LOVE ME UNTIL IT KILL ME, MY EMPRESS

Kuroko no Basuke milik Tadatoshi Fujimaki

Rate : T aja biar aman~

Genre : secara keseluruhan romance

GJ,TYPO,OOC,dsb. DLDR `kay?!

Btw, ini sih pake OC. Tapi kalo mau diganti sama reader juga boleh kok~ ^^

ENJOY READING~~

Reader's/ ojou's POV:

"Oju sama! Matte!" pinta pelayanku. Aku pun menoleh. Melihatnya mengejarku sambil ngosh-ngoshan. "Ojou sama! Ada pertemuan dengan Heika dan putra mahkota! Kita seharusnya berada di tempat perjamuan! Ojou samaaa!" aku terus berlari. Menyusuri hutan kecil di pinggiran ista- atau mungkin lebih terlihat seperti mansion ya? Menuju tempat persembunyianku.

"Ojou sama!" panggil pelayanku. Sebenarnya percuma saja aku bersembunyi. Karena tempat persembunyianku ini sudah diketahui oleh pelayanku yang satu ini, Elly.

"Ojou sama, ayo kita ke tempat perjamuan. Kita sudah ditunggu oleh Heika dan juga putra mahkotanya." Aku mendengus. "Buat apa sih kesana?"

"Ada hal penting yang harus dibicarakan dengan-"

"Tapi kan udah ada dia? Untuk apa aku harus kesana?" potongku. Aku pun memerhatikan sekeliling. Aneh, kenapa tidak ada mata-mata sama sekali 1 minggu ini? Apa mereka menyerah?

"Baiklah, kita pergi." Aku memutuskan untuk bertemu otou sama, melaporkan keganjilan ini. Dan saat diperjalanan ke tempat perjamuan , palayanku ini sibuk membetulkan gaun ¾ ku, rambutku, serta membersihkan wajahku. Well, meskipun aku nggak keberatan sih sama yang terkhir.

Kami pun tiba di depan pintu tempat perjamuan. Aku pun melangkahkan kakiku dengan lagak anggun yang bukan kesukaanku untuk masuk. "Lady Ariana Blackrose, has arrived!" Elly meneriakkan namaku begitu aku masuk.

Aku melihat tatapan tajam dari kedua orang tua ku dan tatapan mengejek dari kedua adikku. Aku berpura pura tidak tahu dan segera duduk di tempatku. Dan tidak lupa, memperhatikan keadaan ruangan ini.

Aku pun memberi hormat pada 2 tamu kami. Heika dan.. putra mahkota? Sudah secepat itu kah ditentukan? Selain aku, Elly, kedua adikku, otou san, okaa san, heika , dan putra mahkota, ada sekitar 8 orang prajurit yang ada di dalam tempat perjamuan ini.

"Maaf atas keterlambatan putri kami Heika." otou san memulai percakapan dengan kedua tamu kami. Aku mengawasi mereka semua yang berada di dalam ruangan ini. Dan aku melihat si putra mahkota memperhatikan ku.

"Itu tidak apa-apa, asalkan kita bisa membicarakan hal ini dan melaksanakannya dengan baik." Heika melihat ke arahku. "Lady Ariana, mulai sekarang kamu adalah tunangan dari putra mahkota Kerajaan Rakuzan, Akashi Seijuurou."

Aku tidak merubah ekspresiku. Sudah biasa pikirku.

"Ano, sumimasen Heika." Aku melipat tanganku di dada dan itu membuat otou san serta okaa san mendelik ke arah ku. "Boleh aku melaporkan sesuatu pada otou san ku mengenai keadaan mansion akhir-akhir ini?"

"Yes, you may." Ucap sang putra mahkota.

"Otou san, otou san, beberapa hari ini tidak ada mata-mata yang mengawasi keadaan mansion ini. Aku curiga, apa karena dibukanya semua mansion bangsawan dan penerimaan pekerja baru antar bangsawan di Kerajaan Rakuzan, orang itu menyusup ke sini dengan menjadi seorang prajurit atau semacamnya."

"Ariana ini bukan saatnya untuk-" aku segera bangkit dari kursi yang kududuki dan berjalan ke arah seorang prajurit yang berada di belakangku.

"Benarkan itu?" tanyaku sambil berjalan mendekat ke arah pengawal itu. "Betapa bodohnya kau membuat biodata palsu, daerah selatan dari Kerajaan Rakuzan tidak memiliki nama seperti mu di sana."

Pengawal itu tetap diam.

"Ariana! Sudah lah! Duduk kembali ke kursimu sekarang!" otou san menyuruhku untuk duduk. Yah sudahlah, nanti saja aku urus hal ini. Ketika aku hendak duduk kembali, aku mendengar suara pedang yang dikeluarkan dari sarungnya. Aku segera berbalik dan melihat pengawal itu hendak menebas kepalaku.

Dengan sigap, aku menendang tangannya yang mengakibatkan pedangnya terjatuh. Aku segera berbalik menuju ke arah meja makan, mengambil pisau untuk makan harusnya. Elly, keluarga ku , para pengawal, serta tamu kami masih terkejut. Tapi kulihat pangeran yang akan di jodohkan dengan ku tidak terlalu kaget akan hal itu.

Yah, begitu aku menghampiri pengawal itu tadi, pedang itu sudah berada dalam genggamannya lagi.

"Lalu, untuk apa kau ke sini?" tanya ku dingin. Dia mendesis penuh kebencian.

"Gara-gara kau menolak pertunangan dengan Tuan Muda Hanamiya, dia hanya bisa mabuk serta tenggelam dalam kesedihannya!"dia mengayunkan pedangnya dan berhasil ku tangkis dengan pisau makan. Ironis memang.

"Ini juga gara-gara keluargamu yang mendukung Kerajaan Rakuzan! Bukannya Kirisaki Daichi!" serangan kedua datang, tapi aku hanya menghindarinya, tidak menangkisnya. Dia kemudian tersenyum kecut.

"Kau bahkan meremehkanku dengan hanya menggunakan pisau makan saat melawanku." Dia pun akhirnya menyerangku secara beruntun dan tentu saja berhasil aku tangkis.

"Tentu saja aku hanya melawanmu dengan pisau ini. Karena," aku menendang perutnya dengan lututku. Kemudian menendang kepalanya hingga dia jatuh tersungkur.

"Karena meskipun aku hanya bersenjata pisau, aku tetapi menang melawanmu." Aku mengunci gerakannya. "Okaa san! Tutup mata Eliz!"

"Sedangkan kau, hmm, dengan tuduhan telah melanggar perjanjian antara Kerajaan Rakuzan dan Kerajaan Kirisaki Daichi, penghianatan terhadap Akashi Heika, serta-"

"Sekarang!" ucapan ku terpotong oleh sentakannya yang tiba-tiba. Dan seketika itu juga pengawal yang berada di belakang Heika dan Putra Mahkota mengeluarkan pedangnya dan mengayunkan pedangnya. Bersiap memenggal kepala kedua tamu kami dalam satu tebasan.

"Damn it." Aku pun melempar kan pisau yang tadi ku gunakan ke arahnya. Dan berkat lemparanku yang menancap ke kepala pengawal itu, Heika dan Putra Mahkota terselamatkan.

"Percobaan membunuh seorang Lady, Heika, serta Putra Mahkota. Dengan ini kau di jatuhi eksekusi di tempat!" aku mengambil pedang yang tadi dia gunakan kemudian menancapkannya di perutnya. Hukuman eksekusi di tempat selesai.

"Ariana Blackrose! Apapun yang terjadi kau akan tetap bertunangan dengan Seijuurou denka!" otou san sudah marah toh rupanya.

"Tapi sebelum itu tou san," aku memandang otou san dengan tatapan mengejek. "Apa yang akan terjadi dengan mansion ini serta daerah pemerintahan Blackrose jika kau menikah dengan Akashi denka? Apa otou san bisa menjaga ke amanannya sambil tetap melaksanakan kegiatan ekonomi?"

"Dan lagi, kalau mau permaisuri buat negara ini, lebih baik Eliz saja Heika." Aku merapikan gaun ku. "Dia cantik, cukup cerdas, yang intinya dia pas jadi permaisuri Akashi denka."

Aku pun melangkahkan kaki ku keluar dari tempat perjamuan tersebut, Elly megikuti ku. Ketika aku hendak melangkahkan kaki keluar,

"Matte aniue!" adik laki-laki ku,Vtora, menghentikanku. Aku menoleh padanya.

"Kenapa kau memperlihatkan saat kau membunuh orang di depanku?!" dia bertanya dengan sangat marah. Aku hanya tersenyum.

"Kau sudah 18 tahun Vtora, sudah wajar jika kau melihat seseorang terbunuh. Dan aku tidak membunuh, tapi aku tadi mengeksekusi." Aku 'tersenyum'.

"Tapi-" aku memotong ucapan adikku. "Bersyukurlah kau melihat orang terbunuh pada umur 18, aniue mu ini melihat pembunuhan di depan mata ku sendiri saat berumur 11 tahun lho! Dan kelak engkau akan menjadi pemimpin dari daerah pemerintahan Blackrose, jadi seharusnya sudah wajar bagi seorang Blackrose menyaksikan pembunuhan."

Dan dengan berakhirnya ucapan ku tersebut aku pergi meninggalkan tempat itu.

Dan aku ingin menyaksikan wajah otou san yang tidak bisa membalas ucapanku. ^^

"Ojou sama! Kenapa berbuat seperti itu tadi? Sir Blackrose marah nanti." Elly pun meratapi nasibku. Aku hanya tersenyum senang, karena memiliki maid yang polos banget kayak gini. Polos dalam segi tertentu.

Kami menuju perpustakaan. Aku memilih buku bacaan tentang kisah cinta antara seorang penyamun dengan seorang tuan putri. Sedangkan Elly menyuruh beberapa pelayan untuk menyiapkan beberapa cemilan dan teh untuk aku membaca nanti.

Kami pun beranjak ke rumah kaca. Di sana sudah tersedia makanan ringan dan sepoci teh untuk ku. Elly pun meninggalkan ku, berkebun mungkin. Entahlah apa yang dia lakukan. Tapi yang aku tahu, dia tahu aku sedang ingin ketenangan.

"Elly, nanti ingatkan aku kalau sudah 1 jam ya! Aku ada janji dengan Daiki!"

Aku pun membaca sambil menikmati makanan ringan dan teh yang sudah di siapkan. Serta beberapa kali berbicara singkat dengan Elly. Dan tidak terasa sudah satu jam berlalu. Sedangkan selama satu jam itu aku agak tidak fokus membaca. Aku memikirkan tentang pertunangan dengan Akashi Seijuurou, sang putra mahkota.

Aku segera beranjak dari tempat ku dan menuju kamarku untuk mengganti pakaian. Aku akan berduel dengan Daiki hari ini. Sedangkan buku yang tadi ku baca sudah di bawa oleh Elly.

Usai mengganti pakaian ku, aku segera pergi tempat biasanya untuk berduel dengannya.

"Daiki!" laki-laki dim itu sudah datang ternyata. "Yo!" kulihat dia sedang melakukan pemanasan. "Kita mulai sekarang?" aku sudah mengeluarkan pedang kayuku ketika ia bertanya begitu. "Iya, aku sudah pemanasan tadi."

Dan dengan begitulah duel pun dimulai.

Aomine Daiki, partnerku dalam berlatih, serta Tuan Muda Aomine. Putra dari jendral istana.

"Oh ya, ngomong-ngomong Daiki," aku menangkis serangannya. "Kalau Akashi denka jadi raja, kau akan menjadi jendral ya?"

"Maksudmu Akashi Seijuurou?" aku menyerang bagian perutnya tetapi berhasil ditangkis. "Begitulah."

"Haah, enak ya.. aku juga mau." Aku menghela nafasku pelan sambil tetap siaga dengan serangannya yang berikutnya. Dia menaikkan sebelah alisnya. "Sayangnya itu nggak mungkin ya Ana." Dia tersenyum sambil menahan tawanya. Aku Cuma merengut.

"Dan dengar-dengar, kamu ditunangkan dengan Akashi denka ya?" kali ini aku yang hendak menebas kepalanya, agak terkejut mendengar ucapannya.

"Iya. Lalu?" bagaimana dia bisa tahu?

"Hooo, Ariana Joou." Dia menyerang bahuku dan reflek aku menghindar. "Jadi kau terima lamarannya?"

"Entahlah aku ..." belum sempat aku menjawab, ada seseorangyang melompat ke depanku sambil mengacungkan pedang kayunya pada Daiki. Daiki tidak menunjukkan ekspresi terkejut.

"Yo!" Daiki menyapa pemuda yang tadi. Aku terkejut. Apa yang dia lakukan di sini?

"Akashi." Aku secara sepontan menyebut namanya.

"Dia akan menikah denganku. Entah dia setuju," dia menatapku dingin. "Atau tidak." Dengan berakhirnya kalimat itu, dia meraih pinggangku dan menaikkanku ke bahunya.

"o-oi! What are you doing?!" dia membopongku seperti.. seperti membopong karung! Aku memberontak dengan memukul-mukul punggungnya, menendang-nendangkan kakiku. Tapi semakin lama, pukulan dan tendanganku semakin melemah. Sepertinya darah ku sudah naik ke kepala.

"Akashi denka," aku memanggilnya dengan lirih. "Tolong turunkan aku."

Dia menurunkanku di sebuah gazebo putih, yang pilar-pilarnya dililit oleh bunga mawar. Dan di sekeliling gazebo, terdapat semak-semak bunga mawar.

Tempat ini..

Tempat dimana aku selalu menangis dalam diam. Dan mawar-mawar itu, adalah saksi bisu atas jatuhnya air mataku.

"Apa maumu?" tanyaku. Kepalaku masih agak pusing setelah dibopong seperti tadi.

"Kita akan tetap menikah." Dia berkata seperti itu dengan nada memerintah. "Dan kau bilang, kau ingin menjadi jendral? Keberadaanku tadi saja kau tidak menyadarinya, bagaimana kau akan menjadi jendral?"

Aku Cuma bisa membulatkan mataku dan aku merasa wajahku panas. Malu karena kekuranganku. "Dan saat ku bopong tadi, kau bahkan tidak bisa melepaskan dirimu." Dia melihatku dengan tatapan mengejek. Wajahku tambah panas saja rasanya.

"Dan berhentilah bertingkah sok kuat seperti itu." Tambahnya. Cukup. Mau sampai kapan kau mempermalukanku?

"Ariana." Dia menatapku dengan mata heterocrhome nya yang indah itu. Dan mataku serasa tersihir sesaat untuk tetap memandangnya.

Dia mengelus pipiku yang memerah. Menyingkirkan beberapa helai rambutku. Kemudian, jarinya turun ke bibirku. Mengusapnnya perlahan.

"a-apa yang kau lakukan?!" aku mundur beberapa langkah darinya. Sedangkan dia hanya menyeringai. Hmm, ternyata wajahnya tampan juga.. Eh?! Apa yang kupikirkan?!

"Hee, begitukah?" kulihat seriangainya semakin lebar. Aku menambah jarak amanku. Entahlah, melihat seringainya, aku merasa harus selalu waspada. Takut terjadi sesuatu padaku. Dan lagi, dia lebih kuat dariku.

'Ini pangeran mesum banget! Berbuat seperti itu terhadap seorang wanita!' pikirku dalam hati. Aku menatapnya tajam.

"Aku berbuat mesum? Bukankah itu hal yang wajar dilakukan seorang suami terhadap istrinya?" katanya tetap dengan seringai yang sama. Ukh.. kenapa dia seperti bisa membaca pikiranku?

"Hei! Kita bahkan belum menikah! Jangan macam-macam ya!" aku berkacak pinggang. Marah atas pengakuan sepihaknya. Padahal aku belum setuju tentang perjodohan ini, dia malah udah ngaku-ngaku jadi suamiku.

"Hei, Ariana. Bukankah keluarga Blackrose itu telah mengabdi kepada keluarga Akashi selama beratus-ratus tahun lamanya?" dia berjalan mendekat kepadaku. "Bahkan anak gadisnya rela mereka serahkan demi kepentingan keluarga Akashi yang tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Blackrose."

Aku tercengang. Benarkah itu? Aku memang pernah dengar desas desus bahwa beberapa puluh tahun lalu ada seorang gadis keluarga Blackrose yang diserahkan ke keluarga Akashi hanya untuk diajak 'bersenang-senang' untuk satu malam. Dan selanjutnya, kabarnya tidak terdengar lagi.

Entah kenapa aku merasa..

Takut.

Aku semakin mundur dan akhirnya terpojok. Akashi denka menghalangi jalan keluarku.

"Dan kau, sebagai putri tertua akan menikah denganku." Dia berkata dengan nada sarkastik.

"Dan jika aku tidak mau?" tiba-tiba saja dia sudah berada di depanku dan membisikkan akibat jika aku menolak pernikahannya. Aku tercengang. Tidak kusangka denka orang yang seperti itu..

Aku mendorongnya dengan keras, sehingga ia terdorong beberapa langkah ke belakang. Tak ku lewatkan kesempatan ini, aku pun segera kabur dengan semburat merah tipis yang belum hilang sepenuhnya.

Aku berlari dengan cepat tidak memperhatikan sekelilingku. Yang kupikirkan sekarang adalah, bagaimana caranya agar aku bisa lolos darinya! Dan..

BRUK!

Aku menabrak seseorang.

"gomennasai!" suara ini.. "Ojou sama?" sudah kuduga. Elly.

"Elly, siapkan kuda ku dan satu kuda lagi untukmu. Kita akan berkuda." Dan aku pun langsung pergi ke dapur, menyiapkan perbekalan. Dan kulihat Elly menurut, meskipun dia seperti hendak bertanya tadi.

Tak lama kemudian kuda dan perbekalan kami siap. Dan akhirnya kami pun pergi keluar dari mansion, menuju hutan di perbatasan. Menjelajah tempat baru.

Akashi's POV:

Terlambat. Padahal aku sudah menunggu hari ini, tetapi dia tidak kunjung datang. Atau sengaja menelatkan diri?

"Lady Ariana Blackrose, has arrived!" oh, dia sudah datang rupanya. Dia berjalan menuju meja makan yang dengan jelas, langkahnya menunjukkan sikapnya yang tegas, pemalu, pemberani, serta kesepian. Aku tidak bisa mengalihkan perhatianku padanya.

"Maaf atas keterlambatan putri kami Heika." Sir Arthus Blackrose, pemimpin salah satu daerah pemerintahan Kerajaan Rakuzan.

"Itu tidak apa-apa, asalkan kita bisa membicarakan hal ini dan melaksanakannya dengan baik." Otou san memandang Lady Ariana dengan tatapan berharap. "Lady Ariana, mulai sekarang kamu adalah tunangan dari putra mahkota Kerajaan Rakuzan, Akashi Seijuurou."

Iya, Ariana Blackrose. Putri pertama dari keluarga Blackrose. Putri dari keluarga pembunuh. Blackrose (mawar hitam: pembawa kematian.), meskipun beberapa puluh tahun ini mereka tidak lagi membunuh atas perintah keluarga Akashi. Tapi putri pertama mereka ini, telah menjadi seorang pembunuh. Sama seperti para pendahulunya. Pada umur 11, ia telah membunuh seorang pengawal. Tidak diketahui alasannya, karena memang dia tidak mau membicarakan hal itu.

Dan ketika otou san selesai berbicara, dia tidak kaget sedikitpun. Heee, sudah biasa dilamar ya?

"Ano, sumimasen Heika." Dia tersenyum sambil berbicara pada otou san. "Boleh aku melaporkan sesuatu pada otou san ku mengenai keadaan mansion akhir-akhir ini?"

"Yes, you may." Aku yang menjawab permintaan untuk berbicaranya.

"Otou san, otou san, beberapa hari ini tidak ada mata-mata yang mengawasi keadaan mansion ini. Aku curiga, apa karena dibukanya semua mansion bangsawan dan penerimaan pekerja baru antar bangsawan di Kerajaan Rakuzan, orang itu menyusup ke sini dengan menjadi seorang prajurit atau semacamnya."

"Ariana ini bukan saatnya untuk-" dia memotong perkataannya dengan berdiri dari tempat duduknya. Tidak sopan.

"Benarkan itu?" berjalan mendekati seorang pengawal saat masih ada perbincangan dengan Heika, benar benar. "Betapa bodohnya kau membuat biodata palsu, daerah selatan dari Kerajaan Rakuzan tidak memiliki nama seperti mu di sana."

Pengawal itu tetap diam.

"Ariana! Sudah lah! Duduk kembali ke kursimu sekarang!" Sir Arthus menyuruh calon permaisuriku untuk duduk. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Dia hendak menyerangmu lho. Ketika dia hendak duduk, kulihat pengawal itu mengeluarkan pedangnya dan hendak menebas kepalanya. Sudah kubilang kan?

Rupanya dia mendengar suara itu. Dengan sigap, dia menendang tangan pengawal itu yang mengakibatkan pedangnya terjatuh. Dia pun mengambil pisau yang seharusnya untuk makan. Hei apa kau tidak terlalu meremehknnya? Kulihat dia melihat ke arah ku. Dan pandangan mata kami betemu.

Aku tidak kaget? Tentu saja. Karena aku bisa membaca pikiranmu.

Dan dia pun menghampiri pengawal itu tadi. Pedang sudah berada di tangan pengawal itu. Sedangkan penjaga yang lain melindungi keluarga Blackrose, aku dan juga otou san.

"Lalu, untuk apa kau ke sini?" seorang lady harusnya berbicara dengan hangat tapi juga bijaksana. Tidak dingin seperti itu Ariana.

"Gara-gara kau menolak pertunangan dengan Tuan Muda Hanamiya, dia hanya bisa mabuk serta tenggelam dalam kesedihannya!"pengawal itu mengayunkan pedangnya dan berhasil dia tangkis dengan pisau makan. Haruskah kubilang hebat?

"Ini juga gara-gara keluargamu yang mendukung Kerajaan Rakuzan! Bukannya Kirisaki Daichi!" serangan kedua datang, tapi dia hanya menghindarinya, tidak menangkisnya. Pengawal itu tersenyum kecut. Tentu saja keluarga Blackrose mendukung Rakuzan.

"Kau bahkan meremehkanku dengan hanya menggunakan pisau makan saat melawanku." Pengawal itu pun akhirnya menyerang Ariana secara beruntun dan tentu saja berhasil ia tangkis. Tidak buruk untuk seorang lady.

"Tentu saja aku hanya melawanmu dengan pisau ini. Karena," Ariana menendang perut pengawal itu dengan lututnya. Kemudian menendang kepalanya hingga dia jatuh tersungkur. Lady Ariana Blackrose, tidak seharusnya seorang lady bertindak seperti itu.

"Karena meskipun aku hanya bersenjata pisau, aku tetapi menang melawanmu." Dia mengunci gerakan pengawal itu. "Okaa san! Tutup mata Eliz!"

"Sedangkan kau, hmm, dengan tuduhan telah melanggar perjanjian antara Kerajaan Rakuzan dan Kerajaan Kirisaki Daichi, penghianatan terhadap Akashi Heika, serta-"

"Sekarang!" ucapannya terpotong oleh sentakan pengawal yang tiba-tiba. Dan seketika itu juga aku merasakan pergerakan yang tiba-tiba oleh pengawal yang berada di belakang ku dan otou san. Ternyata dia mengeluarkan pedang dan mengayunkannya. Bersiap memenggal kepala kami dalam satu tebasan.

"Damn it." Jaga omonganmu nona. Aku melihatnya melempar kan pisau yang tadi ia gunakan ke arah pengawal di belakang kami. Pengawal itu pun mati.

"Percobaan membunuh seorang Lady, Heika, serta Putra Mahkota. Dengan ini kau di jatuhi eksekusi di tempat!" dia mengambil pedang yang tadi pengawal itu gunakan kemudian menancapkannya di perut pengawal yang belum di eksekusi itu. Hukuman eksekusi di tempat selesai.

"Ariana Blackrose! Apapun yang terjadi kau akan tetap bertunangan dengan Seijuurou denka!" Sir Arthus sudah marah. Wajah nya tampak merah padam. Menahan malu dan amarah.

"Tapi sebelum itu tou san," dia memandang Sir Arthus dengan tatapan mengejek. "Apa yang akan terjadi dengan mansion ini serta daerah pemerintahan Blackrose jika aku menikah dengan Akashi denka? Apa otou san bisa menjaga ke amanannya sambil tetap melaksanakan kegiatan ekonomi?"

"Dan lagi, kalau mau permaisuri buat negara ini, lebih baik Eliz saja Heika." Dia merapikan gaunnya yang agak kusut akibat perlawanan tadi. "Dia cantik, cukup cerdas, yang intinya dia pas jadi permaisuri Akashi denka."

Hei, kau kira aku mau menikah dengan adikmu?

Ariana pun melangkahkan kaki nya keluar dari tempat perjamuan tersebut, diikuti oleh maidnya. Ketika ia hendak melangkahkan kaki keluar,

"Matte aniue!" adik laki-laki Ariana, Vtora, menghentikannya. Dia menoleh padanya.

"Kenapa kau memperlihatkan saat kau membunuh orang di depanku?!" Vtora bertanya dengan sangat marah. Dan kulihat ia hanya tersenyum.

"Kau sudah 18 tahun Vetora, sudah wajar jika kau melihat seseorang terbunuh. Dan aku tidak membunuh, tapi aku tadi mengeksekusi." Senyum terpaksa sangat jelas terpampang di wajahnya.

"Tapi-" dia memotong ucapan Vtora. "Bersyukurlah kau melihat orang terbunuh pada umur 18, aniue mu ini melihat pembunuhan di depan mata ku sendiri saat berumur 11 tahun lho! Dan kelak engkau akan menjadi pemimpin dari daerah pemerintahan Blackrose, jadi seharusnya sudah wajar bagi seorang Blackrose menyaksikan pembunuhan."

Dia pun melenggang meninggalkan ruang perjamuan.

Sir Arthus tidak bisa membalas perkataannya. Dia pun berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk sangat dalam, meminta maaf atas kekacauan yang putrinya buat. Dan pembicaraan pun berlanjut.

Dari pertemuan hari ini dengan Sir Arthus, di putuskan bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan 2 minggu lagi.

Hmm, aku tidak sabar untuk segera menikah dengannya. Yah, meskipun dia tidak tahu bahwa aku sangat senang akan di tunangkan olehnya. Tidak seperti lady lain yang manja dan penakut, dia lebih memilih untuk menjadi seseorang yang mandiri dan pemberani. Meskipun aku bisa melihatnya kesepian dan ketakutan.

Author's point of view:

Ariana pun berkuda ke dalam hutan dekat perbatasan antara Rakuzan dengan Kirisaki Daichi.

'Sepertinya tidak ada penyusup atau semacamnya.' Dia kemudian mengajak Elly untuk berkeliling serta mencari tempat yang pas untuk istirahat. Seperti danau misalnya?

Dan akhirnya mereka tidak menemukan danau. Tapi mereka menemukan sungai yang tidak begitu besar dan dangkal.

"Elly! Kita istirahat disini saja!" Elly dengan cekatan turun dari kudanya dan membongkar perbekalan. Sedangkan Ariana sibuk mencoba menangkap 2 ekor ikan untuk mereka. Elly yang melihat hal itu, hanya bisa mengelus dada. Karena ojou sama nya ini nggak kayak seorang lady. Haaah..

Akhirnya Elly memutuskan untuk mencari kayu bakar. Saat ia akan mengambil sebatang kayu bakar di dekatnya, ia mendengar suara ranting yang patah. Elly dengan sepontan menoleh ke arah sumber suara. Dirasa berbahaya, Elly segera kembali ke dekat sungai.

"Ojou sama! Ojou sama!" yang dipanggil pun menoleh.

"What's wrong Elly?" tanya Ariana. "Sepertinya kita diikuti." Mendengar jawaban Elly, Ariana hanya tersenyum tidak percaya akan pernyataan Elly. "Tidak mungkin ah Elly. Kita kan pergi nya diam-diam."

"Tapi ojou, lebih baik kita kembali sekarang saja ya? Perasaan saya tidak enak." Melihat Elly yang begitu khawatir, Ariana pun menghela nafas geli melihat dayangnya yang cerewet itu. "Okay okay. We going back to the castel." Mereka pun membereskan perbekalan mereka, meskipun sebelum dibereskan beberapa potong sandwich di habiskan oleh Ariana.

Dan akhirnya mereka pun kembali ke mansion keluarga Blackrose. Setelah melewati benteng pertahanan kerajaan Rakuzan yang dipimpin oleh keluarga Blackrose, melewati hutan dibalik benteng, dan sampailah mereka di daerah pemukiman. Dan Ariana tidak menemukan seusatu yang ganjil sebelum Elly bertanya.

"Ojou-sama, kenapa di sini sepi sekali ya?" tanya Elly. Dan Ariana pun tersadar. Merasakan firasat buruk, Ariana memerintahkan Elly untuk lebih cepat. Dan mereka berdua pun mamacu kedua kuda mereka hingga sampai di Mansion Blackrose. Tidak ada satu pun pengawal maupun orang-orang yang lewat. Aneh. Jelas-jelas aneh.

"Ayo kita masuk Elly. Dan hati-hati." Mereka pun turun dari kuda, memasuki gerbang, melintasi taman, kemudian mereka telah berada di dalam mansion. Dan seketika itu juga mereka berdua ditutup mulutnya. Mereka berdua memberontak, tapi percuma. Akhirnya mereka berdua diam, menurut. Mereka berdua pun dibawa ke ballroom. Dan ketika pintu dibuka,

Terlihat orang-orang serta pengawal, disekap di sana.

Dan juga keluarga Ariana.

Melihat keluargnya diikat dan ditutup mulutnya membuat Ariana memberontak. Orang yang menahan nya pun terkejut, sehingga Ariana berhasil lepas dari genggaman si penjaga. Ariana berlari sekuat tenaga, kemudian menubrukkan dirinya sendiri ke orang yang sedang berdiri memunggunginya. Karena orang itu memakai pakaian mahal, Ariana menganggap bahwa dia adalah pemimpinnya. Dan orang itu pun jatuh ke lantai bersama Ariana. Tapi, dugaan Ariana salah. Dia bukanlah pemimpinnya.

"Wah wah, Lady Ariana sudah tiba toh rupanya." Pengawal yang tadi menangkap serta menjaganya kini bersuara. Dan terkejutlah Ariana bahwa pemimpinnya memakai seragam prajurit. Orang itu!

Dia melepaskan penutup mulut pada Ariana. Tetapi, sorotan kebencian dari wajah Ariana tidak hilang. Justru bertambah semakin benci.

"Hanamiya Makoto!" Ariana mengerang penuh kebencian pada Hanamiya Makoto. Hanamiya tersenyum sambil menatap Ariana dengan tatapan kosong penuh akan kasih sayang. Atau mungkin, nafsu?

"Apa mau mu?! Lepaskan mereka!" Ariana masih terduduk di atas lantai.

"Mau ku? Tentu saja menjeput calon istri ku." Hanamiya berjongkok kemudian membelai pelan pipi Ariana. Ariana mengalihkan wajahnya.

"Maaf saja ya! Aku tidak akan menikah denganmu!" Ariana berteriak dengan lantang di depan wajah Hanamiya. Hanamiya kemudian mamasang senyum licik sebagai reaksi dari perbuatan Ariana.

"Sepertinya mulut putri kita ini harus dihukum ya?" kemudian dengan kasar, Hanamiya menempelkan bibirnya dengan bibir Ariana. Melumat bibir ranumnya, dan meminta akses ke dalam mulutnya. Yang tentu saja tidak Ariana biarkan.

Pikiran Ariana benar-benar kacau sekarang. Daerah tanggung jawab keluarga Blackrose diserang, penduduk serta keluarganya dijadikan tahanan, kemudian Hanamiya yang menciumnya dengan seenak hati di depan keluarga serta penduduknya.

Karena merasa tidak diberi akses, akhirnya Hanamiya melepaskan ciuman sepihaknya itu. Bukannya tidak bisa, tetapi Hanamiya tidak mau seseorang melihat kegiatan mereka.

Sedangkan sang lady, mentalnya sudah kacau. Masih error. Yang dipikrannya saat ini adalah bagaimana caranya agar ia isa membebaskan penduduknya beserta keluarganya.

"Ariana," Ariana menatap Hanamiya dengan tatapan kosong. "Kalau kau mau menikah denganku dan mereka mau tutup mulut tentang kejadian ini, aku akan membebaskan mereka semua dan menyanggupi perjanjian damai dengan Kerajaan Rakuzan. Tanpa diganggu sedikit pun oleh Kerajaan Kirisaki Daichi."

'Membebaskan mereka dan tidak akan terjadi lagi perang disekitar perbatasan. Rakyat pasti bisa hidup dengan damai.' Itulah yang dipikirkan oleh Ariana sehingga tanpa berpikir panjang, dan tanpa memikirkan Akashi denka, Ariana menyanggupi syarat itu.

.

.

.

TBC

Nyahoo~~ author membuat ff baru~~ oc/re x akashi~~

Chapternya nggak banyak-banyak. 3-4 chap~~

See you!

HikariRin23