Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Pair : Sasuke & Sakura
Genre : Romance, Fantasy
Rate : T
.
.
.
Enjoy With This Story
.
.
.
Prolog
Aku hanya bisa menatapnya dari jauh…
Tak tersentuh dan terjangkau
Dia begitu istimewa dan begiti berharga,
Dirinya begitu tenang seperti air yang mengalir…
Begitu menyatu seperti angin dengan udara yang berhembus,
Aku selalu mendengarnya… setiap detak, hembusan nafas, bahkan darahnya yang selalu mengalir dalam tubuhnya…
Menjadi sebuah shimphony yang dapat menggetarkan hati…
Akankah kau menoleh dan tersenyum manis padaku?
Akankah kau mampu untuk terus bersinar terang diantara mereka yang bercahaya?
Dan apakah takdir akan memihak kepadaku?
Aku tahu kita berbeda, tapi perbedaan itulah yang membuatmu berharga,
Biarlah takdirku melenceng dari jalur kebenaran,
Biarlah hidupku ini seperti sebuah bayang-bayang…
Aku rela asalkan aku selalu bisa menatapmu dengan perasaan,
Aku rela asalkan aku masih berdiri dengan penuh cinta dan kenangan…
Angin berhembus dengan sepoi-sepoi. Angin musim gugur menerbangkan tiap dedaunan yang jatuh dan mengering. Harum dedaunan dan bunga-bunga kering jelas tercium. Dibawah guyuran kelopak bunga sakura yang gugur, terlihat seorang gadis cantik dengan surai merah muda panjangnya yang berkibar. Ujung rambut gadis itu terjatuh dengan halus menyentuh punggungnya. Bola mata sewarna batu emerald menatap takjub guguran bunga sakura yang memenuhi jalan. Tangan lentiknya terulur menangkap sebuah kelopak sakura. tersenyum tipis, gadis itu lalu menerbangkan kembali kelopak bunga sakura yang ia tangkap. Tubuh langsingnya yang memakai sebuah gaun selutut berwarna putih tanpa lengan ditutupi dengan sebuah blazer berwarna coklat memutar-mutar layaknya anak kecil. Ia tak pernah sebahagia ini, musim gugur merupakan musim yang sangat indah baginya. Dapat melihat guyuran bunga sakura benar-benar sangat menyenangkan. Gadis itu akan ikut menari bersama kelopak sakura yang terbawa angin dan jatuh menimpanya. Hanya itu lah yang mampu membuat gadis cantik itu menampakkan senyum manisnya walaupun sangat tipis.
Tiba-tiba gerak tubuhnya berhenti dan diam mematung. Mata sewarna batu emerald miliknya tiba-tiba menjadi sendu. Gadis itu menengadahkan kepala merah jambunya menatap pohon sakura yang menjulang. Menghela nafas seolah putus asa, gadis itu kembali memandang sebuah objek yang membuatnya terhenti dari kegiatan rutinnya setiap musim gugur tiba. Netranya kembali menatap sendu seorang pemuda yang tengah duduk di bawah pohon sakura yang lain yang tak jauh darinya. Rambut emo pemuda itu bergerak liar mengikuti arah angin. Rambut yang tersisa di kedua sisi wajahnya juga turut menari nakal menggelitik kulit wajahnya yang putih. Mata pemuda itu terpejam menyembunyikan sepasang onyxnya yang sekelam malam. Hidung mancungnya, garis wajahnya, bibir tipisnya, hingga cara dia menghembuskan nafas, semuanya terekam dengan jelas oleh gadis cantik bersurai merah muda yang bernama Senju Sakura. Dia –Sakura masih terus menatap dalam diam sosok yang sudah 2 musim gugur ini selalu ia perhatikan. Sosok pemuda tampan berperawakan tegap dan gagah. Pemuda dari klan Uchiha yang selalu datang duduk di bawah pohon Sakura setiap sorenya. Pemuda yang telah mencuri seluruh perhatian dari gadis cantik bernama Senju Sakura ini. Tapi sekalipun Sakura tertarik dengan pemuda itu, dia tak pernah sekalipun bertegur sapa. Saling memandang pun sepertinya hanya dirinya saja yang memandang pemuda itu. Pemuda itu sendiri? Tidak. Pernah sekali Sakura mencoba menyapanya tapi hasilnya nihil. Pemuda itu hanya memandang lurus kedepan dan terus melangkah menghiraukan sapaan dari Sakura. Alhasil, Sakura hanya bisa menunduk sedih. Usahanya untuk berbicara dengan pemuda yang ia sukai gagal. Dan sejak saat itu, ia –Sakura memutuskan untuk tetap diam dan memandang pemuda yang ia sukai dari kejauhan.
'Drrrttttt Drrrtttt Drrrtttt'
Getaran ponsel yang ada didalam tas kecil yang dibawanya menyadarkan Sakura dari sekilas flashback yang dia ingat. Tangan lentiknya lalu masuk kedalam tas selempangnya dan meraih ponselnya yang terus bergetar. Dengan menyentuh tombol hijau, Sakura lalu mendekatkan smartphone miliknya kearah telinga.
"Moshi-moshi Yamato-jiisan…ada apa?" tanya Sakura pada orang yang tengah menelponnyaa.
"Souka…ha'I ha'I wakatta sebentar lagi aku akan pulang. Ya…jangan khawatir aku baik-baik saja.."
Mematikan sambungan teleponnya, Sakura segera memasukkan kembali smartphone berwarna putih miliknya kedalam tas. Menghela nafas pendek, ia lalu mengalihkan pandangannya kembali melihat pemuda yang sejak tadi ia perhatikan. Pemuda itu masih dalam posisi yang sama. Diam tak bergerak dengan sebelah kaki terangkat untuk menjadi sandaran lengannya. Matanya senantiasa terpejam. Hembusan nafasnya teratur. Aroma mint yang terbawa angin jelas tercium oleh Sakura. Aroma pemuda itu benar-benar sangat membuatnya nyaman. Pergerakan kecil dari jemari pemuda itu tak luput Sakura perhatikan. Emerald miliknya seolah rakus akan segala apa yang ada pada pemuda itu. Raut wajah Sakura berubah tatkala pemuda yang sedari tadi terpejam, akhirnya membuka kelopak matanya dan menampakkan sepasang obsidian yang kelam namun sarat akan emosi. Melihat pemuda itu beranjak berdiri, Sakura dengan cepat menyembunyikan tubuhnya di balik pohon Sakura. pemuda itu berjalan tenang dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Mantel hitam yang pemuda itu kenakan berkibar lembut terkena angin. Raut wajah pemuda itu tak menunjukan ekspresi apapun hanya datar dan dingin. Melihat pemuda itu yang berjalan kearahnya, Sakura semakin menyembunyikan dirinya. hembusan nafas lega keluar begitu saja dari bibir Sakura kala melihat pemuda itu telah melewati pohon tempat ia bersembunyi. Melihat punggung tegap pemuda itu dari belakang sembari besandar pada pohon, Sakura mengangkat kedua tangannya yang ia satukan tepat di depan dadanya. Pandangannya tiba-tiba terhalang sesuatu. Perlahan, air mata mengalir dari sudut matanya dan membasahi pipi mulusnya hingga jatuh menetes. Mata emeraldnya kini sudah sepenuhnya diselimuti kabut air mata. Entah kenapa ia selalu meneteskan air matanya ketika pemuda itu pergi. Ia sungguh tak paham mengapa dengan perasaan absurd yang kerap kali mengganggunya. Perasaan cinta ia tahu itu. Tapi yang ia rasakan sedikit berbeda dari cinta. Perasaan yang lebih mendalam dari sekedar cinta. Perasaan yang lebih besar dari sekedar membutuhkan. Ia sadar bahwa pemuda itu sudah menjadi candu baginya. Sehari tak melihat pemuda itu, ia akan merasa sakit seolah tak mendapat tenaga. Tak usah bertegur sapa, tak usah berbicara, dan tak usah saling tatap. Hanya dirinya saja yang menatap, itu sudah sangat cukup baginya.
"Sasuke…."
-SakuraXSasuke-
Sebuah Manshion mewah berdiri megah diantara rimbunnya pepohonan. Gerbang tinggi menjulang yang terukir symbol-symbol khusus terlihat becahaya di terpa sinar bulan. Manshion mewah dengan penerangan yang temaram seolah terlihat misterius. Tak ada aktivitas yang berarti. Manshion itu sepi dengan segala kemewahannya. Lolongan serigala terdengar seiring melangkahnya sepasang kaki jenjang berbalut highils hitam setinggi 12 cm.
'Tak Tak Tak'
Suara hentakkan dari ujung highils yang beradu dengan lantai marmer jelas terdengar. Gaun hitam panjang sosok yang tengah melangkah diantara lorong yang gelap terjuntai menyentuh lantai. Penerangan dengan obor yang tertempel rapi di sepanjang lorong tak membuat sosok itu terganggu dengan penglihatannya. Mata merah kecoklatannya terlihat bersinar merah. Rambut pirangnya yang sepanjang paha tergerai dengan indah. Bibirnya yang terpoles lipstick merah terkatup dengan angkuh. Wajah cantik sosok itu terangkat angkuh menandakan kekuasaan tinggi yang ia miliki.
"Dimana anak sialan itu Nagato…?"
Suara bagaikan lonceng mengalun dengan indah namun tajam. Seiring dengan hilangnya gema suara, muncul sosok pemuda berambut merah tua dari balik tembok. Pemuda itu lalu membungkuk memberi hormat.
"Dia ada di kawasan para manusia, Tsunade-sama…"
Wanita cantik yang dipanggil Tsunade-sama oleh Nagato menggeram tertahan. Perlahan, dia membuka mulutnya dan muncullah sepasang gigi taring yang tajam. Mata coklat madunya berubah menjadi merah seutuhnya.
"Grrrmmm…apa yang dilakukan anak sialan itu disana heh?"
"Karena seorang manusia yang mulia….Oujo-sama selalu pergi keluar untuk melihat seorang manusia…dan dia pasti akan segera tiba disini," adu Nagato dengan kepala menunduk. Sekali lagi, Tsunade menggeram marah.
"Ck, hanya karena manusia rendahan itu dia berani menentangku heh? Nagato…" panggil Tsunade dengan suara yang tertahan.
"Ya, Tsunade-sama…" mendengar sahutan dari hamba setianya, seringai kejam terukir di wajahnya yang cantik.
"Bawa anak sialan itu kehadapanku, dan beri pelajaran untuk manusia yang sudah membuatnya tertarik…"
"Ha'I, akan hamba laksanakan perintah anda Tsunade-sama…." Jawab Nagato dengan patuh. Setelahnya, Nagato kembali menghilang menembus tembok. Seringai seram Tsunade meluntur digantikan dengan wajah datar tanpa emosi. Bola mata merahnya masih bersinar diantara penerangan yang remang-remang. Dan detik berikutnya, tubuh Tsunade perlahan menghilang dengan summon kelelawar-kelelawar kecil.
.
.
.
.
.
.
Hembusan angin terasa sangat dingin. Suara-suara hewan malam mewarnai pergantian hari. Matahari yang terang tergantikan dengan cahaya purnama yang indah. Kesunyian jelas sangat terasa di sebuah manshion mewah yang terletak di tengah hutan. Hawa dingin dan gelap yang berpusat pada sebuah ruangan berpintu kayu coklat mengkilap sangat terasa menyesakkan. Disana, disebuah sofa panjang berwarna merah maroon telah duduk seorang wanita dewasa berambut pirang panjang. Tubuh sintalnya ia senderkan pada senderan sofa yang terasa empuk. Kedua kakinya saling bertumpu. Tangan kiri wanita itu berada diatas tangan sofa, sementara tangan kanannya memegang sebuah gelas anggur yang berisi cairan merah kental. Mata coklat madunya menatap santai namun tajam kepada sosok berambut merahmuda yang tengah beridiri dihadapannya. Wanita dewasa cantik yang diketahui bernama Tsunade menenggak cairan merah kental yang sedari tadi hanya ia mainkan di gelas. Cairan merah yang menempel dibibirnya ia jilat dengan gerakan sensual. Sinar bulan menembus jendela besar yang dibiarkan tak tertutup yang tepat mengarah pada Tsunade. Kulit putih mulusnya terlihat bersinar seperti Kristal terkena cahaya bulan. Tangan lentiknya lalu meletakkan gelas berisi cairan merah yang telah ia tenggak hingga tandas di atas meja kecil disamping sofa. Segala gerakan yang ia buat, tak sekalipun Tsunade mengalihkan pandangan matanya dari seorang gadis cantik berambut merah muda sebatas paha. Sepasang mata coklat madunya menatap nyalang batu emerald yang cantik. Membuat tatapan kedua wanita berdarah sama itu seolah berperang dalam tatapan dingin yang suram. Hawa permusuhan jelas terlihat mewarnai pertemuan kedua sosok yang mempesona itu.
"Kau tau apa kesalahanmu hm, Senju Sakura?" tanya Tsunade kepada Sakura yang masih diam.
"Aku tak melakukan kesalahan apapun Senju Tsunade-sama…"jawab Sakura dengan penekanan di kata 'Senju Tsunade-sama'.
"Hmm, benarkah? Siapa yang mengajarimu untuk berbohong? Apa manusia rendahan itu hn?" tanya Tsunade lagi dengan nada mengejek. Kedua tangan Sakura mengepal mendengar penuturan dari Tsunade.
"Atas dasar apa anda menyebut manusia sebagai makhluk rendahan Tsunade-sama?"
"Tentu saja. Dari dulu sampai sekarang pun bangsa Vampire lebih tinggi derajatnya dari bangsa manusia…"jawab Tsunade dengan sebuah dengusan diakhir kalimatnya.
"Anda salah…"
"…." Mendengar bantahan Sakura, Tsunade hanya diam dan menaikkan sebelah alisnya.
"Dari dulu sampai sekarang, vampire dan manusia adalah sama. Sama-sama tinggal didunia dan bertahan hidup, sama-sama diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki banyak emosi, dan juga sama-sama makhluk yang diciptakan Tuhan…"
"Itu juga salah…. Vampire dan manusia berbeda. Vampire itu hidup lebih lama dari manusia. Manusia hanyalah sebagai makanan bagi kaum kita. Vampire adalah raja dan manusia adalah budak. Bukankah itu sudah jelas hm?" ucap Tsunade masih dengan nada yang mengejek. Sakura yang mendengarnya menjadi geram.
"Sudah seharusnya seorang putri itu dilayani oleh para kurcaci-kurcacinya…" lanjut Tsunade lagi.
"Berhenti menyebut manusia dengan nada menghina seperti itu Tsunade-sama…!" teriak Sakura sudah tak bisa menahan emosinya.
"Jangan, jangan kau mengatakan hal itu lagi. Manusia tak serendah yang kau pikirkan !"
"Cih, kenapa kau membela manusia Sakura? Seharusnya kau membela kaummu dan juga menuruti perkataan Kaa-san mu ini…"
"Aku tak sudi memanggilmu dengan sebutan itu..!" tatapan Tsunade menajam mendengar ucapan Sakura. Dalam satu kedipan mata, Bola matanya telah berubah menjadi merah darah. Taring runcing khas vampirnya keluar.
'PRANGGG'
Jendela kaca besar yang ada tepat di belakang sofa tempat Tsunade duduk tiba-tiba hancur berkeping-keping. Cahaya hitam menyelimuti tubuh Tsunade. Dengan secepat kilat, Tsunade telah berdiri 1 langkah didepan Sakura. Pandangan mata emerald milik Sakura berubah menjadi semerah darah. Matanya terus menatap Tsunade tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Kau akan menyesal mengatakan hal itu anakku…"
"Apa maksudmu?"
"Uchiha Sasuke eh? Sepertinya sedikit bermain-main dengannya mungkin bisa menjinakkanmu…bukankah itu menyenangkan?" tubuh Sakura menengang seketika kala mendengar dari Tsunade yang notabennya adalah ibunya. Mata merah milik Sakura berkilat marah.
"Kau ! jangan kau sentuh dia…!"
"Benarkah? Kenapa kau tidak mengatakannya sedari tadi hm? Mungkin sekarang sudah terlambat…" seringai kemenangan tercetak dengan jelas di wajah cantik Tsunade yang sudah berumur 500 tahun. Tangan lentiknya lalu terangkat hendak menyentuh helaian merah muda milik Sakura yang menjuntai namun tangan lain milik Sakura menepis kasar.
"Kau Brengsekk ! aku benar-benar MEMBENCIMU !" ucap Sakura membentak. Setelah mengatakan itu, tubuh Sakura menghilang berubah menjadi helaian kelopak sakura berwarna hitam yang tertiup angin dan terbang keluar melalui jendela. Wajah Tsunade menunduk sehingga sebagian wajahnya tertutupi poni panjangnya. Namun seringai mengerikan senantiasa terpampang di wajahnya. Bahu Tsunade tiba-tiba bergetar. Ledakan tawa dari bibir merahnya memenuhi ruangan yang hanya berisi sebuah meja , sebuah sofa dan sebuah rak buku. Lolongan serigala malam menyahuti perkataan ambigu Tsunade.
"Hahahaha, ya ya, bencilah….bencilah aku seperti itu Anakku…hahahaha"
.
.
.
To Be Continued...
-SakuraXSasuke-
Aaaaaaaa~...minnaaa~...(#prangggg) kenapa saya malah lari dari Secret Ghost dan malah publish cerita baru? uwaaaa, tangan saya gatel pengin ngepost ini fanfic...:3. dan untuk secret ghost masih dalam proses kok..hehe. kehabisan ide buat secret ghost..T.T. dan alhasil, taraaaa~...Fanfic baru dengan tema vampire...hehehe. dan buat yang nunggu secret ghost. doakan saya biar minggu depan bisa updet ne minna...arigatou.
akhir kata, REVIEW PLEASE !
