Kopi di cangkirnya tersisa separuh, uapnya sudah hilang sejak lama. Hujan di luar sana belum kunjung reda. Sudut kafe tempatnya membunuh waktu semakin meremang seiring dengan menyalanya lampu-lampu jalan. Sebentar lagi petang berakhir, tapi orang yang dinanti tak kunjung datang.
Dengan kalut ia memesan cangkir kedua, tak lupa tambahan sepiring croissant sebagai pelengkap. Saat pesanannya tiba, langit sudah sepenuhnya gelap.
"Maaf kalau aku lancang, tapi jarang ada yang pesan croissant sehabis jam makan siang," kata si pelayan kepada si penghuni meja.
"E-eh? Hm, sepertinya memang seleraku yang agak aneh. Terima kasih, Minhyung," si penghuni meja menanggapi celetukan si pelayan dengan sopan. Tapi, ia merasa ada yang ganjil. Nama pelayan tadi siapa? Minhyung?
"MARK LEE SIALAN!" si penghuni meja bangkit dan memukul pelan bahu si pelayan, yang tak lain adalah orang yang sejak tadi ia tunggu.
"Happy birthday!"
"Nggak lucu. Aku hampir mati bosan karena kamu nggak datang-datang. Ini lagi, sok-sokan pakai acara menyamar."
"Sengaja," Mark terkekeh puas. "Selamat ulang tahun, Sayang!"
"Ya, terserah," si penghuni meja mengalihkan pandangannya dari Mark.
"Uh? Okay..," Mark menggaruk tengkuknya canggung.
"Makasih," si penghuni meja tertawa kecil, lalu memeluk Mark erat. "Surprise-mu masih payah, nggak ada peningkatan dari tahun kemarin."
