A/n : No A/n available (Readers: …)
Title : The Puppeteer. The Spectre, and The Animatronics
Summary : Ragnarok the last boss? Nope. There are some weird things happened In Selphia. What can Frey and Lest do?
Genre : Fantasy, Action
Rating : 12+ (That means, T)
Disclaimer : XSEED Games
Warns : OC, AU, ganjen, dsb.
OTP? : No OTP available (Readers: … *senyum – senyum sendiri*)
Chapter I. Animatronics: Human or Robot?
Suatu hari yang cerah seperti biasa, adalah hari yang tidak biasa.
Si duo Earthmate yang ganjen baru beres mengalahkan Ethelbert dan Ragnarok (atau apapun itu namanya), dan tidak menemukan apapun lagi. Mereka tampaknya sudah selesai dalam urusan Rune Factory 4 ini. Tapi, dengan kuasa Author, terjadi suatu kejadian menggemparkan Norad.
Suatu mansion kosong tiba-tiba muncul begitu saja, bertuliskan 'The Dolgatari Mansion." Mereka jelas tidak tahu apa itu Dolgatari… Karena pelanggannya aja nggak sampai sepuluh. Makanya Author menghimbau reader untuk mempromosikan Fanfict – fanfict Author…
"Apaan tuh Frey? Kenapa tiba – tiba muncul mansion asing di sini?" Kata Lest sambil makan kripik.
"Ya, mana aku tahu, lah." Kata Frey acuh ngehabisin gorengannya.
"Harusnya Earthmate lebih tau, ya." Kata Pico yang ikut istirahat di depan mansion karena lelah berdagang.
"Malu – maluin aja." Kata Forte yang juga mangkal untuk ngembat pisang goreng Pico.
"Mereka punya batasannya juga, kan." Kata Dolce yang menemani Pico mangkal di sana.
"Bener tuh." Kata Frey semangat. "Kalau masalah kayak gini kita perlunya bukan Earthmate, Dwarf, atau Elf. Tapi Authormate."
"Si Racchi gadungan itu?" Tanya Pico. Nggak sopan.
"Eeeh, justru dia yang bener – bener Racchi!" Kata Lest.
"Terus, Racchi yang selama ini tinggal di sini, siapa dong?" Tanya Forte mendadak panik.
"Hantu?" Kata Pico.
"Manusia juga kali, tapi mungkin Author memberi nama yang sama." Kata Dolce .
Hening.
"Uhuk uhuk." Lest mendadak batuk. Kita semua tahu…. Kalau dia sengaja.
"Batuk pak haji?!" Teriak Pico.
Mereka semua tertawa.
"Btw, Lest, kenapa kita tidak memasuki Mansion itu aja?" Tanya Frey setelah menghabiskan gorengannya.
"Memang Venti mengizinkan kita?"
"Ya."
Setelah jeda yang cukup lama karena berpikir terlalu panjang, mereka pun sepakat untuk memasuki Mansion itu.
"Assalamu'alaikum?" Sahut Lest.
"Kami datang dengan damai." Sahut Frey.
"Gorengan bu?" Sahut Pico.
"Permisi." Sahut Forte dan Dolce.
"Sangat bersih di sini…" Kata Frey ketika menginjak Hall pertama.
"Karena belum ada yang pernah masuk, mungkin?" Kata Lest.
Mereka berjalan lumayan jauh hingga menemukan suatu tempat makan yang amat luas. Di dekat itu, terdapat seperti panggung pertunjukan.
"Tak ada apa – apa, ya?" Gumam Lest.
"Ya… Um?" Gumam Forte.
Awalnya, tidak ada apa – apa, hingga ada seorang makhluk seperti manusia berambut putih bersandar di dekat pintu masuk, berdiri dan memeluk pintu, dan menoleh ke bawah.
"Apa… itu?" Kata Forte panik.
"Hey, kau!" Teriak Lest, tapi tidak ada apapun terjadi.
"Hmm, apa kita hampiri saja dia?" Usul Dolce.
"Hiii… Aku tak mau." Kata Forte bergidik ngeri.
"Uh… Baiklah… Aku sajalah." Kata Lest.
Baru saja mereka meleng sebentar, tapi tiba – tiba orang itu sudah tidak ada.
"Ke mana dia?" Gumam Lest.
"Uh…" Forte menderih.
Tiba – tiba saja muncul orang itu di depan mereka, dan menyerang Lest secara mengagetkan.
Lest pingsan karena kaget.
"Astaga, dia bergerak?!" Kata Frey.
Setelah itu, orang itu berdiri dan menyerang mereka semua. Mereka pun membalas orang itu dengan spell. Parah.
"Kenapa spell kita tak ada yang mempan baginya?" Keluh Frey.
"Dia… spell immune." Kata Dolce.
"Percuma kita mengeluarkan RP banyak, kalau gitu kita serang secara fisik saja." Usul Forte sambil mengeluarkan pedang andalannya.
Dan, ya, serangan itu juga tampaknya tidak terlalu melukai orang itu.
"Apa?" Keluh Forte.
"Tadi itu… Suara besi?" Kata Frey.
"Kalau begitu, dia robot?" Tanya Pico.
"Tidak… persisnya bukan robot. Lihat begitu jelas 'endoskeleton' yang dia punya. Dan dia juga terlihat seperti animasi. Kita punya sebutan untuknya… 'Animatronics.'" Jelas Dolce.
"Animetronics?" Tanya Pico… Seolah dia Anime-addict.
"Anima-tronics." Kata Dolce memberi penekanan.
"Lalu bagaimana?!" Kata Frey yang dibawa pusing.
"Hmmm... Menghabiskan energinya saja?" Usul Forte.
"Mungkin saja, tapi akan lama. Kita coba saja masukkan pengganggu ke dalamnya." Kata Dolce.
Terlalu lama berbincang, tentu ini adalah kesempatan untuk animatronik itu, walau, yah, kekuatannya tidak terlalu seberapa. Tapi pertahanannya itu loh…
"Tak ada waktu lagi!" Kata Frey panik.
Frey menghantam tanah untuk membuat animatronik itu terdiam, dan waktunya untuk menyadarkan animatronik itu. Pico keluar dan menendang kepalanya. Dengan begitu (seolah manusia..) barang itu terlihat pingsan.
"Berhasil, huh?" Gumam Pico.
"Begitu saja? Kenapa…" Kata Forte bingung.
"Lest? Leest?!" Frey malah membantu Lest sadar.
"…H.. Ah… AAAAH!" Teriak Lest beberapa saat kemudian.
"Uh… syukur…" Gumam Forte.
Sementara itu animatronik yang barusan pingsan itu malah bergoyang – goyang, seolah terlihat dia sedang epilepsi…
"Rrrr… R… Raaa… raaa…" Tampaknya barang itu seolah mengalami aliran. "Ccch.. Ccccchh…"
"Apa dia bilang?" Tanya Forte.
"Apa… yang terjadi..?" Kata Lest.
"Kamu pingsan, Lest." Kata Frey. "Kalau tak salah, dia bilang 'Raaa' dan seolah berkata 'cccch?'"
"Ccchi… Ccchiii…" Suara barang itu makin tak jelas dan gerakannya makin cepat.
"Ccchi?" Kata Pico terheran.
"Uh… Suaranya nggak begitu jelas…" Kata Forte.
Sedetik kemudian, barang itu berhenti bergerak – gerak. Sesaat kemudian, tampaknya ada perubahan aura.
"Hmmm…" Katanya sambil mengangkat tangannya. Dia melihat kepada tangannya. "..? Uh…?"
"Hei..?" Sapa Frey.
"..? S-siapa?" Tanya orang itu.
"Aku Frey-" Kata Frey, namun setelah itu dia ditarik oleh Lest.
"Hey, Frey! Kenapa dia bisa berbicara?" Tanya Forte.
"Iya!" Kata Lest.
"Ya, sudah, biarkan, aku juga tak tahu!"
"Jika diperhatikan… Tak ada endoskeleton yang terlihat lagi…" Kata Dolce.
"Ah… Benar… Kok Aneh ya?" Kata Pico.
"Uh… Apa yang kalian bicarakan?" Tanya orang itu.
"Tampaknya dia tidak bahaya." Kata Frey sambil berbisik. "Aku akan pastikan."
"Hey, siapa namamu?" Tanya Frey.
"Aku… Zwill… Biasa dipanggil begitu." Katanya, Zwill. "Apa yang telah terjadi, ya..?"
Hmm… Ini seperti mengalahkan guardians saja, ketika suatu boss kalah, dia akan jadi manusia… Tapi ini malah amnesia?!
"Aku melihat wujud sepertimu, tapi terlihat seperti animatronik, kau menyerang kami…" Jelas Frey.
"Begitu…"
"Kau punya amnesia?" Tanya Lest.
"Tak ada…"
"Hmmm… Bagaimana kalau kami membawamu ke desa?" Tanya Pico.
"Uh… Ya."
Lalu kami dengan dasar ucapan Pico yang taka da persetujuannya, membawa Zwill ke luar mansion Dolgatari.
"Mansion ini familiar, ya." Gumam Zwill.
"Oh ya? Kau tahu Mansion Dolgatari?" Tanya Lest.
Ada hening yang cukup lama. Mata Zwill seolah membesar.
"DOLGATARI MANSION?! KENAPA BISA DI SINI?!" Teriak Zwill.
"Tenang, tenang.. Ada apa dengan Dolgatari Mansion?" Tanya Frey.
"DOLGATARI MANSION ITU MARGAKU!" Teriak Zwill makin horror. "KENAPA BISA MENDADAK ADA DI SINI?!"
"Hah?! Mansion ini punya keluargamu?" Kata Forte.
"IYA."
"Hmmm… Bagus! Kita bisa membawa sumber tanpa amnesia ini ke Venti!" Kata Pico.
"Pinter kau!" Kata Lest sambil menempiling Pico. "Hei, kau, supaya kamu bisa mendapat izin untuk tinggal di sini, ayo ikut kami!"
"Jangan berkata seperti mafia, Lest…" Kata Dolce.
"Hahaha…" Tawa Forte pelan.
Maka mereka membawa Zwill kepada Venti untuk dikorbankan- eh, supaya Venti bisa mendapat keterangan yang lebih jelas tentang Dolgatari Mansion yang tiba – tiba tumbuh itu.
"Salam, Ventuswill." Sapa Zwill formal.
"Anda tahu namaku?" Tanya Ventuswill heran sekali. Frey, Lest, Forte, Dolce juga.
"Anda Divine Dragon, kan? Suatu kehormatan."
"Uhhh… Ya… Jadi, aku ingin minta keterangan tentang Mansionmu itu…"
"Mana aku tahu! Yang telah kulakukan hanya mengisolasi diri di Abyss dan-"
"Abyss?!" Potong Venti sambil tercengang.
"Abyss… Uh? Ada apa memangnya?"
"Tak ada, lanjutkan."
"Dan tiba – tiba mansion itu bisa ada di sini!"
"Kau anggota Dolgatari, kan? Bisa kusebut nama anggota keluarganya dan catatannya?"
"Pertama, Cecile Dolgatari-"
"Ya, aku tahu dia, seorang ratu di sana, tapi sayang aku nggak bisa-"
"JANGAN POTONG OMONGAN ORANG DONG." Teriak Zwill. "Lalu ada orang yang dianggap kembaranku, Racchi Dolgatari. Sebaiknya aku tak menceritakan semua tentangnya."
"Kenapa?"
"He's sorrowful." Kata Zwill murung. "Terakhir, adikku Io Dolgatari. Dia memang lucu, tapi berbahaya."
"Keluargamu menyeramkan, ya." Kata Lest.
"Tak juga." Kata Zwill. "Besar kemungkinan mereka masih di mansion itu, jadi… Kupikir aku akan kembali ke sana dan membereskan semuanya."
"Kau tidak bisa! Kau tak ingat apa yang telah terjadi kepadamu?!" Teriak Frey.
"Tapi keluargaku-"
"Percayakan pada kami! Kita bisa-"
"Lha, aku juga?" Tanya Lest.
"Iya, lah! Kita bisa menangani masalah ini. Percayalah!"
"…Kalau itu maumu… Tidak. Aku telah membuat kalian terancam! Biar aku saja!"
"PERGI BARENG-BARENG AJA KENAPA, SIH." Teriak Venti.
"Kalian semua keras kepala. Kalau begitu, lakukan saja semau kalian!"
Akhirnya, semua menjadi lega. Dan, perbincangan itu berakhir.
"Aku beri tahu, ya. Di sana terdapat tiga lantai. Jelajahi tiap lantai untuk membuka ke tahap berikutnya. Di sana akan ada adik dan saudara kembarku. Temui mereka dan lakukan apa yang kau mau lakukan. Bawa mereka ke luar mansion padaku. Mengerti?" Jelas Venti.
"Uh… Ya. Jelas." Kata Lest.
"Kalau kau mau bertemu dengan adik perempuanku, usahakan kau… tidak sendiri. Kalau mau bertemu dengan saudara kembarku… Sudahlah. Aku akan pergi. Sampai jumpa."
Dia kabur dengan cepat.
"Ngomong – ngomong…." Kata Dolce. "Bukankah kalimat 'temui mereka dan lakukan apa yang kau mau lakukan' terdengar mencurigakan?"
"Apa maksudnya… tidak sendiri?" Kata Lest.
"Jangan ambigu." Kata Forte. "Ini makin rumit."
"Hari sudah mulai malam. Aku akan pulang. Sampai jumpa." Kata Frey dan dia langsung lari.
"Ya."
Mereka semua pun langsung pulang ke rumah mereka masing – masing.
Malamnya… terdapat suara lonceng kucing dan besi – besi yang bergerak – gerak…
To Be Continued
