Fanfiction

Cast : Jongin, Sehun

Genre : Romance, Drama

Warn : Sexual Content

Summary : Sehun kencan buta dengan seorang cowok super manis bernama Jongin, sayangnya Jongin adalah rivalnya dalam ajang lomba dance. Yaoi, HunKai/SeKai.

Part 1

"Sehun, kau benar-benar harus datang kali ini. Cowok yang ini benar-benar sangat manis dan seksi. Tipemu sekali." Chanyeol, sepupu kesayangan Sehun berusaha meyakinkan Sehun untuk kesekian kalinya minggu ini. Sehun memang sudah hampir tiga tahun tidak memliki kekasih, karena alasan sekolah katanya. Chanyeol tidak tahan melihat sepupunya setiap Sabtu malam hanya dirumah bermain game, dan kali ini Chanyeol berusaha mengatur kencan buta untuk Sehun yang ketujuh kalinya.

Enam kencan sebelumnya tidak pernah ada yang berhasil. Bukan Sehun yang terlalu pemilih, tapi memang pilihan Chanyeol memang terkadang aneh. Kencan buta pertama Sehun yang diatur Chanyeol untuknya gagal total, karena sepanjang kencan cowok pilihan Chanyeol malah bermain dengan ponselnya terus-terusan. Membuat Sehun kehilangan selera untuk melanjutkan kencan mereka.

Yang kedua? Terlalu agresif, Sehun nyaris saja kehilangan keperjakaannya ketika ia mengantar kencan keduanya pulang. Jangan tanya kencan-kencan selanjutnya. Sehun tidak mau mengingatnya.

"Sudahlah lah Hyung. Aku tidak masalah tidak punya pacar, kenapa sih kau ini lebih cerewet dari pada ibuku?" Sehun fokus pada layar kaca didepannya, ia hampir mengalahkan skor tertingginya sendiri.

"Karena jika kau tidak datang ke kencan kali ini, kau sungguh-sungguh akan menyesal. Cowok ini sangat manis, bahkan kalau aku tidak punya Baekhyun aku akan memacarinya." Sehun mengernyitkan dahinya. Chanyeol yang tergila-gila pada Baekhyun sempat memiliki pikiran untuk memacari cowok ini? Seberapa menarik memangnya cowok yang Chanyeol bicarakan ini?

"Selain itu, dia juga dancer sepertimu. Kalau kau melihatnya menari kupastikan kau langsung jatuh hati padanya." Sehun tertarik. Belum pernah ia berkencan dengan seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Mungkin pilihan Chanyeol kali ini tidak separah sebelum-sebelumnya.

"Entahlah, kencan terakhir yang kau untukku aku berakhir nyaris dihajar oleh mantan pacarnya." Sehun mengingat kenangan buruknya seminggu yang lalu.

"Aku benar-benar minta maaf tentang hal itu." Chanyeol masih terdengar bersalah. "Kali ini aku sudah mengecek hal-hal dasar tentang dirinya. Single. Bukan pembuat onar disekolahnya. Tidak pemakai narkoba. Dan teman-temannya tidak membuntuti semua cowok yang ia kencani. Teman-temannya normal." Chanyeol masih berusaha.

"Dan kalau kencan kali ini gagal kau boleh mengambil PS Vita baruku." Sehun memencet tombol pause pada konsol game-nya. Menoleh tidak percaya, juga sedikit bersemangat. PS Vita Chanyeol ditukar dengan beberapa jam kencan sepertinya tidak buruk? Selain itu Sehun juga mulai lelah dengan ocehan Chanyeol tentang cowok ini.

"Beserta empat gamesnya. Bagaimana?" Tawar Chanyeol.

"Oke deal." Sehun mengacungkan jempolnya. Chanyeol tertawa senang, akhirnya Sehun menyetujui kencan yang sudah ia atur untuknya.

"Namanya Kim Jongin, kelas sebelas Athena High School. Malam ini ditempat dan meja biasa. Dia pakai kemeja biru muda." Chanyeol membuka ponselnya, membaca sederet informasi tentang kencan Sehun.

"Malam ini? Jadi kau sudah mengatur semuanya sebelum aku menyetujuinya?" Sehun terkejut. Andaikan tadi ia masih belum setuju, pasti Chanyeol akan tetap menemukan cara agar Sehun berangkat ke kencan tersebut.

"Sudahlah, jika kencanmu gagal kau akan dapat PS Vita. Jika kencanmu sukses kau akan dapat pacar super manis. Kau tidak rugi apapun Hun." Chanyeol berkata ringan. Pantas saja Baekhyun yang galak seperti itu bisa takhluk padanya, Chanyeol benar-benar pandai meluluhkan hati orang lain. Entah bagaimana caranya.

Malam itu Sehun sudah siap dengan kemeja putih berlengan panjang dan digulung hingga sikunya dan celana jeans biru tua yang membungkus kaki Sehun sangat pas. Membuat Sehun seperti foto model. Sehun memang sangat tampan. Badannya atletis karena banyak menari. Kulitnya putih bersih karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya didalam studio tari. Rambut hitamnya kontras dengan kulit putihnya. Bibirnya tipis dan akan melengkung manis jika sedang tersenyum. Matanya tekadang terkesan dingin, tapi jika kau melihatnya lebih lama, mata itu seperti segelas coklat hangat yang menenangkan.

"Jangan kecewakan aku Hun." Chanyeol memperingati Sehun sebelum Sehun masuk kedalam kafe tempat kencannya. Jangan kecewakan aku? Memangnya dia ibuku? Seperti mengantar anaknya ujian nasional saja harus diantar diberi wejangan, Sehun membatin.

"Hmm." Sehun menggumam sebagai jawabannya.

Pelayan-pelayan disana sudah sangat familiar pada Sehun. Apalagi seseorang yang sedang bertugas sebagai kasir saat ini. Byun Baekhyun. Cowok berparas cantik itu melambaikan tangannya penuh semangat pada Sehun saat ia masuk, membuat Sehun malu saja. Bagaimana tidak? Pandangan seluruh pengunjung kafe jadi terarah padanya.

Sehun melangkah menuju meja langganannya dilantai dua. Meja paling strategis karena berada dipojok dan bisa menikmati pemandangan dari luar kafe yang berupa jalanan Hongdae yang cantik. Langkah Sehun sempat terhenti, meja itu sudah ada yang menempati. Padahal Sehun yakin jika Baekhyun pasti sudah mereservasi meja itu untuknya. Dari belakang sosok itu berambut coklat lembut, tubuhnya ramping dan Sehun bisa melihat kakinya bergerak-gerak gelisah.

"Pe-permisi? Meja ini sudah dipesan." Sehun berkata hati-hati, tidak ingin menyinggung perasaan siapapun.

"Huh? Oh ya? Tapi aku tadi disuruh duduk disini." Jawab orang itu polos. Matanya coklat, sama lembutnya dengan warna rambutnya.

"Be-benarkah?" Mata itu membuat Sehun gugup. "A-apa kau Kim Jongin?" Sehun memperhatikan baju yang dipakai cowok didepannya, biru muda.

"Uh, i-iya. A-apakah kau Oh S-sehun?" Sepertinya pemuda berbaju biru ini sama gugupnya dengan Sehun. Terpesona oleh Sehun tentu saja. Tidak ada yang bisa menahan pesona Oh Sehun.

"Iya, a-aku Oh Sehun." Sehun menggaruk belakang kepalanya, ia benar-benar gugup sekarang. Jadi cowok manis ini adalah teman kencannya. Benar-benar tidak rugi ia menyetujui keinginan Chanyeol kali ini, bahkan PS Vita tidak terlalu menarik lagi baginya. Lagi pula PS 2-nya masih berfungsi dengan baik.

Sehun duduk dikursi kosong didepan Kim Jongin. Tidak tahu harus memulai dari mana. Keduanya diam, sama-sama berusaha menetralkan perasaan gugup mereka.

"Apa kau menunggu lama? Aku pikir janjinya masih satu jam lagi?" Sehun memulai pembicaraan. Rasa penasarannya pada cowok didepannya mengalahkan rasa gugup yang menyelimuti hatinya.

"Tidak kok. Lihat saja ini minumku masih penuh, aku juga barusan datang kok." Jongin menjawab lucu. Membuat Sehun tersenyum. Chanyeol sepertinya benar satu hal, cowok ini benar-benar tipenya.

"Ah. Kau teman Chanyeol ya?"

"Seperti itulah, tapi kami tidak terlalu dekat, Chanyeol Hyung adalah kakak temanku dirumah." Jelas Jongin. Sehun penasaran dari mana Chanyeol bisa bertemu dengan cowok semanis ini.

"Oh ya? Rumahmu dimana?"

"Di Cheongdam-dong. Rumahmu dimana?" Jongin bertanya.

"Didekat sini. Hehe." Sehun menjawab malu-malu. Wajah Jongin yang fokus menatapnya membuat Sehun salah tingkah.

"Kudengar kau seorang dancer ya?" Jongin bertanya lagi.

"Iya, kau juga kan? Kata Chanyeol Hyung kau adalah penari yang sangat hebat." Sehun bersemangat dengan arah pembicaraan mereka.

"I-iya. Tapi aku baru saja mulai belajar, kudengar kau sudah bergabung dengan klub menari yang sangat tenar." Jongin menundukkan wajahnya, malu dengan pujian Sehun.

"Ah tidak kok. Kau pasti juga sangat berbakat karena Chanyeol Hyung memujimu." Sehun kembali memuji Jongin, dan itu memang benar. Chanyeol sangat ahli dalam menilai keahlian menari atau bermain musik seseorang.

"Kau benar-benar manis Jongin." Sehun tidak tahan untuk tidak melontarkan pujian-pujian pada Jongin. Sedangkan yang dipuji hanya bisa tersenyum malu-malu. Sikapnya yang seperti inilah yang membuat hati Sehun semakin berdebar-debar. Jongin yang malu-malu. Jongin yang menggigiti bibir bawahnya karena gugup, dan pipinya yang memerah menggemaskan.

"Bagaimana kesan pertamamu padaku?" Sehun bertanya penasaran.

"Kau? Uhm, kau jauh lebih ta-tampan dari pada foto yang Chanyeol Hyung tunjukkan padaku." Jongin malu-malu mengakui ketampanan Sehun.

"Lalu?"

"Lalu? Kau juga sangat sopan, dan…dan…"

"Dan apa?"

"Ugh, pokoknya begitu lah." Jongin benar-benar merah wajahnya. Masa iya dia harus mengungkapkan perasaannya secara detail? Dia kan malu, apalagi Sehun tidak berhenti tersenyum melihat kegugupan Jongin.

"Bagaimana dengan kesan pertamamu padaku?" Jongin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kesan pertamaku padamu? Aku pikir kau orang tidak tahu sopan karena kau duduk dimeja yang sudah direservasi." Sehun berkata usil. Membuat Jongin memberengut lucu.

"Ta-tapi kan ak-aku…"

"Hahaha. Jangan cemberut begitu. Kau semakin manis dengan bibir cemberut seperti itu." Ucapan Sehun terus-terusan membuat Jongin merona.

Pembicaraan mengalir dengan sangat lancar. Sehun jadi tahu jika Jongin mulai belajar menari sejak kecil, tapi karena dia dan kedua orangtuanya sempat pindah ke desa terpencil jadi ia berhenti sejenak. Tidak ada tempat untuk berlatih menari di desa tempat tinggal Jongin. Kepindahan Jongin ke Seoul baru beberapa bulan, pantas saja Chanyeol baru mengenal Jongin. Sehun juga menceritakan dirinya sedikit. Dia adalah penggemar games dan jatuh cinta pada menari saat ia melihat Michael Jackson.

Sehun dan Jongin memutuskan untuk makan daging sebagai menu makan malam mereka. Ketika Sehun turun dari lantai dua, Baekhyun langsung tersenyum cerah. Matanya penuh rasa penasaran denga senyuman Sehun yang lebih lebar dari biasanya, dan juga wajah Jongin yang sedikit malu-malu tapi senyumnya terus mengembang. Pasti Chanyeol berhasil kali ini, Baekhyun mengambil ponselnya untuk menghubungi kekasih raksasanya itu. Memberi kabar terbaru kisah cinta sepupu sang pacar.

Malam itu terasa terlalu singkat. Makan malam, lalu berjalan-jalan sambil menikmati es krim sebagai makanan penutup mulut. Tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat. Ibu Jongin sudah menelepon menanyakan keberadaan putranya.

"Jongin, boleh aku minta nomor ponselmu?" Sehun bertanya ketika mereka sudah berada di lobi apartemen Jongin.

"Tentu saja." Jongin mengetikkan nomor ponselnya pada ponsel Sehun. Tidak lama kemudian ponsel Jongin berdering, sebuah panggilan tanpa nama muncul. Nomor Sehun.

"Jongin?" Sehun memanggil nama Jongin yang seolah sudah sangat familiar dibibirnya.

"Ya?"

"Bolehkah aku menciummu?" Sehun menahan nafas menunggu jawaban Jongin. Memang Sehun bukan cowok yang seenaknya saja mencium teman kencannya, apalagi ini kencan pertama mereka, meskipun keduanya sama-sama saling menunjukkan ketertarikan.. Perkenalan mereka juga baru beberapa jam, rasanya tidak sopan jika Sehun langsung main cium sembarangan.

"Eh? Uh—uh…A-aku…ten-tentu sa—" Jongin tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya sudah dibungkam oleh ciuman Sehun. Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik, tidak ada lumatan atau nafsu apapun. Sehun mencium Jongin ingin menunjukkan betapa bahagianya dia malam ini, dan juga ciuman selamat malam.

"Selamat malam Jongin." Sehun mengucapkan selamat malam dan hanya dibalas dengan anggukan pelan dari Jongin. Pemuda berkulit coklat ini masih belum pulih dari ciuman singkatnya barusan, pipinya masih terasa sangat panas. Walaupun ia tahu jika ia memberi ijin Sehun untuk menciumnya, tapi rasanya tetap mengejutkan. Bibir Sehun terasa sangat pas dibibirnya, seolah memang diciptakan untuk menciumnya.

Sehun berguling-guling dikasurnya, tidak ingin segera bangun dari tidurnya. Semalam ia bermimpi sangat indah. Ia bermimpi tentang bibir Jongin. Bibir itu tidak hanya menempel dibibirnya saja tapi juga bagian tubuh Sehun yang lain. Andaikan itu bukan hanya mimpi….

Drrtt…Drrtt…

Ponsel Sehun bergetar. Jongin kah?

Ternyata bukan. Sial.

"Iya, sebentar lagi aku sampai. Aku sudah setengah perjalanan." Sehun berbohong dengan santai. Karena saat ini tubuhnya masih dibawah selimut, masih terbayang-bayang bibir Jongin.

"Iya, iya, aku tahu."

"Sampai nanti Hyung." Sehun mengakhiri panggilan itu. Dengan malas-malasan Sehun meninggalkan kasurnya yang nyaman.

Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana Sehun akan berlatih menari seharian. Apalagi dengan adanya lomba dance satu bulan lagi, Sehun sebagai salah satu dari main dancer harus bekerja lebih keras lagi. Orang yang baru saja menghubunginya adalah ketua kelompok dance mereka, Joonmyun.

Sehun serba ngebut pagi itu. Dalam lima belas menit Sehun sudah sampai didepan studio tarinya. Memang klub dance-nya bukan klub dance yang resmi, tapi nama kelompok mereka sudah sangat terkenal dimana-mana. Banyak video-video mereka yang tersebar diinternet, nama anggota-anggotanya juga familiar ditelinga masyarakat, bahkan ada fanclub yang didedikasikan untuk mereka. Bulan depan, ajang menari tahunan bergengsi akan diselenggarakan. Klub dance Sehun, Monster Moves Dance Club—alay nggak sih? Maafkan author kurang kreatif—akan ikut kembali memeriahkan ajang itu seperti tahun-tahun sebelumnya. Dua tahun berturut-turut klub ini berhasil merebut piala dari klub dance lain yang selalu menjadi saingannya, Lucky Theatre.

Siapa yang tidak tahu persaingan antara Monster Moves dan Lucky Theatre? Seluruh Seoul tahu betul siapa mereka. Keduanya sama-sama penari hebat, sama-sama masih muda dan beranggotakan cowok-cowok belia yang tampan dan berbakat.

Persaingan dua kelompok ini sudah ada selama bertahun-tahun, jauh sebelum Sehun bergabung dengan Monster Moves. Begitu ia masuk kesana, yang ia tahu adalah Lucky Theatre merupakan musuh mereka. Tidak pernah ada bentrok fisik antar dua klub ini, tapi seolah ada garis tidak kasat mata yang melarang adanya pertemanan diantara mereka bahkan diluar kegiatan menari tidak ada anggota kedua klub yang berteman. Lucky Theatre adalah musuh abadi Monster Moves. Titik.

"SATU! DUA! TIGA! EMPAT!" Joonmyun berteriak lantang. Seluruh studio tari bergerak serentak mengikuti hitungan itu.

"LAGI! SATU! DUA! TIGA! EMPAT!" Joonmyun masih belum puas dengan anggota-anggotanya.

"BREAK!" Joonmyun mematikan musik. Sehun mengelap peluhnya dengan lengan bajunya. Joonmyun terlihat sedang uring-uringan. Pasti ada masalah yang berkaitan dengan lomba dance. Sehun bisa langsung menebak perasaan Joonmyun. Mengenal Joonmyun hampir dua tahun membuat Sehun bisa membaca suasana hatinya.

"Teman-teman, kita dalam masalah." Benar kan. Seluruh anggota Monster Moves duduk berdekatan, mendengarkan setiap kata yang Joonmyun ucapkan.

"Lucky Theatre punya anggota baru yang sangat hebat. Mereka menyembunyikan fakta ini dan ingin menjadikannya kejutan dihari H nanti." Joonmyun mulai menjelaskan. Wajah-wajah didepan Joonmyun banyak yang mengernyit, terkejut dengan fakta yang baru mereka dengar.

"Dari mana kau tahu tentang hal ini Hyung?" Salah seorang anggota bertanya.

"Aku mendengarnya di kamar mandi kampusku."

"Apakah dia benar-benar akan tampil? Jarang ada anggota baru yang bisa langsung tampil Hyung." Suara lain menyahuti.

"Aku tidak tahu akan hal itu, hanya saja kita harus lebih waspada kerahasiaan latihan-latihan kita dan aku akan mengubah sedikit beberapa gerakan kita. Jangan sampai piala tahun ini jatuh ketangan mereka." Semua orang mengangguk setuju.

"Aku akan mencari tahu kebenaran tentang hal ini, kalian jangan khawatir dan teruslah berlatih dengan giat." Joonmyun menambahkan dengan senyum malaikatnya.

"Sehun, ayo kita buat beberapa gerakan baru." Joonmyun memanggil Sehun agar mengikuti langkahnya keluar, mencari tempat lain untuk menciptakan gerakan baru.

"Hyung apa yang kau lakukan dikamar mandi hingga bisa mencuri dengar mereka? Pasti kau lama sekali dikamar mandi sampai disangka kau tak ada." Sehun bertanya begitu menjajari langkah Joonmyun.

"Hehehe, biasa urusan laki-laki." Joonmyun tertawa tanpa rasa malu. Sehun hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya, hormon laki-laki seumuran mereka memang sulit dikontrol.

Hari sudah gelap ketika Sehun berjalan keluar dari studio tari. Badannya terasa remuk, tapi suasana hatinya sangat baik. Akhirnya dia bisa menghubungi Jongin setelah seharian sibuk.

"Halo? Jongin?" Sehun langsung menghubungi Jongin begitu ia keluar dari ruangan, menuju jalanan.

"Halo Sehun." Suara Jongin rasanya membuat lelah ditubuh Sehun langsung sirna.

"Maaf aku baru menghubungi. Aku benar-benar sibuk seharian."

"Tidak apa, kau sudah tidak sibuk sekarang?"

"Begitulah. Apa kau sedang sibuk? Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, tidak sama sekali. Aku hanya sedang menunggu makan malam."

"Kau belum makan? Wah kita sehati ya, aku juga belum."

"Benarkah? Jangan lupa makan Hun walaupun kau sibuk. Nan—ini pesanan Anda—" Sehun bisa mendengar suara orang lain diujung sana.

"Kau makan diluar?" Sehun terkejut. Ia pikir Jongin sedang menunggu makan malamnya dimasak oleh ibunya.

"Iya, ibuku sedang tidak dirumah jadi aku makan sendirian diluar." Sehun mendesah lega, ia pikir Jongin makan dengan pria lain.

"Kau makan dimana? Aku akan menemanimu makan malam." Kerinduan Sehun sepertinya sudah tidak bisa dibendung lagi. Sehun akan menemui Jongin meskipun badannya lelah.

Tidak sampai tiga puluh menit Sehun bisa melihat sosok manis Jongin yang menunggunya didepan kedai tempat Jongin memesan makan malamnya. Tangan kanan Jongin menggenggam dua kotak makanan, satu untuknya dan satu untuk Sehun.

"Jongin, kau pasti sudah lapar karena menungguku." Sehun mengambil makanan yang dibawa Jongin dan menggandeng tangan Jongin. Keduanya melangkah menuju taman tidak jauh dari tempat Jongin menunggu Sehun.

"Aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu jadi aku pesankan sama sepertiku." Jongin berkata ketika Sehun membuka kotak makanan yang ia belikan. Saat Sehun berkata ia akan menemani Jongin makan malam, Jongin langsung memesan satu porsi lagi dan meminta agar makanan yang ia pesan tadi dibungkus. Tidak bisa dipungkiri, Jongin sangat senang dengan inisiatif Sehun untuk menemui Jongin saat itu juga. Berdiri menunggu Sehun selama setengah jam rasanya tidak melelahkan sama sekali.

"Tidak masalah. Aku mau makan apa saja asalkan makan denganmu." Sehun juga membukakan kotak makan milik Jongin. Wajah Jongin langsung bersemu merah, Sehun selalu bisa membuat kupu-kupu berterbangan didalam perutnya.

"Apa yang kau lakukan hari ini sampai belum makan jam segini?" Jongin bertanya setelah menelan suapan pertamanya.

"Setiap hari minggu aku selalu latihan menari, biasanya memang tidak sampai hari gelap begini." Sehun menjawab. Sepertinya Sehun sangat kelaparan, ia nyaris lupa dengan keberadaan Jongin disampingnya.

"Hmm, begitu. Aku penasaran dengan tarianmu. Kau pasti sangat keren!" Jongin berkata jujur. Sebagai seorang dancer, Jongin juga senang melihat orang lain menari. Apalagi yang menari orang setampan Sehun, pasti ia akan sangat menikmatinya.

"Setelah ini akan kutunjukkan beberapa gerakan." Sehun berkata dengan mulut penuh. Dengan cepat Sehun mengunyah makanannya dan bersiap-siap untuk menari.

"Sungguh? Kau mau melakukannya? Disini?" Jongin kaget. Ia tidak menyangka Sehun benar-benar akan menunjukkan tariannya sekarang. Ditengah taman yang cukup ramai.

"Kenapa memangnya?" Sehun bingung. Tadi Jongin kan ingin melihat tariannya, tapi kenapa sekarang malah terlihat kaget begitu?

"Ini kan ditempat umum Sehun! Kau mau diperhatikan banyak orang?" Jongin mendesis. Sehun memang sering tampil didepan umum, jadi sepertinya menari satu atau dua menit ditempat terbuka seperti ini bukanlah hal yang memalukan untuknya. Berbeda dengan Jongin yang pengalaman menarinya belum sebanyak Sehun.

"Hehe, baiklah." Sehun duduk dan menyuapkan makanannya lagi.

"Bagaimana jika kau ke apartemenku? Kau bisa menunjukkannya padaku." Usul Jongin. Sehun hanya mengangguk semangat tanda setuju. Keduanya segera menghabiskan makan malam mereka. Keduanya tidak sadar jika berduaan didalam apartemen yang sepi bisa berbahaya, apa lagi mereka berdua adalah dua remaja normal yang memiliki hormon meledak-ledak.

"Wah kau benar-benar sendirian." Sehun berkomentar bodoh. Jongin memang sudah memberi tahu Sehun jika ia sendiri dirumah karena kedua orang tuanya keluar kota dan akan kembali lewat tengah malam nanti.

"Maksudku apartemenmu besar sekali, jadi semakin terasa jika kau sedang sendirian." Sehun memperjelas maksudnya setelah mendapat tatapan bingung dari Jongin.

"Begitulah, ayah dan ibuku sangat sibuk. Jadi aku sering sendirian dirumah."

"Apa kau tidak kesepian?"

"Kadang-kadang, tapi aku senang karena aku bisa tidur selama yang aku mau tanpa omelan ibuku. Hehehehe." Jongin tersenyum menggemaskan. Sehun menahan dirinya untuk tidak mencium Jongin yang makin lama semakin lucu dimatanya.

"Duduklah dulu, akan aku ambilkan minum." Jongin menunjuk sofa ruang tengahnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambilkan Sehun soda dingin.

"Apa kau ingin melihatku menari sekarang?" Sehun bertanya antusias. Tidak sabar memamerkan keahliannya didepan orang yang ia suka. Sehun ingin membuat Jongin semakin tergila-gila padanya.

"Tentu saja. Akan aku putarkan musik." Jongin menyalakan televisinya dan mengubah modenya menjadi pemutar musik. Beberapa saat kemudian ruang tengah apartemen Jongin dipenuhi suara musik beritme cepat. Sehun hanya membutuhkan beberapa detik untuk menghayati lagu dan mulai menari.

Sehun mengerahkan seluruh kemampuannya, seolah ini adalah lomba menari tingkat internasional dan Jongin adalah jurinya. Jongin sendiri nyaris tidak berkedip melihat tarian Sehun. Sangat bagus, sangat bertenaga, sangat seksi. Itulah pendapat Jongin tentang tarian Sehun. Tiga menit rasanya kurang bagi Jongin untuk melihat tubuh Sehun meliuk-liuk hebat didepannya. Jongin tidak menyangka Sehun bisa menari seseksi itu.

"Hosh…hosh…ba-bagai-mana?" Sehun terengah-engah. Tangannya langsung menggapai kaleng soda diatas meja.

"K-kau benar-benar hebat." Jongin menjawab dengan wajah memerah. Pikiran Jongin melayang kemana-mana. Apa Sehun juga seseksi itu jika berada diatasnya? Jongin malu sendiri karena sudah berpikir macam-macam, padahal baru sehari mereka berkencan.

"Benarkah? Boleh aku melihat tarianmu?" Sehun ganti meminta Jongin untuk menari untuknya.

"Uh, aku tidak mau. Tarianku tidak sebagus milikmu." Jongin merajuk. Malu menari didepan Sehun, jika Sehun menganggap tariannya biasa saja bagaimana?

"Buktikan dulu. Aku tidak akan tahu dan tidak peduli kau menari sebagus apa." Sehun mendesak Jongin untuk menari. Dia ingin segera melihat tubuh seksi Jongin menari didepannya.

"Baiklah, sebentar saja tapi ya. Kau yang pilihkan lagunya." Jongin berdiri dan meregangkan badannya. Sehun sibuk memilih lagu dan pilihannya jatuh pada lagu bertempo pelan. Sehun bisa membayangkan Jongin menari erotis didepannya dengan pilihan lagunya.

"Ya! Kenapa lagu seperti ini?" Jongin wajahnya memerah. Jika lagunya seperti ini, maka tariannya akan menjadi…uhm…begitulah.

"Sudahlah, aku inginnya lagu yang ini." Sehun tersenyum usil.

Jongin memberengut sebentar lalu mulai menari. Belum satu menit Jongin menari, Sehun sudah berkeringat. Seharusnya kan Jongin yang keringatan, bukan Sehun. Detik demi detik berlalu, gerakan Jongin makin lama makin menggoda. Sehun rasanya seperti melihat tarian striptase, hanya saja tanpa membuka-buka baju. Berarti bukan tarian striptase dong Hun?

Sehun merasa celananya makin lama makin ketat. Ditelannya ludah berkali-kali, berusaha menahan dirinya agar tidak menyerang pemuda didepannya. Sehun adalah remaja yang sehat, ia sesekali nonton film dewasa dan mencari-cari info diinternet seputar seks. Dan kali ini rasanya seluruh film dewasa yang pernah ia tonton berputar dikepalanya, hanya saja tokoh film dikepalanya adalah dirinya dan Jongin.

Jongin sendiri sebenarnya juga sudah merasa terbakar, badannya sudah panas menahan nafsu. Dia tahu tariannya akan membangunkan singa yang tertidur, namun dia tetap menari. Jongin ingin singa itu menerkamnya.

BRAKK!

Jongin terjatuh ke atas karpet berbulu tebal. Keinginannya terwujud. Sehun tiba-tiba berada diatasnya, menindih dan menciumnya liar. Bukan ciuman malu-malu seperti kemarin malam. Ciuman kali ini menuntut, basah dan penuh nafsu.

"Kau sengaja menggodaku ya?" Sehun bertanya disela-sela ciumannya. Suara Sehun sudah berubah, tidak lagi hangat dan ceria. Jongin diam saja, dia terlalu sibuk membalas ciuman Sehun.

"Jawab aku." Sehun menuntut jawaban sebelum menyerang kembali bibir Jongin. Bagaimana Jongin bisa menjawab jika bibirnya kau bungkam seperti itu Hun? Jongin hanya mengangguk sebagai jawabannya, dan itu membuat Sehun lebih liar lagi. Ternyata Jongin memang menggodanya, dan dia berhasil. Pertahanan Sehun runtuh.

"Kau akan menerima akibatnya Jong." Sehun tidak lagi mencium bibir Jongin, tapi kini ia menggigit dan menjilat seluruh permukaan leher Jongin.

"Hhh…Se-sehun…ughhh…" Jongin mendesah lirih. Baru kali ini ada yang menyentuhnya seintim ini, dan Jongin suka itu. Bibir Sehun dilehernya membuat adik kecil Jongin mengeras dengan cepat. Seluruh tubuh Jongin rasanya seperti jelly, tidak berdaya dan hanya bisa mengikuti permainan Sehun.

Mendengar desahan Jongin, nafsu Sehun seperti api yang dituang bensin. Semakin panas, semakin membara. Bukan hanya bibirnya saja yang bermain ditubuh Jongin. Kedua tangannya sudah ada didalam kaus yang Jongin kenakan, meraba seluruh permukaan tubuh atas Jongin. Punggungnya, perutnya dan yang terakhir dadanya. Dua tonjolan kecil itu dimainkan dengan cepat menggunakan tangannya. Diremas, dicubit, ditarik. Semua yang Sehun lakukan menambah kadar panas dalam permainan mereka. Belum lagi desahan Jongin yang terus-terusan memanggil nama Sehun dengan seksi, badan mereka rasanya seperti terbakar.

Tangan Sehun semakin berani memainkan dua tonjolan itu ketika tubuh Jongin melengkung ke atas, seolah memberikan dirinya untuk Sehun. Bibir Sehun berhenti memberi tanda pada leher Jongin yang sudah penuh dengan gigitan dan hisapan. Tangan Sehun dengan cepat menyingkap kaus Jongin keatas dan menggigit bulatan cokelat menggemaskan itu.

"Angghh…Hun..lagi…please..hhh…ahhh.." Sehun menggigitnya semakin keras, dan bulatan satunya ia cubit sekeras mungkin.

"Ahhh…Sehhunhh..ahh..hhh.." tubuh Jongin menggeliat kepanasan. Hanya rasa nikmat yang Jongin rasakan, tidak ada rasa sakit sama sekali dengan perlakuan kasar yang Sehun berikan padanya. Melihat Jongin yang sama sekali tidak kesakitan membuat Sehun berapi-api, sepertinya mereka memiliki selera seks yang sama.

Jongin mendorong tubuh Sehun sekuat tenaga, membuat Sehun berada dibawahnya. Tangan Jongin meraba perut berotot Sehun dengan acak, membuat pemiliknya mengerang. Sehun memberi isyarat agar Jongin mendekat. Tidak berapa lama kemudian Jongin dan Sehun sudah berciuman panas lagi. Tangan mereka saling bergerilya kedalam kaus lawan main masing-masing. Membuat ciuman mereka berantakan dan saliva menetes dimana-mana.

"Hhh..shit..kau seksi sekali Jonghh…ahhhh…"

Desahan keduanya semakin keras ketika Jongin dengan sengaja menggesek pinggul mereka. Keduanya sudah sangat keras dan berkeringat, bahkan mereka masih mengenakan pakaian lengkap. Jongin yakin jika sebentar lagi ia akan mengeluarkan cairan precum.

Jongin semakin gencar menggesekkan pinggulnya untuk mendapatkan kenikmatan. Wajah seksi Jongin benar-benar membuat Sehun kehabisan kata-kata. Beberapa saat yang lalu Jongin didepannya masih Jongin yang malu-malu dan menggemaskan, tapi kini Jongin sudah berubah menjadi kucing liar. Menggesekkan kemaluan mereka untuk mendapatkan kenikmatan dunia.

Sehun ingin memberikan kenikmatan lebih pada Jongin. Ia mulai menjilat dan menggigit dada Jongin. Benar saja, Jongin bergerak semakin liar dan mendesah semakin keras.

"Huhh…anghh…hhh…Sehun…Sshhehunhh…." Sehun senang dengan Jongin yang mendesah seksi seperti ini apalagi dia yang membuatnya mendesah seperti ini. Tangan Sehun meremas pantat Jongin. Membuat gesekan mereka semakin keras, semakin cepat.

"Jong aku tidak tahan lagi." Sehun mendorong tubuh Jongin agar berbaring di karpet, tangannya meremas tonjolan diselangkangan Jongin.

"Ahhhh…Janganhhh…diremashhh…ahhku bisa keluarhh…" Jongin berusaha memberontak, namun percuma. Sehun meremas dan memijat tonjolan itu semakin intens. Bibir Jongin memang meminta Sehun untuk berhenti, tapi pinggulnya naik turun sesuai irama remasan tangan Sehun. Kepala Jongin bergerak ke kanan dan ke kiri. Nikmatnya sungguh luar biasa. Celananya pasti sudah basah karena precum. Nama Sehun sudah menggema diseluruh ruangan, erangan Jongin semakin keras ketika ia semakin dekat dengan puncaknya.

Bip. Bip. Bip. Bip.

Suara tombol kode pengaman dipintu masuk. Jongin dan Sehun sontak mengehentikan kegiatan mereka. Jongin melihat jam dinding, masih pukul sepuluh malam. Bukankah orang tuanya baru akan kembali lewat tengah malam nanti? Siapapun itu Sehun dan Jongin merapikan baju mereka sebisa mungkin.

"Jongin?" Suara seorang wanita.

"I-ibu? Kau sudah pulang? Kenapa cepat sekali?" Jongin bertanya gugup, nyaris saja perbuatan nistanya diketahui oleh sang ibu.

"Ibu dan ayah mendapatkan tiket untuk pulang lebih cepat, jadi—lho ada tamu ya? Apa kau teman Jongin?" Ibu Jongin kaget melihat sosok lain diruang tengahnya.

"I-iya bibi. Sa-saya Sehun." Sehun membungkukkan dirinya dalam-dalam. Sedikit merasa bersalah pada wanita tengah baya didepannya karena ia nyaris menodai putranya.

"Begitu. Sayang, ada teman Jongin disini." tidak lama kemudian pria yang umurnya tidak terpaut jauh dari ibu Jongin masuk keruang tengah.

"Siapa namamu Nak?"

"Sehun, paman." Sehun menjawab sopan.

"Bibi, paman, saya pamit pulang dulu." Sehun tiba-tiba memohon diri.

"Kenapa? Disini saja. Apa karena kami datang lalu kau jadi terburu-buru pulang?" Ibu Jongin kaget dengan sikap Sehun yang tiba-tiba menjadi terburu-buru. Bagaimana tidak terburu-buru, Sehun punya urusan untuk diselesaikan sebelum tidur malam ini.

"Ti-tidak bibi. Bis sebentar lagi akan selesai beroperasi, jadi saya harus segera pulang." Sehun kembali membungkuk sopan.

"Baiklah kalau begitu." Ibu Jongin tersenyum lembut.

"Selamat malam bibi dan paman." Sehun segera keluar ruang tengah diikut oleh Jongin.

"Jo-jongin aku pulang dulu." Sehun dengan canggung mengucapkan pamitnya. Rasa malunya baru sekarang muncul, bagaimana ia bisa tadi tiba-tiba menyerang Jongin sekasar itu? Tapi Jongin lebih malu lagi. Jongin dengan jujur mengaku jika ia menggoda Sehun, dan tadi ia sangat liar. Seperti bukan dirinya saja. Jongin memiliki sedikit rasa takut jika Sehun tiba-tiba tidak ingin berkencan lagi dengannya karena sikapnya yang terlalu berani.

"I-iya. Hati-hati dijalan." Jongin menjawab kaku. Sehun mengangguk dan keluar rumah Jongin. Semoga saja ia bisa segera sampai rumah, karena Sehun akan mengalami malam yang panjang.

To Be Continue

Happy maljum chingudeul wkwk

Ff pertama author yang Rated M ._.

Maafkan author kalo kurang hot yaa, masih coba-coba hehe.

Seri ini nanti chapternya ngga banyak-banyak kok, jadi tunggu kelanjutannya ya chingudeul ^^

Mohon reviewnyaaaa ^^

Pyong!