chap 1...
.
.
.
.
Storynya buatan saya tapi pemainnya milik pemiliknya masing masing
.
.
warn : typo,bxb,dirty talk, dll
.
.
.
.
.
Taeyong hanya terduduk lemah dihadapan makam kedua orang tuanya. Matanya sembab dan pipinya kulitnya nampak pucat.Hari dimana ia mendapat kabar kematian kedua orang tuanya menjadi hari dimana ia juga kehilangan seluruh hartanya. Woozi yang merupakan tangan kanan ayah Taeyong hanya bisa membantu Taeyong dengan prosesi pemakaman sederhana yang hanya dihadiri beberapa mantan pekerja ayahnya. Seluruh kerabatnya bahkan tidak ada yang mau menolong Taeyong yang kesulitan. Semua paman dan bibinya yang dulu dikenalnya baik dan ramah seakan menutup mata akan penderitaannya.
Seluruh akun bank yang dimiliki keluarganya habis disita. Seluruh deposito jangka panjang miliknya dipindah tangankan. Seluruh harta bergerak dan tidak bergerak milik ayahnya disita. Bahkan tidak ada sehelai baju pun didalam lemarinya yang tidak diberi label merah tanda penyitaan. Taeyong hanya bisa menangisi keadaannya sekarang. Langit yang digelung awan hitam seakaan menandakan keadaanya sekarang.
"Youngie, kita pulang ya. Udah mau mendung. Nanti kamu sakit kalau kehujanan", bujuk Woozi.
Taeyong hanya mengalihkan pandangnya kepada Mark. "Pulang?" Taeyong tersenyum miris "baju yang Aku pakai sekarang aja udah barang sitaan dan kamu ajak aku pulang".
Woozi hanya terdiam dan memandang Taeyong sekilas lalu memalingkan kepalanya. Dia benar benar sedih melihat keadaan Taeyong. Woozi sudah menggangap Taeyong sebagai adiknya sendiri. Dan melihat keadaaan Taeyong seperti ini, membuat dia semakin membenci orang yang membuat keadaan merema seperti ini. Dilain sisi,Taeyong hanya bisa menangis meratapi keadaannya yang menyedihkan. Suhu dingin menusuk menusuk hingga ke tulang. Tubuh Taeyong yang memang sudah lemah akhirnya berakhir pingsan karena kelelahan.
2years later
Taeyong terbangun dengan kepala yang serasa berputar-putar. Badannya terasa pegal dan dadanya sesak. Dipaksakannya untuk bangun dan mendudukan dirinya. Menyibak selimut dan menurunkan kakinya . dengan bantuan dinding akhirnya Taeyong sukses berdiri, Taeyong melangkah keluar dari kamar tersebut.
Kepalanya benar benar pusing setelah semalam menghabiskan waktu di cocktail party bersama ketiga sahabatnya. Kepalanya Makin terasa pusing dan perutnya juga tak mau bekerja sama. Awalnya Taeyong memutuskan untuk izin sakit dari perusahaan. Tapi mengingat tugasnya yang terlalu menumpuk untuk dibiarkan, memaksa Taeyong harus bekerja. Dengan lunglai Taeyong berjalan ke kamar mandi. Mengabaikan segala pusing dikepalannya. seluruh kegiatan mandi serta berpakaian diselesaikannya dalam waktu 20 menit, dan langsung pergi ke kantor.
Semenjak seluruh harta ayahnya disita, mau tak mau Taeyong harus hidup sederhana. Gajinya setiap bulan akan dibaginya menjadi dua. Satu untuk keperluan sehari-hari. Dan satu lagi untuk membayar utang ke bank.
"Taeyongieee" jerit Ten dari seberang jalan.
Taeyong yang menunggu lampu tanda pejalan kaki mengalihkan fokusnya. Hingga dapat Dilihatnya Ten dari kejauhan dan tersenyum.
Selama 2 tahun ini salah satu orang yang tetap setia di sampingnya adalah Ten. Suka duka mereka jalani bersama. Bahkan saat tunggakan utang Taeyong terlambat dibayarnya maka Ten adalah orang pertama yang menolongnya.
Begitu lampu pejalan kaki berubah hijau Taeyong langsung berlari kecil menghampiri Ten. Dan mereka berdua berjalan bersama menuju kantor.
"Taeyongi udah tau belum kalo Ceo kita mau diganti" ucap Ten sambil berjalan. Taeyong hanya menyeritkan dahinya lalu menggeleng "nope, not yet".
Ten hanya mengangguk "kata anak departemen HRD sih, waktu rapat pemegang saham tahunan kemaren. Ceo baru ini yang kepilih, and kabarnya nih ya kalo Ceo baru kita ini masih cen-cen"
"Palingan dia anak holangkaya terus punya saham paling banyak". Ten hanya mengangguk membenarkan ucapan Taeyong yang ada benarnya. Dan mereka melanjutkan perjalanannya menuju departemen masing-masing.
Hanmul jum trading company memang sedang heboh Tentang kedatangan Ceo baru mereka. Desas-desus yang menyebar mengatakan kalau Ceo mereka yang baru ini putra tunggal dari chaebol kaya jung Yunho yaitu jung jaehyun. Atau putra pertama keluarga jeon yaitu jeon jungkook.berdasarkan fakta kedua keluarga itu yang memiliki aset terbesar di hanmul. Namun mengingat pegumuman resminya akan keluar di akhir pekan dan Ceo baru itu masih akan aktif di minggu berikutnya maka belum ada satupun yang bisa memberi keterangan.
Taeyong yang sedang merapikan kubikelnya terkejut dengan kehadiran seulgi. "Taeyongie, mau tau info terbaru nggak?" tanya seulgi. Seulgi memang update dengan informasi terbaru seputar perkantoran. Dan berita yang seulgi katakan selalu jitu. Taeyong menaikan alisnya.
"Info apa?".
Seulgi tersenyum "periode kepemimpinan ceo baru nanti kita bakal dapat kenaikan gaji 10%. Trus untuk karyawan tetap biaya transport bakal ditanggung perusahaan",
Taeyong yang notabenenya punya gengsi setinggi bulan dan bintang hanya menyahut "oh, biasa aj tuh... Cuma 10 persen", Taeyong pura-pura cuek biarpun dalam hatinya dia bersorak gembira. Dia hanya tidak mau seulgi melihat bibirnya yang terus tersenyum, membayangkan kenaikan gaji dia memiliki harapan dapat mengalih namakan rumah milik mendiang orangtuanya. Namun ekspektasi dan realita tetap berbeda.
"Bajingan sial" itu adalah umpatan Taeyong yang kesekian kalinya. Gajinya memang ditambahkan namun pekerjaannya pun ditambahkan. Departemen keuangan tempat Taeyong bekerja memang kerepotan. Biarpun begitu mereka tidak semengerikan departemen pemasaran tempat Ten bekerja. Terutama divisi pengiklanan. Divsi tersebut diperintahkan membuat strategi jitu dengan dana yang benar-benar minim dan terbatas. Bahkan Ceo baru itu belum masuk namun sudah membuat seluruh karyawan merasa gila. Seulgi selaku sekretaris kepala departemen sudah lelah harus bolak-balik lantai 3 ke lantai 11 Lalu turun lagi, hanya untuk mengambil berkas-berkas revisi laporan mereka masa jabatan Ceo sebelumnya. Semuanya harus mereka lakukan dengan teliti. Tidak boleh ada kesalahan.
"Taeyongie...aku lelah" dengan mulut terbuka dan kepala mendongak Ten sekarang terlihat begitu menyedihkan. Ini adalah istirahat makan siang ketujuh di minggu ini dan ini sudah ketujuh kalinya Taeyong mendengar hal yang sama keluar dari mulut Ten.
"Nado... Departemenku bahkan mendapat tugas memeriksa, merevisi, dan membuat ulang pembukuan selama 10 tahun terakhir". Mereka berdua sama frustasinya.
"Gimana kalo kita resign?". Tanya Ten penuh antusias, Taeyong hanya memutar bola matanya. Lalu memukul kepala Ten. "Yak...appo"
"Dari sekian banyak solusi tersedia untuk digunakan dan yang terlontar dari lulusan cumlaude cholatorn university adalah resign?", Ten hanya tertawa sambil menggaruk Tengkuknya.
Ten menarik kedua tangan Taeyong. "Ya... Nanti malam winwin sama kun ngajak pergi ke club, Taeyongie ikut?... Lumayan untuk menghilangkan stress" Tanya Ten
"Ah, molla... Terakhir kali kita minum kepalaku rasanya mau pecah"
"Yaaaa...kajja...satu kali aja..yayayaya lagipula sekarang malam minggu" bujuk Ten. Dia bahkan sudah menggesekkan pucuk kepalanya ke leher Taeyong...
Sesungguhnya Taeyong malas untuk pergi tapi Ten yang manja bukanlah hal yang mudah untuk didiamkan. "Ya udah... Aku ikut dan stop nempel nempel di tanganku.
Ten menarik kepalanya menjauh dan tersenyum lebar. "ok". Taeyong hanya mendengus sebal. Mereka makan dengan cepat dan buru-buru kembali ke pekerjaan masing masing karena tidak mau ada satu tugas pun yang menumpuk. Mengingat besok hari minggu dan mereka ingin malas-malasan.
Saat Taeyong kembali ke kubikelnya dia berpapasan dengan seulgi. Seulgi terlihat mengenaskan dengan kulit putih bersimbah keringat. Taeyong jadi berpikir 2 kali bila ingin menjadi sekretaris. Dari dulu ia ingin posisi sekretaris, tapi melihat keadaan seulgi yang selamat tinggal dunia maka Taeyong sudah tidak ingin posisi itu dan ia 1000 % yakin.
Pulang kerja adalah jam 07:00 pm, sementara Taeyong sudah menghilang di jam 06:59 pm. Pelaku utamanya yang tak lain adalah Ten. Ia cepat-cepat menarik Taeyong ke apartemennya untuk 'berdandan'. Taeyong sebenarnya tipe orang modis tapi mengingat Ten adalah orang yang heboh ingin terlihat necis. Maka berakhirlah ia di tempat Ten mengubah gaya kantorannya menjadi bad boy. Taeyong terlihat benar benar 'nakal' malam ini. Kaos putih tanpa lengan super tipis dengan v-neck berpotongan rendah dipadu dengan kemeja coklat yang tidak dikancing, serta setengah bagian depannya dimasukkan ke dalam jeansnya. Pada bagian bawahnya Taeyong memakai Ripped jeans hitam yang ketat serta pump boots coklat. Rambutnya diangkat keatas dan ditelinga kirinya tersemat 2 gold piercing. Atas rengekan dari Ten kedua waterline matanya diberi hypersharp mascara. Bibirnya dipoles oleh liptint merah dengan intensitas yang tipis. Sebagai penutup dari semua itu ten menyemprotkan farfum beraroma mint tegas berpadu cherry blossom yang lembut.
Ten menatap puas hasil karyanya. "Youngie kau benar-benar sexy" mengangkat dua jari jempolnya.
Taeyong berputar sekali "ini yang dinamakan berkah sejak lahir"
"Kajja...waktu tak menunggu. Club we're coming"teriak ten gembira.
Mereka menghabiskan waktu selama 20 menit dijalan hingga tiba di sebuah club dikawasan elite gangnam. Tidak ada kendala saat masuk karena winwin sudah melakukan reservasi terlebih dahulu. Bila dilihat winwin itu seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa. Tapi, sebenarnya dia adalah bocah genit. Buktinya ia adalah salah satu member tetap club mahal bernama baby bottom. Tak heram, Winwin memang seorang yang kaya, ayahnya seorang duta besar dan ibunya pemilik sanggar tari cina.
Ten dan taeyong terus menyusuri meja demi meja hingga sampai di tempat tujuannya.
"Anyeong..." sapa ten. Winwin dan kun yang tadinya asik bercanda ria ditemani sesloki champagne. Mengalihkan anestesinya ke arah suara yang menyapa mereka.
Wajah mereka berdua tersenyum cerah menyambut kedatangan ten dan taeyong. " tennie anyeong , taeyongie anyeong". Kun melambaikan tangannya.
"Heol...taeyongie benar benar panas ya" goda winwin. "Yap...baju putihnya yang tipis itu bahkan tidak menutup warna putingnya" goda kun dengan lebih frontal.
Taeyong hanya diam, wajahnya memerah karena malu. Bukan apa-apa tapi ucapan kun yang terlalu frontal masih sulit untuk diterima taeyong. Sedangkan ten namja thailand itu hanya tertawa puas menggingat semua yang dipakai taeyong adalah hasil kerja kerasnya memaksa taeyong.
Winwin menghentakkan gelasnya ke atas meja "let's go to the dance floor" kun menggerakkan kedua alisnya. "Kajja". Dan mereka berempat berakhir di lantai dansa menggerakkan tubuh mereka dengan liar. Masing masing dari mereka memegang minuman beralchohol lebih dari 10%. Kewarasan para pemuda itu seakan lenyap seiring sang dj menggubah lagunya dengan beat dan tempo yang lebih cepat. Semakin lama mereka seBahkan ten yang tadinya menari kini terlihat bercumbu mesra dengan pria asing disudut ruangan tepatnya dibawah tangga. Sementara itu taeyong yang kehabisan alkohol bergerak menuju bar.
"Give me a glass of marcollini mix don perignon berry" pinta taeyong pada sang bartender. Dia benar benar mabuk dan ingin menghilangkan stress.
Bartender tersebut menyerahkan gelas berisikan minuman berwarna pink cerah yang senada dengan rambut taeyong. Minuman itu habis dalam satu kali tegukan. Kepalanya semakin pusing dan panas seakan menjalar di tubuhnya.
"Ahhhh" desah taeyong yang terdengar begitu menggoda. Bukan apa-apa namun rasa panas tersebut seakan merangsang gairahnya. Tak ayal desahan tersebut menarik pria yang duduk disampingnya tergoda lalu menarik pinggang taeyong dan berbisik "you're so fucking hot, do you mind for a one night stand babe?". Taeyong yang pada dasarnya sudah mabuk dan tertutup kabut gairah hanya berucap "eat me".
author note :
please review kalo memang cerita ini mau dilanjutkan.
