

"Permisi Tuan!, silahkan memilih pesanannya." Ujar seorang waitress yang tiba-tiba datang sambil menyodorkan buku menu kearah Naruto.

"Ah iya!" dan Naruto dengan senyuman manisnya itupun langsung mengambil buku menu yang disodorkan oleh sang waitress. Waitress itu sampai menelan ludah berkali-kali karena melihat senyuman manis Naruto, bunyi degub jantungnya bahkan hampir menyerupai club malam.

"Aku mau yang ini Daddy!" pinta Key sambil menunjuk gambar Pizza keju yang terdapat dibuku menu.

"Iya Key," angguk Naruto. "Kami pesan satu Double Cheese Pizza," ujarnya pada sang waitress sambil menutup kembali buku menunya.

"Lalu minumnya?" Tanya waitress tersebut sembari mencatat pesanan Naruto.

"Aku mau Ice Cream Chocolate Daddy!" pinta Key dengan penuh semangat.

"Ice Cream Chocolate satu yang ukuran kecil saja," ucap Naruto.

"Ada lagi?" Tanya kembali waitress itu dengan tatapan kikuk, rasanya ia benar-benar ingin meleleh saat ini juga. Tatapan sayu dari mata shappire Naruto benar-benar menghipnotisnya.

"Bawakan juga minuman bersoda untukku," imbuh Naruto.

"Baiklah kalau begitu harap ditunggu sebentar Tuan," ujar sang waitress, lalu iapun segera beranjak pergi menuju dapur kafe untuk memenuhi pesanan Naruto.

"Tempatnya asyik ya Daddy," ungkap Key sambil menelusuri pemandangan disekitarnya dengan kedua matanya.

"Hm!" gumam Naruto dengan senyuman lemah, entah kenapa tiba-tiba kepalanya terasa agak pusing. Perutnya juga mual seperti diaduk-aduk. Namun pria tampan itu segera menghiraukannya dan kembali bersikap biasa seolah ia tak merasakan apa-apa.

"Daddy kenapa?" tanya Key pada sang Ayah dengan tatapan heran, pemuda kecil itu selalu peka terhadap ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Naruto.

"Daddy tidak apa-apa Key," dusta Naruto dengan gelengan pelan. Ia mencoba tersenyum manis pada Key supaya putranya itu tidak mengkhawatirkannya.

"Ohh… Key kira Daddy sakit, habisnya Daddy diam saja sih.."

"Daddy sehat sayang," Narutopun mengelus puncak kepala Key dengan sayang, berharap agar putranya itu tidak mencemaskannya lagi.

"Maaf mengganggu Tuan!, ini pesanan anda." Ujar seorang waitress sambil meletakkan pesanan Naruto diatas meja. Namun kali ini waitressnya adalah wanita yang berbeda meskipun sikap yang ditunjukkan tetap sama seperti temannya tadi. Berdebar-debar dan kikuk saat berhadapan dengan pria setampan Naruto.

"Ah iya terimakasih!" ungkap Naruto pada sang waitress yang sempat mencuri-curi pandang kearahnya.

"Sama-sama Tuan!" waitress itupun segera pergi meninggalkan Naruto dan Key.

"Hmmm… harum kejunya wangi sekaliiiiii… ini pasti sangat lezat Daddy!" ungkap Key dengan semangat sambil mencium aroma Pizza yang menggugah seleranya. Bocah lima tahun itupun segera meminta Ayahnya untuk memotongkan Pizza untuknya.

"Ini Key!" Narutopun menyerahkan sepertiga potongan Pizza pada Key. Keypun menerimanya dengan antusias.

"Daddy tidak makan?" tanya Key pada sang Ayah.

"Hm, Daddy masih kenyang Key." Jawab Naruto berbohong, padahal ia juga merasa lapar sama seperti Key, tapi perutnya terasa makin mual hingga membuatnya tidak bernafsu untuk menyantap makanan apapun.

"Daddy baik-baik sajakan?" Key yang masih mengunyah Pizza itupun terlihat semakin panic karena tiba-tiba sang Ayah menundukkan kepala sambil meringis kesakitan.

"Akh!" rintih Naruto sembari memijit pelipisnya, sakit kepala yang ia rasakan tadi kini semakin menjadi-jadi, namun sayangnya itu hanya disebelah kiri. Rasanya begitu pusing dan nyeri. Apalagi ditambah dengan perut yang begitu mual, Naruto ingin muntah rasanya. Namun ia segera membekap mulutnya menggunakan tangan sebelum semua itu terjadi, ini tempat umum, dan sangat tidak lucu jika ia muntah ditempat seperti ini. Migrennya kambuh ditempat yang tak seharusnya, benar-benar menyusahkan.

"Daddy!, Daddy kenapa?" pekik Key dengan panik ketika melihat Ayahnya semakin mengerang kesakitan.

"Da-Daddy tidak apa-apa Key, Daddy ha-hanya pusing sedikit," jawab Naruto setelah melepaskan bekapannya, bahkan untuk bicara saja ia harus terbata-bata. Pelipisnya kini sudah banjir oleh keringat dingin.

"Barbie!" gumam Key lirih sambil menatap tajam kearah gadis cantik yang tengah berdiri didepan meja kasir. Bocah yang tengah panik itupun segera turun dari kursinya dan berlari menuju gadis itu.

"K-Key!, kau mau kemana?" tanya Naruto pada Key yang sudah berlari menjauh darinya, Ayah muda itu tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh putranya saat ini. Mau menyusul Keypun rasanya tidak mungkin, tubuhnya benar-benar lemas sekali ditambah dengan denyutan keras yang terus menghantam kepala kirinya, membuat Naruto tak henti-hentinya meringis kasakitan.

.

"Barbiiiiiie!" triak Key pada gadis sexy berambut panjang yang masih sibuk berkutat dengan buku notanya. Para pengunjung kafe saja sampai menoleh heran kearah Key, namun gadis yang Key panggil malah tak peduli sama sekali kepadanya. "Barbie!" panggil Key sambil menarik-narik tangan wanita muda itu.

"E' si-siapa?" tanya gadis bernama Hinata itu dengan nada bingung, memang banyak orang yang mengatakan jika ia mirip dengan boneka, tapi baru kali ini ia mendengar ada orang yang memanggilnya dengan sebutan Barbie, apalagi yang memanggil adalah seorang bocah asing.

"Barbie tolong Daddyku, dia sakit Barbie!" pinta Key dengan tatapan memelas sambil menarik-narik tangan Hinata.

"Ma-maaf aku tidak mengerti dengan maksudmu adik kecil," ungkap Hinata dengan tatapan bingung pada Key.

"Itu Daddyku, dia sedang kesakitan, tolong sembuhkan dia Barbie, aku mohon!" pinta Key dengan puppy eyes sambil menunjuk kearah Ayahnya yang masih tampak menunduk seraya memijit-mijit pelipisnya.

"Aku…"

Hinata masih bingung dengan keadaan ini, ia masih belum bisa mencerna dengan baik tentang situasi mengejutkan yang sedang menimpanya kini, dimana saat ia serius-seriusnya mengecek pengeluaran bulanan kafe, namun tiba-tiba ada anak kecil yang memanggilnya Barbie dan meminta tolong padanya untuk menyembuhkan sang Ayah. Aneh sekali bukan?

"Barbie!, kau lihat sendirikan Daddyku sedang kesakitan, aku mohon tolong sembuhkan dia hiks!" pinta Key kembali sambil terisak pelan. Hinata yang masih sedikit melamunpun langsung tersadar karena mendengar isakan Key. Hinata sangat menyukai anak-anak, dan dia sangat benci sekali melihat anak kecil bersedih.

"Ssssttt! Namamu siapa sayang?" tanya Hinata sambil mengelus-elus punggung Key agar bocah cilik itu berhenti menangis.

"Key, Uzumaki Key." Jawab Key dengan nada bergetar menahan tangis, ia lupa jika sang Ayah telah melarangnya untuk menangis.

"Baiklah kalau begitu sekarang kita tolong Ayah Key ya!" ajak Hinata dengan senyuman manis, Key yang melihat itupun sempat terpesona dengan kecantikan Hinata, Hinata memang mirip sekali dengan boneka Barbie yang cantik.

"Huum!" angguk Key dengan cepat. Dan dengan segera Hinatapun langsung berjalan menuju bangku Naruto sambil menggandeng tangan Key.

.

"E' Ya Tuhan!" rintih Naruto sambil memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menahan rasa sakit. Deru nafasnya masih tampak tersengal-sengal, dan Naruto tidak tahu harus berbuat apa jika penyakit sialannya itu sudah kambuh seperti ini.

"Daddy! Daddy bertahanlah, Barbie akan menolong Daddy." Ujar Key sambil bergerak mendekat kearah sang Ayah.

"Jangan ngelantur Key, apa yang kau bicarakan?" tanya Naruto pada Key dengan penuh emosi. Sudah kepalanya amat pusing, tadi Key tiba-tiba menghilang entah kemana, dan sekarang kembali dengan bicara yang tidak-tidak. Tentu saja itu semua membuat Naruto terpancing emosi.

"Daddy jangan marah sama Key, Key hanya ingin menolong Daddy.." jawab Key dengan mata berkaca-kaca, ia khawatir sekaligus takut melihat Ayahnya seperti ini.

"Sudah-sudah, Key diam sebentar ya! Biar kakak menolong Ayah Key dulu," Hinatapun berusaha untuk menenangkan Key dengan mengelus kepala bocah imut itu.

"Barbie tolong Daddy!" pinta Key dengan suara lirih sambil menatap Hinata penuh harap.

"Iya sayang!, Kakak akan menolong Daddynya Key," balas Hinata dengan senyuman lembut, Key yang mendengar itupun langsung tersenyum manis.

"Sepertinya ini Migren," ujar mahasiswi kedokteran semester 5 itu sambil memeriksa denyut nadi Naruto.

"A-aku tidak apa-apa, kau pergi saja, maaf sudah membuatmu repot karena ulah nakal Key," usir Naruto secara halus sembari menepis tangan Hinata, nafasnya masih terengah-engah menahan rasa sakit, para pengunjung wanita yang melihat Naruto kesakitan seperti itu merasa sangat khawatir, namun apa yang bisa mereka lakukan kecuali hanya melihat.

"Key tunggu sebentar ya!, Kakak beli obat untuk Daddynya Key dulu," ucap Hinata pada Key.

"Key ikut Barbie!" pinta Key sebelum Hinata beranjak pergi meninggalkannya.

"Kakak cuma sebentar saja sayang, Key jaga Daddy dulu ya!,"

"Baiklah.. Key akan menjaga Daddy, Barbie jangan lama-lama ya!"

"Kakak akan segera kembali kok!" dan Hinatapun segera melesat pergi guna mencari obat untuk Naruto diApotik.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Hinata telah kembali dengan membawa sebungkus obat Migren untuk Naruto. Namun saat Naruto akan meminum colanya, Hinata dengan segera langsung mencegahnya.

"Apa yang anda lakukan?, disaat seperti ini tidak seharusnya anda meminum ini," Hinatapun mengambil paksa gelas berisi cola dari tangan Naruto.

"A-aku haus!" ungkap Naruto.

"Tunggu sebentar!, saya akan segera kembali." Hinatapun segera beranjak menuju dapur kafe. Dan 5 menit kemudian, gadis cantik yang memakai dress ketat diatas lutut berwarna biru toska dan berlengan panjang itupun kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi segelas air mineral, secangkir green tea hangat dan semangkuk bubur sayuran.

"Apa yang kau bawa?, aku tidak memesan ini," tanya dan ungkap Naruto dengan tatapan bingung. Sebenarnya siapa sih wanita asing yang dipanggil Barbie oleh Key ini?

"Sebaiknya anda diam saja!" Hinata tak mengindahkan perkataan Naruto. Gadis imut itu kembali duduk dikursi yang ada didepan Naruto, dan dengan cekatan iapun segera membuka bungkus berisi satu tablet Ibuprofen, obat pereda nyeri untuk penderita Migren yang cukup berat. "Cepat telan ini!" titahnya pada Naruto dengan suara yang lembut, ia sodorkan obat tersebut secara langsung kemulut Naruto.

"Aku–"

"Ingin sakitnya hilangkan?, kalau begitu ayo telan!"

"Hm!" Narutopun akhirnya menurut, ia sudah tidak tahan lagi dengan sakit kepalanya. Dan segera menelan obat yang disuapkan oleh Hinata.

"Minum airnya dulu," Hinata kembali menyodorkan sesuatu kemulut Naruto berupa segelas air mineral.

"Aku bisa minum sendiri," ungkap Naruto sambil mengambil gelas berisi air tersebut dari tangan Hinata.

"…" Hinatapun hanya tersenyum dan mengangguk paham menanggapinya.

Sedangkan Key yang melihat adegan antara Ayahnya dan gadis asing yang ia panggil Barbie itu merasa sangat senang sekali. Pemuda cilik itu merasa seperti memiliki keluarga yang utuh saat ini, ada Daddynya dan juga ada Hinata sebagai Mommy baru untuknya. Key ingin sekali memiliki Mommy sebaik Hinata yang begitu perhatian terhadap Daddynya padahal gadis itu baru pertama kali bertemu dengan Daddynya.

"Ukh!" baru beberapa tegukan, namun Naruto terpaksa harus menghentikan aksi minumnya karena merasa perutnya kembali bergejolak.

"Kenapa?" tanya Hinata agak cemas, perempuan mana yang tidak cemas melihat pria setampan Naruto kesakitan. Hinata saja bahkan mengakui jika Naruto adalah pria tertampan yang pernah ia lihat.

"Perutku mual," ungkap Naruto sambil menyentuh perut datarnya.

"Kalau begitu jangan dihabiskan airnya, sekarang anda minum green teanya untuk meredakan mual," Hinatapun menyodorkan secangkir green tea kepada Naruto.

"Hm!" Naruto hanya mengangguk patuh, lalu mengambil cangkir tersebut dari tangan Hinata dan menyesap teh hangatnya secara perlahan.

Diam-diam banyak juga para pengunjung wanita yang masih tetap setia berada didalam kafe hanya untuk menyaksikan adegan tersebut. Siapapun wanita yang melihatnya pasti saat ini mereka ingin sekali berada diposisi Hinata, mengobati pria setampan Naruto yang sedang sakit, wanita mana yang tidak mau melakukannya meskipun pria tersebut sudah mempunyai anak sekalipun.

"Sekarang Tuan rileks ya!" ujar Hinata pada Naruto. Dan tanpa diduga sedikitpun oleh Naruto bahkan orang-orang yang tengah melihatnya, tiba-tiba Hinata memijat pelipisnya dengan gerakan lembut yang menenangkan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Naruto sambil menatap heran kearah Hinata.

"Diam saja dan pejamkan mata anda!" titah Hinata.

"Tapi–"

"Rasa sakitnya akan segera menghilang jika dipijat seperti ini," potong Hinata dengan cepat.

"Hm!" Narutopun menuruti perintah Hinata, pemuda dewasa itu langsung memejamkan kedua matanya. Menikmati pijatan Hinata yang begitu nyaman dan membuat rasa sakit dikepalanya berangsur-angsur menghilang. Naruto mengakui jika pijatan Hinata adalah pijatan ternyaman yang pernah ia rasakan. Dan baru pertama kali ini ada wanita yang memperlakukannya dengan tulus dan penuh perhatian. Karena selama ini banyak wanita yang mengejar-ngejarnya hanya untuk mengincar hartanya saja tanpa memberikan perhatian dan ketulusan terhadap Naruto yang sudah 4 tahun hidup menduda. Sebenarnya siapa sih wanita yang ada didepannya saat ini?, kenapa wanita asing ini begitu sangat perhatian padanya padahal mereka baru pertama kali bertemu, bahkan kenal saja tidak.

'Ya Tuhan, pria ini benar-benar terlihat semakin tampan jika sedang merintih seperti ini, wajahnya seperti malaikat.. padahal sudah mempunyai seorang putra, tapi dia masih tetap terlihat mempesona. Astaga! Apa yang aku pikirkan, dia pasti punya seorang istri dirumah. Punya anak pasti jelas punya istri, dasar bodoh! Tidak mungkin aku menyukai pria yang sudah beristri,' ujar Hinata dalam hati dengan senyuman miris. Namun tatapan matanya masih belum beralih sedikitpun dari sosok Naruto, wajah tampan Naruto sangat sayang bila disia-siakan, maka dari itu Hinata tak mau membuang kesempatan untuk mengeksplorasinya.

"Barbie!, Daddyku tampan sekalikan?" tanya Key dengan nada berbisik pada Hinata yang langsung tersadar dari lamunannya.

"Ah.. euh.. apa Key?" tanya balik Hinata pada bocah yang tengah duduk disamping Ayahnya itu dengan salah tingkah.

"Daddyku tampan sekalikan?" tanya kembali Key dengan senyuman geli, ia bisa melihat jika wajah Hinata saat ini sudah sangat merah seperti kepiting rebus.

"…" Hinatapun hanya tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan Key. Ia akui jika Naruto memang tampan, bahkan sangat tampan.

"Anda boleh membuka mata anda kembali Tuan," ujar Hinata pada Naruto seraya menjauhkan tangannya dari pelipis pria cool itu. Namun sedetik kemudian, Hinata malah membersihkan keringat yang masih membanjiri wajah Naruto menggunakan tissue, membuat para wanita pasti akan menjerit histeris saat melihatnya.

"Siapa dia Key?" tanya Naruto pada sang putra tanpa merasa risih sedikitpun dengan tindakan Hinata, diam-diam pria berkulit Tan itu memang menyukai perhatian tulus yang diberikan oleh Hinata kepadanya.

"Dia Barbie Daddy!" jawab Key dengan senyuman manis.

"Maksud Daddy namanya Key.. Key kenal dia dimana?"

"Ekhem!, maaf Tuan, jika soal itu anda bisa tanyakan langsung pada saya," dehem dan ujar Hinata pada Naruto yang langsung menoleh kearahnya.

"Jadi?" tanpa bertanya langsungpun, Hinata sudah mengerti dengan ekspresi wajah Naruto yang sedang menuntut penjelasan darinya.

"Nama saya Hyuga Hinata, Key dan saya baru bertemu beberapa saat yang lalu, ketika saya sedang berada ditempat kasir tiba-tiba putra anda memanggil saya dengan sebutan Barbie dan meminta tolong pada saya untuk mengobati anda yang sedang kesakitan," jelas Hinata, lalu menyingkirkan tangannya dari wajah Naruto karena ia telah selesai membersihkan keringat diwajah rupawan duda keren itu.

"Jadi… kau sama sekali tidak kenal dengan Aunty ini Key?" tanya Naruto pada Key dengan tatapan tajam. Bisa-bisanya putranya yang pandai itu meminta bantuan pada wanita asing yang tidak ia kenal dengan memanggilnya Barbie pula, sungguh memalukan.

"Habisnya… Key tidak tahu harus minta tolong pada siapa, Key sangat takut melihat Daddy sakit, Key melihat Barbie sedang berdiri disana jadi Key minta tolong padanya, Key tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi,"

"Bukan Barbie Key!, tapi Aunty Hinata. Kau tidak bisa seenaknya saja memanggil orang dengan sebutan Barbie," ujar Naruto pada Key dengan suara agak meninggi, ia tak habis pikir kenapa putranya bisa menjadi senakal ini. Key yang merasa Ayahnya marah padanyapun langsung menyebikkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca, ia hanya ingin menolong Ayahnya yang sedang sakit, tapi kenapa Ayahnya malah memarahinya.

"Tapi dia memang Barbie, pokoknya dia Barbie!" ujar Key yang hampir menangis, bocah tampan itu langsung turun dari kursinya dan berjalan cepat kearah Hinata.

"Jangan mulai lagi Key!" ucap Naruto dengan nada geram. Sebenarnya apa yang terjadi pada Key hari ini?, apa gara-gara Naruto membahas Barbie bersama Key beberapa saat yang lalu sehingga sekarang putranya menganggap gadis yang ada didepannya ini sebagai Barbie?

"Dia Barbie hiks!" isak Key dengan pelan, padahal bocah itu sudah menahan airmatanya mati-matian, tapi tetap saja tatapan tajam yang diberikan oleh sang Ayah saat ini membuatnya menjadi semakin ingin menangis. Namun sedetik kemudian jiwa keIbuan Hinatapun terpanggil, gadis cantik itu segera menenangkan Key yang masih terisak kecil.

"Ssshh... Iya sayang, Key boleh menganggap Kakak sebagai Barbie kok! Sudah ya jangan menangis.." ujar Hinata pada Key sambil mengangkat tubuh mungil bocah tampan itu keatas pangkuannya, Hinata langsung mengusapi airmata Key dengan tissue.

"Barbie!" panggil Key lirih, dan langsung memeluk tubuh Hinata dengan erat.

"Hhh... maafkan dia, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dia jadi rewel seperti ini," ungkap Naruto pada Hinata dengan helaan nafas berat. Ia tak bisa marah lagi pada Key jika putranya sudah merajuk dan menangis seperti itu. Naruto merasa serba salah.

"Tidak masalah, saya baik-baik saja kok dipanggil Barbie oleh Key. Tuan tidak perlu merasa bersalah seperti itu, Key masih kecil dan sensitif, jadi wajar bila ia mudah rewel seperti ini." Ucap Hinata dengan senyuman manis, Naruto yang melihat senyuman itupun turut tersenyum tipis. Hinata benar-benar dewasa sekali pemikirannya, kira-kira berapa usia gadis yang cukup, ekhem! Montok itu.

"Hm!, sebelumnya dia tidak pernah seperti ini semenjak Ibunya pergi." Kata Naruto tanpa sengaja.

"Maksud Tuan?" delik Hinata tak mengerti.

"Aku single Daddy," jawab Naruto singkat. Hinata yang mendengar jawaban itupun langsung mematung tak percaya sekaligus senang. Tunggu dulu, kenapa ia harus senang?

"A-ahh... itu sebabnya kenapa Key jadi seperti ini," gumam Hinata dengan senyuman garing. Dalam hatinya ia sudah berkata YES! berkali-kali, karena tak dapat dipungkiri lagi jika ia sudah jatuh hati pada pesona pria tampan yang ada didepannya itu.

"Hm!, oh ya aku belum memperkenalkan diri, namaku Uzumaki Naruto, panggil aku Naruto saja, dan jangan terlalu formal padaku,"

"Iya.. Na-Naruto-kun,"

"Apa?"

"Naruto-kun, bolehkan aku panggil seperti itu?"

"Ah ya tentu saja boleh, terserah kau saja."

"Terimakasih!" angguk Hinata dengan wajah memerah, demi Tuhan ia senang sekali.

"Justru aku yang harusnya berterimakasih padamu, kau sudah mengobatiku dengan cekatan, kau bahkan seperti seorang dokter, padahal kau hanya–"

"Aku memang mahasiswi kedokteran," sahut Hinata.

"Apa? Benarkah?" tanya Naruto tak percaya, Hinata yang kelihatannya sangat dewasa ternyata masih berstatus sebagai seorang mahasiswi.

"Iya aku serius," jawab Hinata meyakinkan.

"Pantas saja, dan kalau aku boleh tahu berapa usiamu Hinata?"

"19 tahun!"

"Astaga kau masih kecil ternyata," Naruto menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir. Hinata ternyata masih semuda itu, tapi kelakuan dan cara berpakaiannya yang terbilang cukup sexy itu membuatnya terlihat seperti wanita dua puluh tahuanan keatas.

"Enak saja anda bilang, aku ini sudah dewasa," ujar Hinata tak terima. Ia merengut sebal melihat Naruto yang masih saja menatapnya dengan remeh.

"Ya.. kau memang dewasa sebelum waktunya," Narutopun beralih melihat bubur sayuran yang ada didepannya, perutnya sudah tidak terasa mual lagi berkat green tea yang diberikan oleh Hinata padanya. Dan sekarang pria tampan itu merasa sangat lapar sekali, iapun mulai memakan buburnya dengan pelan.

"Kalau anda, berapa usianya?" tanya Hinata dengan hati-hati dan senyuman manis, ia senang sekali Naruto memakan bubur buatannya.

"32 tahun!" jawab Naruto tanpa basa-basi.

"APA?" pekik Hinata tak percaya, membuat sebagian pengunjung kafe yang mendengar suaranya langsung menoleh tajam kearahnya.

"Tidak perlu sekaget itu Nona!" ujar Naruto dengan nada santai, penampilan dan usianya terlihat tidak singkron dimata orang-orang, itu sudah biasa.

"A-aku tidak percaya saja..." gumam Hinata dengan suara lirih, ia malu karena sudah bicara keras ditempat umum seperti ini. Gara-gara jawaban yang ia dengar dari Naruto, sifat lemah lembutnya yang terkenal itu tiba-tiba jadi menghilang entah kemana.

"Banyak orang yang bicara seperti itu."

"32 tahun tapi masih tampan sekali," gumam Hinata lirih.

"Aku mendengar itu Hinata!" ujar Naruto dengan senyuman geli.

"Ah euh.. haha!" Hinatapun hanya tertawa garing dengan wajah memerah dan salah tingkah. Membuat Naruto jadi ingin mencubit pipi putih nan chubbynya yang bersemu kemerah-merahan seperti boneka, namun Naruto segera menepis keinginan gila itu jauh-jauh.

my little servant

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Hinata, kini Naruto harus segera pulang karena waktu telah menunjukkan pukul dua siang.

"Ayo kita pulang Key, ini sudah siang.. jangan membuat Daddy marah lagi padamu," ajak Naruto sambil menarik tangan Key yang masih setia memeluk kaki Hinata. Ketiga orang itu kini tengah berada didepan kafe, Naruto dan Hinata sudah berkali-kali membujuk Key agar mau pulang tapi bocah itu masih tetap tidak mau, bahkan kini ia bersiap untuk menangis kencang jika keinginannya untuk tetap bersama dengan Hinata tidak terpenuhi.

"Pokoknya Key mau sama Barbie, Key tidak mau pulang!"

"Tapi Barbie harus kembali bekerja dan Oba-chan pasti sedang menunggu Key dirumah," ujar Naruto pada anak semata wayangnya itu dengan nada tinggi, ia tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk menghadapi bocah keras kepala seperti Key. Naruto berulangkali memijit-mijit pelipisnya frustasi, baru saja ia sembuh dari penyakit sialannya, tapi sekarang Key ingin membuat penyakitnya kambuh lagi.

"Key tidak mau ya tidak mau!, pokoknya Key mau sama Barbie, Key tidak mau kesepian lagi, Daddy selalu meninggalkan Key, Daddy tidak sayang Key.. hiks.. hiks.. Daddy selalu membuat Key sedih.. hiks, hiks, Barbie..." dengan derai airmata yang makin membanjir, Keypun semakin menelusupkan kepalanya dipaha Hinata, membuat sebagian dress yang Hinata kenakan jadi basah akibat airmata Key.

Naruto sendiri merasa tertohok dengan perkataan polos dari putra kesayangannya itu, ia malu terhadap orang-orang yang berlalu lalang sambil menatapnya dengan sinis seolah mengatakan 'dasar orangtua brengsek'.

"Maafkan Daddy Key!" ungkap Naruto dengan penuh penyesalan, iapun lalu berlutut didepan Key sambil mengelus rambut pirang putranya itu. Hinata yang melihat Naruto sedang berlutut didepannyapun jadi salah tingkah. Ia dan Naruto seperti pasangan suami istri yang tengah membujuk putranya yang sedang menangis.

"Daddy selalu membuat Key sedih, maafkan Daddy!" ungkap Naruto sekali lagi dengan tatapan memelas.

"Daddy!" Keypun langsung memeluk Ayahnya dengan erat, ia selalu tak tega jika melihat Ayahnya memelas seperti itu.

"Maafkan Daddy!" Narutopun membalas pelukan putranya tak kalah erat.

Hinata yang melihat sepasang Ayah dan anak saling berpelukan itupun jadi tersenyum haru.

"Key akan memaafkan Daddy asalkan Daddy mengijinkan Key membawa Barbie pulang kerumah kita," pinta Key sambil melepaskan pelukannya dari Naruto.

"Apa Key?, i-itu tidak mungkin sayang.. Dad–"

"Atau Key akan membenci Daddy dan tidak mau ketemu Daddy lagi," ancam Key dengan mata berkaca-kaca.

"Ayolah Key.. jangan minta yang aneh-aneh sayang, Daddy akan memberikan apapun yang Key mau asalkan jangan membawa Barbie pulang kerumah, Barbie punya kehidupan sendiri sayang, tolong mengertilah.." ujar Naruto pada Key dengan wajah frustasi.

"Ya sudah Key pergi!" pamit Key, bocah tampan itupun segera pergi meninggalkan Naruto sebelum akhirnya..

"Oke Key oke!, kau boleh membawa Barbie pulang kerumah kita," ucap Naruto sambil menarik tangan putranya.

"A-apa maksudnya?" tanya Hinata gagap dan tak percaya.

"Hinata... Please.. be my servant!" pinta Naruto dengan penuh harap.

"APA?"

Dan selanjutnya, entah apa yang akan terjadi.

... ...

...

..

.

To be Continued

.

..

...

Gimana-gimana?, kalian suka gak?, kalo suka jangan lupa fav n fol yahhh..

Tunggu chapter selanjutnya, apakah Hinata mau ato engga jadi servantnya Om Naruto hehe..

Oke, dont forget to review ya readers!