dying exhortation document
Surat Wasiat
Seorang pemuda berambut raven dengan mata onyx dan kulit putih porselein dan kontras dengan keduanya tengah duduk di sebuah ruang tunggu kantor pengacaranya.
Ia tengah menunggu sang pengacara. Ia sangat bosan saat ini, meski ia baru menunggu sekitar 15 menit. Tapi, Hell No !, untuk orang tak sabaran seperti dirinya ini mana bisa menunggu untuk waktu yang sekiranya lama itu.
Seorang pemuda lainnya yang baru saja masuk ke dalam kantornya. Penampilannya biasa saja bagi yang tidak benar-benar memperhatikannya. Rambut merah darah dengan wajah baby face itu dengan raut wajah tanpa dosa mendudukkan dirinya di samping Sasuke, pemuda berambut raven tadi.
"kau menunggu lama ya Sasuke. Maaf aku datang terlambat. Tadi-..."
Dan kata-katanya terpotong oleh perintah Sasuke yang tiba-tiba nadanya naik satu oktaf lebih tinggi daripada biasanya.
"Sudahlah Sasori. Kau itu sudah sangat menyebalkan jadi jangan buat aku bertambah kesal"
Hardik Sasuke, orang yang dipanggil Sasori itu tak bergeming dari tempatnya sebelum ia meraih tangan Sasuke dan menyeretnya masuk ke sebuah ruangan yang terbilang cukup luas.
Gaya minimalis segera mendominasi dan menyeruak masuk ke pandangan sang Uchiha. Ia menatap sekeliling dan mengeryit saat melihat 2 orang lainnya yang ada di dalam ruangan itu.
Yang satu berambut keperakan dengan style melawan gravitasi sedangkan yang satunya lagi berambut pirang jabrik dengan iris shappire yang mempesona.
Sasori berdiri di hadapan pemuda berambut perak dan pirang. Sasuke berdiri di samping Sasori dan menghadap pemuda pirang. Sasuke sendiri bertanya-tanya mengapa pemuda di hadapannya ini ada hubungannya dengan acara pembagian warisan. Batin Sasuke.
"lansung saja ke inti acara" ujar Sasori dengan nada santai. Ia menganggukkan kepalanya dan menatap ke arah Kakashi.
"begini..." Kakashi angkat bicara. Ia memandang Sasuke dan Naruto bergantian kemudian berdehem pelan sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
"setelah orang tua kalian meninggal. Kalian akan mendapatkan bagian warisan kalian berupa perusahan dan anak buahnya. Selain itu mansion serta beberapa tempat singgah" ujar Kakashi berharap Sasuke dan Naruto paham dengan Ucapannya.
Sasuke dan Naruto hanya menanggukkan kepalanya tanda mengerti. Pemuda Uchiha a.k.a Sasuke memandang ke arah Kakashi. "apa hubungannya pembagian warisan ini dengan dia" ujar Sasuke sambil menunjuk Naruto.
Kakashi mengangguk. Ia berdehem pelan mencoba mengkondisikan keadaan. "orang tua kalian dulu adalah sahabat. Dan mereka hanya akan memberikan harta warisan setelah kalian menikah"
Sasuke yang mendengarnya membelalakkan mata. Ia ini masih normal. Hell no. Jika orang di depannya ini adalah perempuan. Mungkin akan Sasuke pertimbangkan. Tapi, ini laki-laki men. Bagaimana bisa orang tuanya begitu gila.
Pemuda berambut pirang a.k.a Naruto itu juga terkejut dan membelalakkan matanya atas apa yang di ucapkan oleh sang pengacara. "kalau aku tidak mau?" ujar Naruto menatap sang pengacara. Ia mengalihkan pandangannya dari Sasuke seolah jijik dengan pemuda itu.
"kalian tidak akan mendapatkan warisan sepeserpun. Uang beserta aset keluarga Uchiha dan Namikaze akan di sumbangkan untuk kepentingan negara." Ujar Sasori enteng seolah itu bukanlah masalah besar. Ia tak memperhatikan Sasuke dan Naruto yang gondok di tempat.
"kenapa bisa begitu?" ujar Sasuke dan Naruto kompak tak terima dengan keputusan kedua orang tua mereka masing-masing.
"kalau begitu kami akan langsung menelepon pihak yang bersangkutan dan segera mengambil sumbangan itu" ujar Sasori tambah memanas-manasi kedua orang pewaris perusahaan terbesar.
"Oh ya, selain kalian harus menikah. Kalian harus punya anak dalam jangka waktu 1 tahun" ujar Kakashi sama santainya dengan Sasori.
"WHATTT...!~" ujar Naruto dan Sasuke tak kalah OOC sekarang. Bagaimana mereka bisa punya anak sedangkan mereka ini sama lelaki. Kalau perempuan mungkin masih bisa.
"gimana bisa?" ujar Naruto dengan mata yang masih terbelalak sementara Sasuke sudah kembali ke wajah datarnya.
"ehem..." Sasori berdehem. Ia memandang Kakashi seolah memerintah bahwa pria berambut perak dengan mata yang selalu terlihat malas itu agar menceritakan masalah ini.
"tuan Fugaku dan tuan Minato telah menyepakati ini semenjak kalian lahir. Kedua ibu kalian juga sudah setuju. Mengingat Naruto mempunyai kelainan pada tubuhnya..." ujar Kakashi, ia memadang Naruto dengan pandangan malasnya.
"apa maksudmu Kakashi?" ujar Naruto dengan nada menyelidik. Ia memincinkan matanya mencoba mencari jawaban di mata pemilik surai perak yang selalu saja memakai masker itu. Namun, ia tak kunjung mendapatkan jawabannya.
"...naruto memiliki kelainan pada tubuhnya karena nyonya Kushina mengalami masalah dengan rahimnya saat beliau hamil. Pada dasarnya Naruto adalah seorang pria. Hanya saja ia mempunyai 2 organ reproduksi sehingga ia bisa hamil meskipun dalam wujud laki-laki." Ujar Kakashi panjang kali lebar gak pakek tinggi.
Naruto melongo mendengar penjelasan dari Kakashi. Kenapa ia tak pernah mendengar tentang berita itu bahkan dari ibunya sendiri?. Sedangkan Sasuke dengan otak pintarnya mencoba untuk mencerna perkataan Kakashi. Dan sedetik kemudian matanya terbelalak. Benarkan Naruto bisa hamil?.
"Oh, aku lupa sesuatu...!" pekik Sasori setelah ia mengingat sesuatu yang harusnya tak boleh di lupakan.
"ada apa Sasori?" tanya Sasuke.
"warisan ini akan diberikan pada saat umur kalian 18 tahun. Berarti sekitar 1 tahun lagi. Selain itu, hal ini akan di serahkan pada saat kalian menikah." Ujar Sasori bangga dengan daya ingatnya. Ia tersenyum tipis membuat Sasuke dan Naruto bergidik karena tak punya pilihan lain.
Naruto dan Sasuke saling pandang. Mencoba membaca pikiran mereka masing-masing. Entahlah, keduanya merasa sangat kesal dengan keadaan ini. Apakah tidak ada cara lain? Tampaknya kedua orang tua mereka sengaja membuat keduanya menderita.
Hah..., tak ada yang tahu selain Tuhan dan kedua orang tua dari pemuda tampan itu.
Sasuke dan Naruto menyepakati hal itu karena mereka tak punya pilihan. Mereka dengan tidak ikhlasnya melepaskan masa lajang yang menyenangkan dengan mempunyai tunangan seorang lelaki.
Yah, meski hubungan sesama jenis di Jepang sudah meruapakan hal biasa. Tapi, hell no..., mereka ini adalah pewaris perusahaan terkaya di Jepang dan harus menikah hanya karena tak igin jatuh miskin.
Ini adalah keputusan terkonyol yang pernah di ambil oleh Sasuke maupun Naruto.
