-Stupid Love-
HunHan – SeBaek – ChanBaek
©kyeopanda
.
CHAPTER ONE
.
Lagi-lagi SMA Miracle kembali ricuh. Setelah seminggu lamanya sekolah ini tak diinjak oleh sepatu mengkilap milik putra pemilik sekolah itu, kini lelaki itu kembali memasuki gerbang sekolah yang megah dengan dua bodyguard di kedua sisinya.
Seperti biasa, ia akan memamerkan wajah tampannya yang dingin, rambut blonde-nya yang halus ditiup sepoi angin, dan berjalan angkuh dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong menuju pintu utama sekolah.
Siswa-siswa baik putra maupun putri begitu antusias dengan kedatangannya, setelah ia mendapat tugas dari orangtuanya di Hongkong selama seminggu.
Bagi para gadis di sekolah, lelaki bernama lengkap Oh Sehun itu adalah tipe lelaki idaman mereka. Hampir seluruhnya menyukai Oh Sehun. Lalu, bagi para siswa laki-laki lainnya, Oh Sehun layaknya idola. Seperti misalnya, Sehun yang aktif di kelas dance, berhasil membuat mata para hoobae-nya yang baru masuk kelas itu terpana melihat liak-liuk tubuhnya yang indah. Di kelas renang, dan musik juga seperti itu. Dia handal hampir di semua bidang.
Namun, tak sedikit juga yang tak menyukai sesosok Oh Sehun. Mereka—yang tak menyukai Sehun—menganggap bahwa seorang Oh Sehun adalah orang sombong, yang tak menghargai perasaan setiap orang di sekitarnya. Salah satunya, seorang lelaki yang selevel dengan Sehun walau tak setenar Sehun, Park Chanyeol. Sekelas dengan Sehun menjadikan lelaki itu sebagai saingan bagi dirinya.
"Cih, aku kira dia tidak akan pulang," gerutu Chanyeol sambil melihat Sehun yang baru saja masuk dari pintu utama dan berjalan santai tanpa menghiraukan panggilan dari para penggemarnya.
"Wah! Lihat, Baek-ie! Dia tidak berubah sama sekali. Tetap tampan seperti biasanya!"
"Hahaha, kau bersemangat sekali, Luhan-ie."
Chanyeol kelihatan terusik dengan kehadiran dua lelaki lain di sampingnya. Ia mendapati seorang Xi Luhan, yang bisa dibilang termasuk ke dalam kategori "Pecinta Sehun" dan sahabatnya, Byun Baekhyun.
"Lihat, lihat! Dia keren, 'kan, Baek? Mengakulah!" seru Luhan bersemangat sambil menggoyang-goyangkan sebelah lengan Baekhyun.
"Ahehehe, Lu, lebih baik kita ke perpustakaan. Ada tugas yang belum kita selesaikan," rujuk Baekhyun. Luhan memajukan bibirnya malas dan menunduk.
"Lagipula, kelas Sehun bersebelahan dengan kelas kita. Kau bisa melihatnya dengan puas, ditambah dengan kondisi yang lebih nyaman, daripada, eng..., harus berdempetan seperti ini." Baekhyun merasa dirinya terdorong-dorong oleh orang-orang di sampingnya.
"Hem, baiklah."
Sementara itu, Chanyeol hanya menatap kepergian Luhan dengan jengkel, namun menatap Baekhyun dengan tatapan seperti..., kenapa lelaki semanis dan sekalem dia bisa meladeni Luhan yang ribut begitu? Ah, Chanyeol, apa yang kau pikirkan. Pasti dibalik ini, Baekhyun juga sama seperti Luhan. Atau..., tidak? Argh, kau ini kenapa, Yeol?
.
.
.
Sehun duduk anggun di kursinya. Sebagai putra dari pemilik sekolah, Sehun harus bisa menjaga image-nya. Walau ia bukanlah siswa dari kalangan biasa, namun tetap saja ia harus berbaur dengan siswa lainnya di kelas biasa. Tak ada ruangan khusus, atau pelajaran khusus. Hanya saja, bedanya dari siswa lain, selalu ada bodyguard yang akan mengiringi Sehun dan menunggu di depan kelas.
"Anak mami, tetap saja anak mami. Kukira kau di Hongkong mendapat pelatihan menjadi anak yang mandiri. Tapi, tetap saja kemana-mana harus ada yang menjaga. Tidak bisa bebas ke sana-kemari. Berkelahi juga pasti akan ada yang membantu. Menjijikkan!" ketus Chanyeol setelah melewati bangku Sehun yang hanya beda satu bangku dari bangkunya.
Sehun mengerling tak suka. Bahkan, ia sampai tak mau hidungnya menghirup aroma Chanyeol yang lewat. Ia hanya diam, dan menurutnya, meladeni Chanyeol hanya akan membuang-buang waktunya.
Chanyeol duduk sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, berhubungan di kelas hanya ada mereka berdua.
"Aku penasaran apa yang kau lakukan di Hongkong. Menonton film kartun? Bermain komedi putar di Disney Land, mungkin?" olok Chanyeol lagi.
Sehun menghela napas beratnya. Ia memang tak suka dengan hadirnya para bodyguard di sisinya. Itu hanya akan membuat dirinya dipermalukan. Tapi, apa daya, ia tak akan pernah bisa melawan Ayahnya. Ibunya juga tak bisa melakukan apa-apa. Entah julukan "Anak Mami" itu memang cocok untuknya, atau tidak.
"Oh iya, bilang pada para penggemarmu untuk lebih tenang. Mereka terlalu berisik!" Lalu, Chanyeol mengusap pundak Sehun sebelum pergi meninggalkannya sendirian.
.
.
.
Baekhyun melangkah dengan sedikit tergesa-gesa sambil membawa beberapa tumpukan buku menuju perpustakaan. Buku-buku tersebut adalah kumpulan buku-buku bekas yang disumbangkan oleh para siswa di kelasnya untuk ditaruh di perpustakaan. Namun, tanpa ia sadari seseorang dari arah yang berlawanan berhenti di tengah jalan, yang menyebabkan Baekhyun harus menabrak dada bidangnya, sebab lelaki itu lebih tinggi darinya.
"Aww!" ringis Baekhyun kesakitan dan tanpa sengaja menjatuhkan tumpukan buku yang dibawanya. Baekhyun masih mengelus-elus dahinya kasihan dan mendongakan kepala, guna melihat siapa pemilik dada bidang yang baru saja ia tabrak.
"Se—sehun-ssi?"
Dan, jangan lupakan tentang kedua pengawalnya.
.
.
.
Sehun membantu Baekhyun menyusun beberapa buku yang tadi lelaki mungil itu bawa. Sesekali, tangan pendek Baekhyun tak bisa mencapai ruang kosong di rak atas, dan pada kondisi seperti itu, Sehun akan berbaik hati memberi bantuan dengan jasa tangannya yang panjang, juga posturnya yang lumayan tinggi.
Baekhyun merasa pekerjaannya sedikit terbantu hari ini. Ia membungkuk sebagai tanda terimakasih di hadapan Sehun, kala pekerjaannya selesai dengan begitu cepat.
"Terimakasih, Sehun-ssi. A-aku tak menyangka kalau kau akan sebaik ini pada orang lain," tutur Baekhyun dengan wajah polosnya sambil menggosok belakang tengkuknya. Sehun menyukai wajah polos itu. Lelaki itu kemudian terkekeh sambil kembali memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Itulah sisi yang seharusnya kau tahu, Baekhyun-ssi," balas Sehun sambil tersenyum simpul. Baekhyun terdiam sejenak melihat raut wajah lelaki di hadapannya.
Karena yang ia tahu, sesosok Oh Sehun adalah lelaki dengan wajah dingin yang angkuh, yang tak pernah memperdulikan keadaan sekitarnya.
.
.
.
Sehun pun meninggalkan Baekhyun terlebih dahulu, dan keluar dari perpustakaan. Awalnya Sehun ingin mengajak Baekhyun untuk ke kelas bersama, mengingat kelas mereka bersebelahan. Namun ia kurungkan ajakannya itu. Baekhyun pasti akan merasa risih dengan kehadiran bodyguard kekar miliknya. Lagipula, Baekhyun bilang padanya kalau lelaki mungil itu ingin membaca beberapa buku dulu di dalam.
"Kurasa kau juga menyukai Byun Baekhyun, Sehun-ssi."
Wajah Sehun kembali datar sesaat ia mendengar dan mengenali suara berat yag dibencinya itu. Ia tak memiliki napsu untuk melihat sang pemilik suara, dan tetap menghadap ke depan sambil menunggu apa lagi yang akan dikatakan Chanyeol padanya. Ia harap Chanyeol cepat-cepat mengakhiri ulahnya kali ini sebelum Baekhyun keluar dari perpustakaan dan melihat mereka berdua.
Chanyeol yang tadinya bersandar di dinding dengan melipat kedua tangannya di dada, menegakkan tubuhnya dan berjalan sedikit mendekati Sehun.
"Kau tak 'kan bisa mendapatkan Baekhyun," sembur Chanyeol sambil tertawa sinis dan memegang pundak Sehun dengan wajahnya yang dibuat memelas.
"Oh Sehun yang malang, Baekhyun adalah lelaki periang dan ramah. Seratus delapan puluh derajat kebalikan darimu, bodoh!" Kemudian, Chanyeol mendorong Sehun lewat kesempatan yang ia ambil setelah mengelus-elus pundak rivalnya tadi.
Sehun menarik napas berat dan menghembuskannya. Bola matanya mulai melirik Chanyeol tajam dari ujung mata sipit miliknya.
"Kau tak tahu apa-apa tentangku, Park Chanyeol," tukas Sehun yang hampir tak mau mengeluarkan suaranya. Ia merasa telah mengeluarkan suara untuk hal yang tidak penting baginya.
"Hahaha. Bodoh! Kau lebih cocok bersama lelaki bernama Luhan itu. Kalian sama-sama bodoh. Aku bahkan tak habis pikir, apa yang dilihat Luhan sampai tergila-gila seperti itu ketika melihatmu. Dasar bodoh!"
"Siapa katamu?"
"Aku akan membuat Baekhyun menjadi milikku, dan meninggalkan para manusia bodoh seperti kalian. Dadah."
Kemudian Chanyeol memberi kiss bye sebagai tanda bahwa persaingan antara dirinya dengan Chanyeol untuk memperebutkan Baekhyun akan dimulai. Namun, siapa Luhan? Kenapa ia mengait-ngaitkan dirinya dengan lelaki—yang katanya bodoh—yang tak dikenalnya itu?
.
.
.
Luhan menatap sup jagungnya dengan lesu dan hanya mengaduk-aduk supnya dengan putaran sendok yang tak beraturan. Sedangkan Baekhyun yang sudah makan setengah dari jatah makan siangnya menyadari tingkah sahabatnya yang tak seperti biasa itu.
"Kau kenapa, Lu?" tanya Baekhyun susah payah karena dirinya belum menelan sesendok penuh nasi yang baru disuapnya. Luhan menghela napas berat.
"Tidak apa-apa," jawab Luhan tak bersemangat. Kemudian, baru Luhan menghirup kuah dari supnya dan menatap Baekhyun.
"Tidak, tidak. Aku memang ada apa-apa, Baek. Bagaimana bisa kau berduaan di dalam perpustakaan bersama Sehun dengan semudah itu? Apa yang terjadi di antara kalian? Apa yang kalian lakukan di sana? Apa Sehun—"
"Sst! Ya Tuhan, ternyata karena itu. Lagipula, kau tahu tentang itu darimana, Lu?"
"Lelaki bernama Park Chanyeol tiba-tiba menghampiriku dan memberitahukannya padaku."
"Chanyeol? Yang mana orangnya?"
"Tinggi seperti tiang listrik, rambutnya coklat kacang merah, dan—hei! Kau belum menjawab pertanyaanku, Baek!"
Baekhyun ingin tertawa sebenarnya, namun ia tak akan sejahat itu di atas kegalauan sahabatnya itu. Bagaimana tidak? Luhan merajuk dengannya hanya karena Baekhyun berkesempatan untuk menghabiskan waktu bersama Sehun di perpustakaan dengan tidak sengaja apalagi direncanakan.
"Kau salah paham, Lu. Aku tak sengaja menabraknya saat ingin ke perpustakaan. Lalu aku meminta maaf, dan kemudian dia malah mengikutiku sampai ke perpustakaan. Dia hanya membantuku menyusun buku-buku milik kelas kita dan setelah itu dia pergi. Aku bahkan tak tahu kalau sebenarnya Sehun adalah orang yang baik."
Luhan semakin merengut. "Kau beruntung, Baek. Kau bisa mengetahui sifatnya yang sebenarnya lebih dulu daripada aku."
Kali ini Baekhyun tertawa. Ia tak menyangka kalau Luhan benar-benar marah terhadap dirinya.
"Kau ini! Sudahlah, lagipula itu semua terjadi bukan karena rencanaku, 'kan? Mana mungkin aku mengkhianatimu, Lu. Apa perlu aku mengenalkan dirimu di hadapan Oh Sehun langsung?"
"Ja-jangan! Kalau dia tahu aku menyukainya, dia pasti akan menjauhiku, walau memang dari awal dia tidak dekat denganku," ucap Luhan tak bersemangat. Baekhyun tersenyum dan menyemangati sahabatnya.
"Oh, ayolah. Kau itu cantik. Sekalipun kau yang menembak Sehun, pasti ia akan menerimamu dengan mudah."
"Sudah kukatakan berapa kali padamu, Baek. Aku tak suka dibilang cantik!"
"Hahaha, tapi itu fakta, Lu."
Luhan mengerucutkan bibirnya kesal. Baekhyun kemudian menyuruh Luhan untuk berhenti memasang raut menggemaskan seperti itu dan mulai memakan makan siangnya. Istirahat tinggal sepuluh menit lagi.
"Ohiya, Lu. Sebagai permintaan maaf, aku akan mentraktirmu makan es krim pulang sekolah nanti, bagaimana?"
Luhan menegakkan kepalanya dan menatap Baekhyun dengan mata berbinar kebahagiaan.
"Jinjja?"
"Tentu. Cepat habiskan makananmu, Lu. Tujuh menit lagi istirahat berakhir."
"Siap, Kapten!"
.
.
.
Kedua sahabat dekat itu berjalan riang dan penuh semangat setelah bel pulang berdering beberapa menit lalu. Terlebih lagi Luhan yang terus menggandeng Baekhyun dengan erat, karena hari ini sahabatnya itu sudah berjanji akan mentraktir dirinya makan es krim sebentar lagi.
"Oh, itu Sehun, Baek!" desis Luhan sambil menunjuk ke arah sebuah mobil sport warna hitam mengkilat yang dimana pemiliknya sedang bergegas menaiki kendaraan mewah itu.
Mata Baekhyun mengikuti arah jari telunjuk Luhan dan mendapati Sehun di sana. Dan kebetulan, Sehun juga menyadari keberadaan mereka berdua. Baekhyun, dan juga Luhan terkejut melihat sebuah senyum simpul di bibir lelaki kaya raya itu. Barulah Sehun masuk ke dalam mobilnya dengan sempurna.
Luhan segera menyadari sesuatu dan menatap lesu kepergian mobil mewah itu. Ia melonggarkan gandengannya di tangan Baekhyun.
"A-ada apa, Lu?"
"Dia..., tersenyum padamu, Baek."
.
.
.
Pada akhirnya, Luhan memutuskan untuk langsung pulang dan merelakan kesempatan makan es krim gratisnya hari ini. Ia sedikit kehilangan mood untuk melakukan itu bersama Baekhyun.
Ia berjalan sendiri, setelah ia menolak saat Baekhyun ingin menemaninya pulang. Haruskah ia menjauhi Baekhyun? Mana mungkin. Mereka sudah bersahabat hampir lima tahun. Sekarang mereka kelas dua SMA. Mengingat hari dimana mereka bertemu lagi di SMA yang sama, mereka begitu bahagia dan berpelukkan dengan erat.
Lelaki itu tak mungkin membenci sahabatnya sendiri. Hanya Baekhyun yang mengerti dirinya, keluh kesahnya, juga selalu menghiburnya, seperti tadi.
Tapi, sekarang Luhan sedang membuat pernyataan sendiri. Sehun menyukai Baekhyun, itulah pernyataannya. Tidak perlu dicari lagi kebenarannya, Luhan sudah tahu sesaat ia menyadari perlakuan khusus yang Sehun beri pada Baekhyun. Sehun tak akan melemparkan senyum setipis apapun kepada orang lain, kecuali Baekhyun. Ia juga tidak akan menawarkan bantuan apapun kepada orang lain, selain Baekhyun. Apa lagi yang mesti dicari dari pernyataannya? Apa ia sudah kehilangan kesempatan?
Luhan mengusap wajahnya yang keihatan stres. Dia tidak harus begini hanya karena memikirkan Sehun dan sahabatnya sendiri.
Lalu, ditengah stres yang sedang melanda pikirannya, sebuah mobil mewah dengan cat merah menyalanya yang mengkilat mengklakson dan berhenti tepat di sampingnya.
Luhan ikut menghentikan langkahnya dan menatap heran mobil itu. Tak lama kemudian, salah satu jendela mobil itu tervuka dan menampakkan sang pengemudi yang ternyata adalah seseorang yang baru ia kenal tadi siang. Yang telah memberinya informasi tak mengenakan tentang sahabatnya dan Sehun. Dia Park Chanyeol.
"Maaf karena menganggu perjalanan pulangmu, Luhan-ssi. Tapi, bisakah kau ikut denganku sekarang?" tanya Chanyeol.
Luhan tak mengerti maksud dari ajakan Chanyeol, namun lelaki dengan lesung pipi itu terus memohon agar Luhan masuk ke dalam mobilnya. Akhirnya, Luhan mengiyakan permohonan itu dan segera masuk ke dalam mobil.
Mobil Chanyeol segera melaju menuju sebuah kafe terdekat. Mereka memesan sebuah minuman dan Luhan membuka perbincangan terlebih dahulu.
"Ada perlu apa, Chanyeol-ssi?" tanya Luhan tak sabaran. Chanyeol menyesap hot cappucinno-nya sejenak sebelum ia menjelaskan maksud dirinya secara tiba-tiba mengajak Luhan untuk pergi bersamanya.
"Ekhm, begini. Aku hanya ingin mengajakmu untuk bekerja sama."
Luhan mengernyit tak mengerti. "Kerja sama?"
"Dalam soal percintaan, lebih tepatnya." Luhan semakin sulit menangkap apa yang dibicarakan Chanyeol terhadapnya.
Kemudian, Chanyeol memperbaiki posisi duduknya dan bergegas menjelaskan sejelas mungkin agar lelaki yang baru ia sebut bodoh di hadapan Sehun tadi ini mengerti maksudnya.
"Begini. Ehm, aku tahu tentang kau menyukai Sehun. Dan juga, harus kuberitahu padamu, kalau aku menyukai sahabatmu, Byun Baekhyun itu."
"Lalu?"
"Ya, aku juga sadar kalau kau pasti berpikir kalau Sehun menyukai Baekhyun. Benar, bukan?"
Mendengar pertanyaan itu, Luhan agak menundukkan kepalanya. "Ah, soal itu..."
"Nah, jadi tentang Sehun yang menyukai Baekhyun, semuanya jelas benar. Dan kau tahu apa artinya? Kalau sampai Baekhyun juga menyukai Sehun, maka kita adalah pihak yang disakiti. Kau mengerti 'kan maksudku?"
"Jadi, maksudmu..."
"Benar! Aku ingin kau bekerja sama denganku, Luhan-ssi. Bantu aku mendapatkan Baekhyun. Setelah Baekhyun sudah menjadi milikku, maka kesempatanmu untuk mendapatkan Sehun kembali terbuka lebar!"
Luhan tak percaya, bahwa siasat itu akan sampai pada dirinya. Haruskah ia mengikuti Chanyeol? Tapi, bagaimana kalau Baekhyun benar-benar menyukai Sehun tanpa sepengetahuannya? Itu malah akan membuat sahabatnya kecewa terhadap dirinya, walau sebenarnya ia juga kecewa dengan apa yang baru saja Chanyeol katakan padanya. Bahwa Sehun yang benar menyukai Baekhyun.
"Apa kau masih memikirkan perasaan sahabatmu kalau benar ia menyukai Sehun? Oh, ayolah, kau juga harus memikirkan perasaanmu, kawan," bujuk Chanyeol dan berharap semua rencananya dengan Luhan hari ini akan berakhir sesuai keinginannya.
Luhan masih berpikir. Apakah setelah ini ia akan menjadi orang jahat, yang akan menutup gerbang percintaan sahabatnya dan juga orang yang ia cintai? Luhan mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa sampai sesulit ini! Pikirnya risau.
"Tapi, aku tak memaksamu untuk melakukannya, Lu. Aku hanya kasihan padamu, dan kuharap kau juga akan kasihan padaku," ujar Chanyeol sambil membuat raut memelas. Tentu saja itu hanya akal-akalan agar rencananya dalam membujuk Luhan berhasil.
Luhan kemudian menatap Chanyeol. Tapi, jika semua rencana ini berhasil, dan Baekhyun sudah menjadi milik Chanyeol, maka giliran dirinya yang akan menjadi milik Sehun. Menjadi milik Sehun? Benarkah?
"Kupastikan, Sehun akan menjadi milikmu."
Kata-kata Chanyeol barusan membuat niat Luhan untuk mengikuti siasat yang belum ia yakini sepenuhnya ini semakin besar.
Akhirnya, Luhan sudah mengambil keputusan. Chanyeol menunggu antusias akan jawaban yang akan dilontarkan 'calon rekan kerjanya' itu.
"Baiklah. Aku akan berusaha."
I did it! Seru Chanyeol dalam hati dengan penuh senyuman kemenangan yang sedikit membuat Luhan ragu akan keputusannya.
.
.
.
Luhan menatap dinding-dinding kamarnya. Namun, terbayang jelas di atas sana ada wajah orang yang ia sukai dan orang yang selalu menemani harinya selama ini, terlihat begitu membuat hatinya goyah.
Ia harusnya tak mengambil keputusan yang bahkan masih ia ragukan hasilnya itu. Rasanya ia ingin menangis sekarang, sebelum semua siasat yang akan disiapkannya itu gagal total.
Bagaimana kalau Baekhyun nanti akan membencinya, karena berpikiran kalau Luhan mempermainkan perasaannya? Lalu, bagaimana dengan Sehun yang sudah jelas menyukai Baekhyun, juga akan membencinya kalau tahu dirinya-lah dalang dari semuanya.
Semuanya? Benar. Chanyeol tidak menjelaskan bagaimana ia akan bekerja dan cara apa yang akan lelaki itu lakukan dalam membantunya untuk mendapatkan Sehun setelah siasatnya dalam menaklukan Baekhyun berhasil nanti?
"Bodoh! Dasar Xi Luhan, bodoh! Bagaimana jika saat ini aku hanya dimanfaatkan oleh orang itu!?" gerutunya sendiri.
Setelah hari ini, Luhan sudah bertekad, bahwa dirinya akan berbicara lagi dengan Chanyeol dan membuat keputusan baru yang nantinya tidak akan membuatnya menyesal dan merasa bersalah.
.
.
.
"Chanyeol-ssi!"
Lelaki jangkung itu segera menoleh ke sumber suara setelah namanya dipanggil oleh seseorang. Ia mendapati Luhan yang sedang berjalan mendekatinya dengan raut wajah yang mudah dibaca. Apakah ia akan membuat keputusan ulang?
"Chanyeol, ada yang ingin kubicarakan. Tapi, tidak di sini. Ini..., soal kemarin."
Chanyeol yang mengerti maksud dari lelaki itu pun segera mengajak Luhan menuju perpustakaan, tempat yang cukup sepi pada jam seperti ini.
"Ada apa?" tanya Chanyeol. Luhan menelan ludahnya sesaat sebelum ia menjelaskan.
"Be-begini. Tentang yang kemarin, aku rasa, aku tak menyadari adanya kerja sama antara kita. Kau menyuruhku untuk membuat Baekhyun menjadi milikmu, dan kau hanya berkata bahwa setelah itu, Sehun akan menjadi milikku. Aku tak tahu bagaimana caranya itu terdengar sangat meyakinkan. Dan, aku tak mendengar usaha apa yang akan kau lakukan untuk membalas jasaku setelah aku berhasil dengan usahaku nanti. Jadi, bagaimana menurutmu? Apa hanya aku yang merasa, atau memang benar aku sedang dimanfaatkan?"
Mendengar penjelasan panjang yang sudah Chanyeol duga, membuat lelaki itu tertawa. Luhan tak mengerti, kenapa Chanyeol bisa tertawa seperti itu, disaat dirinya gundah dan begitu galau.
"Aku sudah menduga kau akan mengatakan semua itu. Jadi, aku sudah menyiapkan jawabannya. Tentang Sehun yang akan menjadi milikmu setelah semua siasatmu berjalan mulus, itu akan kupastikan. Bagaimana bisa aku tak membalas segala usahamu? Tentu saja aku akan membalasnya, dengan caraku sendiri. Jadi kau tak perlu takut. Aku juga akan berusaha. Makanya aku sebut ini sebagai kerja sama antara kita."
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja."
Luhan pun menghela napasnya dan mengurung niat untuk merubah keputusannya. "Baiklah. Terimakasih atas waktu dan penjelasanmu. Aku akan berusaha setelah ini. Aku permisi dulu."
Kemudian, Luhan pun meninggalkan Chanyeol sendiri di situ. Lelaki itu kembali menertawakan Luhan di dalam hatinya.
Sekarang, apa hanya aku yang merasa, atau memang kau bodoh, Xi Luhan? Hahahaha.
TBC / End ?
I need ur respons. I hope u review this weird fic;)
Se-weird weird/? nya fic ini, fic ini tetep hasil karya murni authornye. Jadi, bagi yg ngehargain, author terima dengan lapang hati riviw para reader sekalian;3
Terima kasihhhhh
