"Remember Me"
'
Chapter 1
'
Author by : Ochandy/Ananda
'
Disclaimer : ©Boboiboy All Elemental and Friends
(Boboiboy hanya milik Monsta/Animonsta Studio)
Cerita ini milik Ocha sepenuhnya *smile devil...
'
Rate : T
'
Genre : Romance, Family, Friendship, Drama
'
Warning : Cerita GaJe, OOC tingkat Internasional, Absurd, Abstrak, Aneh, GaNyam, Typo(s) dan kawan - kawan...
'
Ciaat... Ocha balik lagi bawa fanfic baru (?) yang diperbarui karena terlalu lusuh di Facebook (soalnya gak ada yang respon) *kasihan* jadi Ocha post ulang disini. Nampaknya post cerita Ocha ni banyak yang kadaluwarsa (kebanyakan udah dipost di Facebook duluan). Ocha mintak maap jika sudah ada yang pernah baca *pundung. O iya terimakasih buat yang nge-reviews cerita Ocha *bungkuk-bungkukin badan, terimakasih juga kritik sarannya, terimakasih juga segala macamnya. Cerita ini terinspirasi dari beragam fic yang Ocha baca (Ananda : kasih gue kesempatan ngomong :'v ) Oke kini giliran si Ananda aja deh. Nah seperti yang dibilang Ocha tadi fic ini juga terispirasi dari beragam judul film. Karena ocehan kami berdua gak bermutu kami undur diri *lari kesembarang tempat.
'
Oke kelamaan...
'
***** CEKIDOT *****
Pendahuluan...
Disaat semua orang menikmati keindahan dunia sedangkan dirimu? Hanya termangu dalam bayangan kelabu nan suram tanpa warna. Tidak diakui semua orang, dipandang sebelah mata, kurang kasih sayang dan hal lainnya. Terkadang, aku merindukan kehidupan normalku yang dulu, sebelum takdir merubahnya secepat ini.
Cinta? Mana ada orang yang akan mencintaiku setulus hatinya, menerima kekuranganku, mengkhawatirkanku? Yang benar saja, ini bukan negeri dongeng yang dimana nantinya akan ada seorang pangeran berkuda jatuh hati padamu, menikahimu dan hidup bahagia selamanya.
Keinginanku hanya satu, jika nanti aku pergi kuharap tak seorangpun yang melupakanku... WALAUPUN AKU TAHU ITU MUSTAHIL
~Ochandy/Ananda~
Remember Me Chapter 1
Smp 1 Jaya Pulau Rintis.
Author POV...
"Ayo Halilintar... Semangat... Semangat... Semangat... Kalahkan dia!" suara cempreng gadis keturunan China berkacamata bundar ini menggelegar di dalam Aula sekolah. Kurasa dari tadi hanya suara dia yang paling cetar dari tadi.
Yap namanya Ying, gadis berperawakan tinggi dan manis ini terus meneriaki nama sahabat karibnya sejak dulu, Halilintar. Salah seorang dari Grup eh bukan saudara "Boboiboy" yang memiliki 4 saudara kembar. Pria beriris ruby manik ini sangat jago 'Berkarate' dan lihat! Sekarang dia tengah bertanding di tengah Aula dengan lawan yang cukup berat, maklum saja ini Kejuaraan Masional Antar Remaja.
"Ayo Halilintar... Pukul dia, terus semangat..." sorak Ying semakin heboh. Pria berkacamata nila disampingnya hanya tutup telinga sambil geleng-geleng kepala.
"Ayolah Ying, bisakah kau diam sebentar? Gendang telingaku hampir pecah tau..." rutuknya kesal, Ying hanya menoleh sekejap lalu kembali berteriak.
"Ayo Halilintar, buktikan kau yang Terbaik dari yang Terbaik... Go Hali... Go... Hali Go..."
"Ya elah Fang, ini pertandingan NASIONAL jadi kita harus menyemangati Halilintar" ujar gadis ini kembali duduk sambil meneguk minuman kaleng yang sedari tadi digenggamnya.
"Lihat sana, saudara kembarnya saja sangat bersemangat pakai poster segala lagi... Masa kita kalah dengan mereka" tunjuk Ying ke bangku sebelah depan tepat dihadapan mereka.
Empat orang di seberang sana terus menyemangati kembaran mereka tersebut.
Pria beriris coklat karamel itu rada-rada stres melihat adiknya yang sesekali terkena pukulan lawan. Nama pria itu Gempa, orang bijaksana ini sesekali menyipitkan mata karena rasa ngeri yang menjalar ditubuhnya.
'Astaga, bertanding saja seperti ini, apalagi kalau marah... Pantas saja Taufan babak belur kalau mengerjainya' batin pemuda ini tersenyum miris sambil terus memegangi topinya yang dipasang terbalik.
"Ayo Halilintar... Adikku yang paling ganteng, yang paling tampan buktikan kalau kau bisa mengalahkannya... Lawan terus..." oke kita beralih ke pria disamping Gempa. Taufan, pria beriris biru shapire ini seperti Team Kreatif dalam sebuah program televisi. Dia membawa spanduk bertuliskan "HALILINTAR SEMANGAT... KAMI MENDUKUNGMU" sambil menyemangati para Fans-girl mereka yang semakin bergemuruh.
"Berisik bodoh!" gerutu Halilintar sambil menatap Taufan sengit. Sang kakak kedua hanya menulikan telinga dan melanjutkan aksinya yang seperti orang demo minta naik gaji.
Pria dengan topi miring ke samping ini terus-menerus berteriak menyemangati adiknya. Bahkan atau Mungkin otaknya pun hampir miring seperti topi yang ia kenakan.
"Ayo Kak Halilintar... Api mau kak Hali menang... Ayo, ayo, semangka...!" pria bermata jingga disamping Taufan ini terus menyerukan nama kakaknya.
"Semangat kali..." ralat pria beriris biru aquamarine ini sambil menghadiahkan sebuah jitakan di kepala saudaranya itu.
"Sakit tau!" bentak Api berlinang air mata. Ya namanya Api pria berkarakter kekanak - kanakkan dengan gelar 'PRINCE CHILD' ini langsung menangis sekencang-kencangnya.
"Udah gede masih aja nangis" dumel pemuda disampingnya. Air namanya, pembawaannya tenang, super pendiam, kategori tidur - kebo, kalem tapi hati - hati pria ini diam-diam juga menghanyutkan loh. Namun karena hari ini, kakak kesayangannya si Petir Merah sedang bertanding dia akhirnya bersumpah bakalan ngomong sehari penuh.
"Ayo kak Halilintar... Jangan dengarkan tangisan kak Api yang seperti kuali pecah itu" soraknya. Api menoleh ke arahnya sekejap lalu...
"Hwua... a... a... Kak Gempa, kak Halilintar, kak Taufan... Air mengejekku kuali pecah! Hwua.. a.. a.." tangisnya semakin menjadi-jadi.
Kakak-kakaknya yang lain hanya melihat sebentar dengan tatapan sekarsetik pula -_- lalu kembali menonton pertandingan Halilintar tanpa mempedulikan adiknya yang menangis.
"Cacingan deh kak Api... Gak di perhatiin lagi... Hwue... E... E..." cemooh Air meniru tangisan kakaknya itu.
"Hiks... Hiks... Hgh... Hiks..." Api berusaha menahan tangisnya sambil menggigit bawah bibirnya.
"Cup... Cup... Cup... Kakak ku yang imut, seperti marmut yang bersungut, berbulu lembut, yang tak pernah kusut, tapi macam tapak kasut... Janganlah menangis..." Air memeluk Api sambil mengelus kepalanya. Walaupun diam - diam menghanyutkan, pria ini tetap sayang dengan kakaknya yang 'abnormal' alias lain dari yang lain.
Pletak...
Sebuah jitakan keras mendarat manis di kening Air yang mulus, hingga menimbulkan sebuah benjolan kecil nan memar disana.
"Ish... Kau kira aku anak kecil apa? Ngapain peluk - peluk? Dasar MAHO!" Pemuda bermata jingga ini mendorong Air hingga tersungkur.
"What? Maho?!" jiner Air membatu, tak bergerak dengan background muram durja dipenuhi aura hijau lumut kehitaman.
"Kakak jahat! Nuduh orang sembarangan! Hwueee... hiks.. hiks..." kali ini Air yang menangis.
~Remember Me~
Okey kita kembali lagi ke tempat Ying dan Fang...
'Bisakah sekali saja Ying, kau seperti ini saat aku tanding basket?' Fang membatin sambil menopang dagunya dengan kedua tangan dan terus memandangi Ying, gadis yang dari dulu disukainya namun, sepertinya gadis itu mencintai orang lain.
"Pemenangnya adalah... Halilintar dengan nilai 200 point"
Suara MC menggelegar dari Aula.
"Yeyeyelalala... Yeyeyelalalala... Halilintar... Halilintar..." sorak riuh para murid Smp disana memenuhi seisi ruangan.
Pria beriris ruby ini berdiri di tengah podium sambil memamerkan medali dan piala yang diberikan juri padanya.
Prok... Prok... Prok... Fiw... Uit...
Tepuk tangan bergemuruh dari dalam Aula.
~Remember Me~
"Wah Halilintar... Kau menang lagi..." gadis berkacamata bundar ini berlari menuju ke tempat pria yang masih dibanjiri keringat.
"Hei Ying... !" pria ini merentangkan tangannya menyambut sahabat sejatinya dalam pelukannya. "Halilintar..." Ying langsung memeluknya erat.
Fang yang masih terduduk di bangku penonton menatap miris ke pemandangan yang terpampang nyata dihadapannya. Api cemburu memenuhi rongga dadanya yang semakin sesak. Dipalingkannya wajah ke sembarang arah berharap tak lagi melihat pemandangan menyakitkan itu.
Ying dan Halilintar meregangkan pelukan mereka.
"Ih... Asem, kayak sayur basi... Nih..." gadis keturunan China ini menyodorkan sebuah handuk kecil berwarna merah untuk pemuda tersebut.
"Terimakasih..." Halilintar segera mengelap peluh yang bercucuran di tubuh atletisnya.
"Wah memang hebatlah saudara kita ini..." empat saudara kembarnya datang entah dari mana.
"Ini..."
Hap...
Secepat kilat Halilintar menangkap botol minuman yang di lempar Air ke arahnya.
"Terimakasih... Ini untukmu" Halilintar melempar pialanya ke Air.
Hap...
"Wah... Bagusnya..." saudaranya yang beriris biru aquamarine ini memandangi piala kejuaraan itu secara seksama.
"Kau sehabis menangis Air?" selidik Halilintar. "Egh? Anu... emh..." nampaknya Air sedang kelabakan mencari alasan.
"Iya habis nangis, berantem sama Api" sahut Gempa. Mendadak saja aura yang terpancar dari tubuh Halilintar berbeda. Semua orang hening karena aura itu dipancarkan untuk Api dan Air jika diterjemahkan (?) aura itu berbunyi "CEPAT JELASKAN KENAPA KALIAN BERANTEM LAGI"
"Itu kak, tadi pas Api semangatin kakak hiks... hiks... Api salah bilang terus dijitak sama Air, sakit... Abis itu Api nangis terus dikatain mirip kuali pecah, terus endingnya Api diledek kayak tapak kasut" Api memeluk Halilintar, ya meskipun cuma berbeda sekian menit tapi Api tetap merasa dirinya yang paling kecil. Dia bahkan tak terima saat mengetahui umur Air 5 menit lebih muda dari umurnya.
"Air jelaskan..." titah pemuda beriris saga ini.
"Iya semua gara-gara Air... Tapi saat Air hibur kak Api, dia ngatain Air Maho hiks... hiks..." Air cemberut lima senti.
"Baikan..."
"Tapi kak..."
"Sekarang atau..." Halilintar menggantungkan kalimatnya sambil mempelototi adik-adiknya.
"Maafkan aku Api"
"Maafkan aku Air"
"Hwuee... Aku salah maaf"
"Hwuaa... Aku juga salah maaf"
"HWUAAA..." mereka berdua berpelukkan berlinang air mata. Oke abaikan scene yang terlalu lebay ini.
"Ciaelah... Ying asik berduaan nih ?" goda Taufan menyeringai.
"Gak kok..." pipi gadis ini langsung merona.
"Ciye... Ciye..."
"Kak Gempa..."
"Ya.."
"Nanti sore kita ke Yayasan itu..." Halilintar mengingati janji kakaknya tempo hari. "O.. Oke baiklah, jadi kau benar ingin menyumbangkan uang kemenanganmu ?" tanya Gempa tersenyum seraya mengacak-acak rambut adiknya itu.
"Ya.." Halilintar mengangguk perlahan sambil menepis tangan kakaknya itu.
"Aku boleh ikut ?" tanya Ying dengan mata berbinar.
"Tentu Ying..." Halilintar mengacak rambutnya.
"Siapa larang pacar kak Hali ikut.." sahut Api terkekeh. Halilintar hanya mendengus.
"Mana ada.. Kita cuma teman saja" elak Ying menahan malu agar pipinya tidak di penuhi semburat merah lagi. Sementara Halilintar diam tak menanggapi ocehan Api.
"Oi Fang kau mau ikut tidak...?" Ajak gadis ini melihat ke bangku penonton sebelah timur yang masih dihuni oleh pemuda itu. Mendengar namanya dipanggil, remaja berkacamata nila ini menoleh.
"Baiklah..." jawab Fang lesu sambil meraih jaketnya di bangku sebelah. Dia segera meninggalkan Aula Sekolah dengan raut wajah yang amat sedih.
"Si Fang kenapa?" Tanya Halilintar keheranan.
"Palingan juga di cemburu..." jawab Taufan nyengir.
"Apalah Taufan..." Ying memplototi pria disamping Gempa.
"Sudahlah ayo pulang... Mandi, beres-beres, lalu kita berangkat..." saran pria beriris coklat karamel ini.
"Ayo...!"
~Bersambung~
Ini pendek sekali -_-
Bagaimana? Holaaa ada yang miss gak? *muntah jamaah
Kyaaa akhirnya selesai juga...
Maafkan Ocha ya karena fic OMG belum di next tapi malah buat yang baru...
Silahkan reviews buat yang berkenan, kritik saran sangat diharapkan tapi gunakan bahasa yang sopan ya...
Ini fic cuma dibuat kalau mood karena itu next chapternya pasti bakalan lama...
Gimana? Menurut ane ni yak EYDnya masih salah besar, kalimatnya banyak mubazir *tak patut tak patut* berbelit belit kayak ular mungkin -_-
Hahaha pokoknya reviews ya jangan jadi silent, dark, gelap, readers yak :v
*ngomong apalah aku ini...
Sekian...
